Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Faiha Hasna

Dalam Al-Qur'an, dikisahkan Samiri yang menyesatkan Bani Israil. Pada waktu itu, Nabi Musa memimpin Bani Israil melarikan diri dari negeri Mesir. Kaumnya menyeberangi Laut Merah yang terbelah atas kehendak Sang Maha Pencipta, Allah. Firaun beserta para prajuritnya mengejar sampai ke tengah laut. Akan tetapi, seketika itu laut menutup dan mereka pun akhirnya tenggelam.

Nabi Musa dan orang-orang Bani Israil diselamatkan dari kejaran raja Firaun dan tentaranya. Perjalanan pun mereka lanjutkan menuju tempat yang aman. Sampai tibalah pada suatu hari, Nabi Musa diperintahkan Sang Maha Pencipta agar pergi ke gunung Thur. Allah, Sang Pencipta akan menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa. Kitab tersebut yang nantinya akan menjadi pedoman hidup Bani Israel.

Sebelum Nabi Musa berangkat melaksanakan perintah dari Sang Pencipta, beliau menunjuk saudaranya, Nabi Harun, untuk memimpin Bani Israel kala itu. Pesan Musa kepada Harun: "Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku. Perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan."

Harun pun memimpin Bani Israel. Mereka lama menunggu kembalinya Nabi Musa dari Gunung Thur. Karena terlalu lama menunggu, mereka pun merasa gelisah dan tidak bisa sabar. Ada salah seorang dari mereka yang menghasut Bani Israil untuk berbuat musyrik. Orang itu adalah Samiri. Nama yang disebutkan dalam Al-Qur'an, sebagaimana firman Allah dalam surat Thaha ayat 85.

قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنۢ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ ٱلسَّامِرِىُّ


Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, Kami telah menguji kaummu setelah engkau tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.” 

Samiri berupaya mengajak Bani Israil untuk mengumpulkan segala perhiasan emas yang selama ini mereka bawa. Perhiasan itu setelah terkumpul lalu dilebur, dibentuk menjadi patung anak sapi yang bisa berbunyi. Dia pun menyesatkan Bani Israil dengan mengajak agar menyembah patung anak sapi tersebut yang dia buat. Dia meyakinkan bani Israil bahwa patung itu adalah wujud Tuhan sebagai sesembahan bagi mereka. Orang-orang Bani Israil pun termakan ucapan Samiri. Mereka pun percaya begitu saja. Dari sinilah awal mula menyembah anak sapi yang telah dibuat Samiri. 

Harun yang saat itu ditugasi untuk mengganti Nabi Musa memimpin kaumnya mengingatkan supaya tetap berada di jalan yang benar tidak kembali berbuat syirik. Namun yang terjadi bani Israil tak satupun mempedulikan apa yang diingatkan Harun. Hingga sesudah empat puluh hari lamanya, Nabi Musa datang menemui kaumnya, bani Israel. Terkejut bukan main, Nabi Musa pun marah melihat kaumnya menyembah patung anak sapi. Kemudian, Nabi Musa mendatangi Nabi Harun.

Di ayat selanjutnya Nabi Musa berkata, "Wahai Harun, apa yang menghalangi dirimu ketika dirimu melihat mereka telah tersesat, sehingga dirimu tidak mengikutiku? Apakah dirimu telah mendurhakai perintahku?"

Dengan jujur Harun menjelaskan kepada Musa bahwa sebetulnya dia telah mengingatkan kaumnya. Akan tetapi, mereka tidak memedulikannya. Malah, yang terjadi Harun diancam akan dibunuh. Nabi Musa pun saat itu meminta ampunan kepada Allah dan mendatangi Samiri.

"Apa yang telah mendorong dirimu berbuat demikian, hai Samiri?" dengan nada tinggi Musa bertanya. Samiri menjawab, "Diriku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya. Oleh sebab itu, ku ambil segenggam dari jejak Rasul, kemudian, aku melemparkannya."

Maksudnya itu, Samiri mengetahui bahwa malaikat Jibril mendampingi mereka dari selama perjalanan dengan menyamar menjadi penunggang kuda. Ia mengambil bekas jejak kuda tersebut. Lalu, dimasukkannya ke dalam patung anak sapi tersebut.

Kemarahan Nabi terhadap Samiri tidak bisa didiamkan begitu saja. Nabi pun akhirnya melakukan sesuatu dengan mengambil patung anak sapi dan membakarnya sampai hancur lebur menjadi abu. Abunya lalu dibuang ke laut sampai tidak meninggalkan bekas sama sekali. Musa alaihissalam ingin memperlihatkan, patung yang mereka sembah selama ini tak mampu berbuat apa-apa ketika dibakar dan dibuang ke laut. Dan akhir cerita Nabi Musa mengusir Samiri. Sampai si Samiri tersebut hidup sendiri. Samiri mendapatkan azab dunia dan akhirat. Wallahu a'lam bishawwab.

Baca juga:

0 Comments: