Headlines
Loading...
Oleh. Yulweri Vovi Safitria

Meskipun konser musik Coldplay akan digelar 15 November mendatang, tetapi antusiasme masyarakat begitu dahsyat. Bahkan penjualan tiket konser tersebut sudah dimulai sejak jauh-jauh hari. 

Padahal, masyarakat Indonesia adalah mayoritas muslim. Namun, seolah menjadi surga bagi para penikmat dan pecinta aliran musik dunia. Tidak heran jika Indonesia masuk dalam jajaran Top 5 pendengar Coldplay dan merupakan salah satu destinasi utama di kawasan Asia bagi berbagai grup musik dunia. Lantas apa yang melatar belakangi hal ini?

Dampak Globalisasi

Derasnya arus globalisasi makin kian terasa sebagai dampak dari kultur global yang berusaha diaruskan ke tengah-tengah masyarakat dunia di berbagai negara. Kultur global yang merupakan agenda Barat berusahan menghalau keberagaman budaya menjadi satu keragaman. Baik itu dalam bentuk ide, makanan, pakaian, bentuk fisik, dan lain-lain sebagainya.

Sebagai umat Islam, kita tentu perlu mewaspadai karena hal tersebut dapat makin menjauhkan umat dari jati diri seorang muslim. Apalagi di tengah penerapan sistem sekularisme kapitalis dalam kehidupan. Berbagai ide yang lahir dari kultur global terus didesain dan disebarluaskan secara masif. 

Sebagai contoh isu radikal, terorisme, kadrun dan lain sebagainya yang disematkan kepada umat Islam kemudian diaruskan ke seluruh negara di dunia. Alhasil, umat menjadi takut untuk berislam kafah, takut menunjukkan identitasnya, dan takut pula untuk taat kepada syariat agamanya. Bagaimana mungkin seorang yang mengaku muslimah, tetapi malu memakai pakaian muslimahnya, akan tetapi bangga dengan pakaian setengah terbuka. Ironis bukan?

Begitu pula dengan gaya hidup hedonisme, materialisme, sekularisme, dan kapitalisme yang terus dihembuskan agar umat makin jauh dari Islam. Mencintai dunia dan sibuk mengejar dunia, tetapi lalai dengan urusan akhiratnya. Membeli dan memiliki barang bukan lagi sebuah kebutuhan melainkan sebuah tren atau budaya yang harus diikuti bila tidak ingin disebut ketinggalan zaman.

Waspada Kultur Global

Begitu pula dengan berbagai konser musik berskala dunia seperti Coldplay yang berasal dari kultur Barat. Kedatangan grup band Coldplay tidak hanya dipandang dari isu L687, melainkan adanya pelanggaran terhadap syariat, yakni adanya ikhtilat atau campur-baur antara laki-laki dan perempuan.

Kehadiran grup musik barat sarat dengan motif liberalisme yang bertentangan dengan akidah Islam dan norma-norma ketimuran. Begitu pula dengan standar kesuksesan yang dinilai dari materi dan uang. Pola pikir masyarakat didesain agar memiliki penghasilan di usia muda serta menjadi entrepreneur. Semua itu tidak lebih dan tidak bukan untuk memuaskan nafsu syahwat global.

Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR Muslim no. 2669)

Begitu pula dengan bentuk fisik. Remaja beramai-ramai mengikuti tren model yang lagi viral. Tidak peduli batasan syariat, yang penting keren di mata manusia. Padahal umat Islam memiliki role model yang tidak lekang sepanjang zaman, suri tauladan seluruh umat manusia, Baginda Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam. 

Dakwah Kewajiban Umat

Melihat fenomena tersebut, sebagai umat Islam kita tidak boleh berdiam diri, membiarkan generasi terus-menerus berada dalam cengkraman liberalisme. Umat harus mengembalikan marwah umat dengan melanjutkan kehidupan Islam yang pernah berjaya di masa Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam dan para khalifah setelah beliau wafat.

Mendidik mereka menjadi generasi tangguh dengan penanaman akidah yang benar sesuai akidah Islam yang dimulai dari keluarga dan orang tua. Dibina melalui institusi pendidikan yang menerapkan aturan Islam secara kafah. Menyadarkan mereka akan hakikat hidup sesungguhnya bahwa hidup untuk beribadah dan mengejar pahala, agar Allah rida dan memberikan berkah.

Tidak hanya itu, masyarakat juga memiliki peran menciptakan masyarakat yang memiliki pemikiran, perasaan, dan aturan yang sama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunah, sehingga mampu menangkal berbagai kultur yang dapat menjauhkan umat dari Islam.

Semua ini hanya bisa terwujud jika diterapkan oleh negara yang menerapkan aturan Islam secara kafah. Keluarga tanpa sokongan proteksi masyarakat dan aturan negara tidak mungkin bisa berjalan sendiri. Begitu pula masyarakat tidak bisa menerapkan aturan ataupun memberi sanksi apabila negara tidak memiliki kebijakan. Ketiganya harus bersinergi menjalankan fungsi masing-masing, sehingga tercipta masyarakat yang kondusif, tenteram, aman, dan sejahtera. Alhasil, dari sana akan lahir generasi hebat, tangguh, dan berakhlak, cerdas, dan mampu memberikan solusi terhadap persoalan umat sebagaimana yang diidam-idamkan umat. Wallahu a’lam. [Rn] 

Baca juga:

0 Comments: