Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Ajaran Islam adalah ajaran sempurna yang disampaikan nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah untuk umat manusia. Rasulullah Muhammad, beliau diutus untuk menyempurnakan ajaran-ajaran para nabi terdahulu dan ini berlaku hingga akhir zaman. Beliau telah mengajarkan berbagai macam hal tentang ibadah, akhlak, cara bergaul antara laki-laki dan perempuan, menghormati orang tua, cara bergaul dengan masyarakat sekaligus mengajarkan cara hidup seorang muslim.

Dalam hal ibadah, beliau mengajarkan kepada umatnya cara dan menentukan waktu salat. Kewajiban kita sebagai umatnya adalah mengikuti apa yang beliau bawa dan ajarkan dalam kitab al-Qur'an. Kita tidak boleh sembarangan menambah ataupun mengurangi sesuka hati. Bila Rasulullah mengajarkan salat magrib 3 rakaat, maka kita tidak boleh sesuka hati menambahnya menjadi empat rakaat, atau menguranginya menjadi dua rakaat. Sebab, Rasulullah menyatakan dalam hadis al-Bukhari, "Siapa saja yang membuat perkara baru yang tidak ada tuntunannya dalam agama yang Islam ajarkan, maka amalannya tertolak." Artinya, kita dituntut untuk beribadah sesuai yang dicontohkan dan diajarkan Rasulullah.

Beribadah sesuai tuntunan adalah bagian dari iman. Orang yang menambah atau mengurangi ajaran yang beliau bawa menandakan bahwa ia merasa lebih benar dari pada Rasulullah. Sedangkan kita tahu Rasulullah merupakan manusia pembawa kebenaran yang dibimbing langsung oleh Allah azza wajalla.

Dalam Al-Qur'an, QS. an-Nisa: 103, Allah menegaskan isyarat Al-Qur'an tentang waktu salat dengan firman-Nya:

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."

Maksud lafaz "mauquutan" di akhir ayat di sini waktunya telah ditentukan. Di setiap salat, ada waktu tersendiri yang tidak boleh diakhirkan. Dengan tegas al-Qur'an memberikan isyarat tentang waktu-waktu salat secara garis besar. Dalam QS. al-Isra: 78, disebutkan tentang waktu "dulukisy-syamsy" yakni salat sesudah matahari tergelincir sampai dengan terbenam sempurna. Di waktu ini terdapat tiga salat, yaitu Zuhur, dimulai sejak matahari tergelincir ke barat sampai dengan bayang-bayang sesuatu benda sama panjangnya dengan benda aslinya. Adapun waktu Asar, dimulai sejak bayang-bayang sesuatu benda sama panjangnya dengan benda asli sampai dengan matahari terbenam sempurna. Lalu ketika matahari terbenam dengan sempurna, maka masuklah waktu salat Magrib. 

Adapun isyarat waktu salat yang disebut "ghasyaqil-laili" adalah tenggelamnya mega (awan) merah hingga sinar matahari hilang dengan sempurna. Di saat ini, masuklah waktu salat Isya dan berakhir dengan fajar terbit. Adapun Isyarat waktu salat yang disebut "wa qur'aanal fajri" adalah waktu salat yang menunjukkan waktunya salat Subuh.

Beginilah pembinaan waktu salat yang disyariatkan ajaran Islam. Al-Qur'an diturunkan kepada umat manusia agar isi kandungannya dibaca, direnungkan dan dihayati. Semoga ayat berkesan ini menambah kuat keimanan dan memberikan pengaruh terhadap jiwa dan pikiran agar giat dan penuh perhatian, tidak menganggap enteng menyia-nyiakan waktu salat. Sebab, di dalam memelihara waktu-waktu salat, terdapat keberuntungan dan dan kebahagiaan besar dan abadi. Rasulullah menegaskan bahwa salah satu sifat orang-orang munafik itu tidak merasa menyesal tatkala waktu salat berlalu begitu saja. Na'udzubillah min dzalik. Semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat orang munafik. Wallahu a'lam. [Dn] 


Baca juga:

0 Comments: