Headlines
Loading...
Oleh. Setyo Rini
(Aktivis Muslimah Gempol)

Kontingen Indonesia pada SEA Games ke-32 di Kamboja  yang diselenggarakan pada tahun ini cukup membuat para penikmat olahraga berbangga. Dengan perolehan 87 mendali emas, 80 perak, dan 109 perunggu terutama pada cabang voli dan basket.

Bagi rakyat kecil yang tidak dapat merasakan langsung dari pencapaian itu atau boleh dibilang tidak berdampak apa pun bagi kehidupannya malah semakin gemes terhadap kebijakan pemerintah.

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dana yang digelontorkan untuk keperluan SEA Games tersebut sebesar Rp852, 2 Miliar. Dana tersebut diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang diperuntukkan mulai dari pembinaan atlet hingga bonus bagi peraih mendali.

Di antara rinciannya adalah Rp522 miliar  untuk pembinaan para atlet sebelum mereka berlaga, Rp55,2 miliar untuk bantuan pengiriman dan Rp275 miliar untuk pemberian bonus bagi peraih mendali baik atlet, pelatih, ataupun asisten pelatih. (CNN Indonesia.com 16/05/2023).

SEA GAMES yang didirikan dengan tujuan untuk memperkuat kerjasama antarnegara dan memperkuat hubungan antar negara dikawasan Asia Tenggara ini yang eventnya akan diselenggarakan empat tahun sekali ternyata telah membuat para penguasa kehilangan hati nurani bahkan akal sehat hanya demi mendapatkan  rasa bangga sesaat dan melupakan tugas utama sebagai pengatur urusan rakyatnya.

Sejak berdirinya negara Indonesia telah menetapkan tujuannya, yaitu melindungi seluruh rakyat Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa sejatinya masih jauh dari yang selama ini diupayakan keseriusannya atau bisa dikatakan dianaktirikan kalau menyangkut kehidupan rakyat kecil.

Masalah kemiskinan menurut data BPS  tercatat hingga September 2022 penduduk miskin masih mencapai 9,5%, masalah kurang gizi dan nutrisi atau stunting pun belum terselesaikan. Bahkan tercatat sebagai negara tertinggi anak stunting kedua dikawasan Asia Tenggara dan urutan ke lima di dunia.

Masalah pendidikan pun tak jauh beda gambarannya masih banyak hal yang perlu untuk segera dibenahi seperti fasilitas pendidikan, pengembangan kualitas SDM  baik tenaga pendidik ataupun siswa yang selama ini belum merata.

Kenyataan ini merupakan keniscayaan bagi sebuah negara yang menerapkan aturan atau sistem kapitalisme. Kerjasama yang dilakukan tidak jauh dari sekedar menonjolkan paham nasionalisme yang ikatan mendasarnya  sangat rendah dan merusak, disebabkan hanya terpengaruh pada suatu kondisi dan keadaan yang dipaksakan. Kebanggaan yang menghantarkan kepada kebahagiaan sekedar dialihkan pada kebahagiaan semu yang dipengaruhi hawa nafsu dan mengikuti kebanyakan negara lain. Pendapatan negara yang hanya berbasis hutang dan pajak dikelola dengan salah pula. Tidak mempunyai prioritas dalam menjalankan kewajiban sebagai penguasa dan terkesan lepas tangan dari tanggung jawab yang mengakibatkan kesengsaraan, kesenjangan dan hilangnya keadilan bagi rakyat.

Kepengurusan yang dibangun dalam sistem kapitalisme bukan dorongan keimanan tetapi dorongan hawa nafsu yang sangat di pengaruhi banyak kepentingan bersumber akal manusia.

Di dalam Islam kerjasama adalah suatu hal yang dianjurkan. Meskipun ada perintah tetapi negara Islam mempunyai standar yang jelas dalam menjalankannya, baik aktifitas dan dengan siapa kerjasama itu dilakukan. Terkhusus untuk olahraga adalah tindakan yang boleh dilakukan dengan catatan tidak melenakan atau membius karena olahraga hanyalah sebuah bentuk permainan. Bahkan dengan tegas Allah mengingatkan bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau belaka dan memerintahkan untuk meraih  takwa sebagai konsekuensi keimanan.

"Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta hartamu."
(QS. Muhammad: 116)

Keimanan inilah yang menjadi dasar bagi rakyat dan khususnya penguasa dalam meraih kebahagiaan hakiki yang tidak sekedar dapat di banggakan di dunia tapi juga di kehidupan akhirat.

Sistem Islam yang disebut dengan Khilafah yang berlandaskan Al Qur'an dan Sunnah ini tentu tidak akan menjadikan pertandingan olahraga sebagai prioritas menjalankan kewajiban. Khalifah sebagai pemimpin yang taat akan tunduk dan patuh pada syariat Allah. Salah satunya adalah penggunaan dana Baitul Mal hanya diperuntukkan bagi kepentingan kaum muslimin dan rakyat negara Islam yaitu terpenuhinya kebutuhan pokok rakyatnya, sedangkan untuk kebutuhan sekunder apalagi tersier selama tidak ada pelanggaran hukum syariat di dalamnya negara membolehkan individu mendapatkannya.

Allah lah yang dengan tegas memerintahkan agar tidak mengikuti kebanyakan orang yang menyesatkan dan memalingkan dari jalan Allah. Sebagaimana firman-Nya  di dalam QS Al- An'am : 116

"Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di bumi ini, Niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanya prasangka belaka dan mereka hanya membuat kebohongan".

Wallahu alam bishawab. [Ys]

Baca juga:

0 Comments: