Headlines
Loading...
Oleh. Syahra al Azis

Rencana konser band asal Inggris, Coldplay di Jakarta, 15 November 2023 mendatang sukses menyedot perhatian masyarakat. Meskipun harga tiket terkategori mahal tapi penggemar Coldplay begitu antusias untuk mendapatkan tiket, hingga ada penggemar yang rela menjual perabot dan kendaraan, bahkan ada yang melakukan PINJOL agar bisa mendapatkan tiket. Berdasarkan daftar yang dirilis Detik (12/5/2023), harga tiket konser Coldplay yang termahal adalah jenis Ultimate Experience (CAT 1) sebesar Rp.11 Juta ditambah pajak 15 % menjadi Rp.13.200.000. Sedangkan tiket yang termurah adalah Numbered Seating (CAT 8) sebesar Rp. 800.000 yang menjadi Rp. 960.000 setelah dikenakan pajak.

Adapun total tiket yang terjual adalah sebanyak lebih dari 50ribu tiket. Tak banyak diketahui bahwa faktanya Coldplay sering kali mengadakan propaganda kaum pelangi dipanggungnya. Tapi hal ini ternyata tidak menghalangi penggemarnya di Indonesia yang nota benenya mayoritas muslim untuk terus mendukung terlaksananya konser Coldplay di Indonesia. Menurut mereka propaganda tersebut tidak berbahaya dan biasa saja.

Antusias para penggemar Coldplay, bisa dilihat dari konten-konten mereka di media sosial yang tidak kalah hangat mewarnai suasana menyambut kedatangan grup musik tersebut. Para pejabat pun tidak ketinggalan turut berkampanye dan mendukung konser asal kota London tersebut. Konser Coldplay ini digadang-gadang Sandiaga Uno bisa meningkatkan ekonomi negeri. Ia melihat dari pemesanan tiket hotel di sekitar Gelora Bung Karno (GBK) sudah 90% terjual ludes dan ia berharap UMKM dapat memanfaatkan momen ini untuk memproduksi suvenir dan sebagainya. Benarkah demikian?

Pertama: Anggapan ekonomi negeri akan meningkat. Benarkah penyelenggaraan konser tersebut membawa dampak positif terhadap ekonomi negeri? Ataukah hanya segelintir kapitalis yang mendapatkan keuntungan konser tersebut? Sebenarnya cukup dangkal sekali mengharapkan keuntungan dari diadakannya konser tersebut. Karena yang untung besar adalah grup musik itu sendiri, kita hanya dijadikan lahan untuk meraup uang ketika menyelenggarakan konser. Keuntungan yang didapatkan Indonesia tidak sebanding dengan yang mereka dapatkan. Dan tentunya tidak sebanding dengan dampak kerusakan moral yang dimunculkan. Padahal, sumber yang jelas-jelas bisa meningkatkan pendapatan negeri ini seperti dari kekayaan SDA, nyatanya tidak dilirik untuk dikelola mandiri, malah diserahkan kepada asing.

Kedua: Dalam kacamata politik, jika Indonesia memberi izin pendukung L98T manggung di negeri ini, itu sama saja memberi ruang terhadap pelaku L98T di negeri ini. Kaum sodom di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia sedang memperjuangkan haknya, agar keberadaan mereka diterima, bahkan dilegalisasi. Padahal, seharusnya negeri mayoritas muslim ini bisa mengeluarkan undang-undang yang tegas terhadap pelaku penyimpangan seksual tersebut. 

Hiburan dalam Pandangan Islam

Dalam Islam, musik memang mubah tetapi jika di dalam musik tersebut mengandung kemaksiatan maka negara wajib untuk memfilter terhadap karya seni tersebut. Berkarya seni atau menghasilkan hiburan dibolehkan, tetapi bukan berarti seni dan hiburan menjadi bebas dan tidak menjadikan syariat sebagai tolak ukur. Musik dan hiburan lainya tidak terlalu berbahaya jika tetap diposisikan sebagai hiburan. Karena hiburan merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Tetap kita harus ingat bahwa dalam setiap hiburan tidak ada satupun yang bebas nilai, termasuk musik. Dan sikap Islam tegas terhadap pelaku maupun pendukung L98T, apalagi jika terang benderang mengkampanyekan L98T di atas panggung, tentu hal ini tidak akan dibiarkan dan tidak akan diberi panggung di negeri Islam. Dan apabila melanggar, sejatinya penguasa akan mendapatkan dosa jariyah terhadap apa yang mereka putuskan.

Direktur Siyasah Institute Ustaz Iwan Januar menegaskan “sebagai seseorang yang dianugrahi akal pikir yang bisa melihat dampak yang bisa dimunculkan dimasyarakat dengan datangnya Coldplay ataupun grup-grup musik lainya. Maka kita harus detail melihat. Pertama : bisa kita lihat dari segi performa atau penampilan mereka, tidak jarang mereka dalam tampil, baik saat live ataupun dalam video klip mereka, melakukan atraksi-atraksi ataupun menggunakan kostum yang sengaja mereka pakai untuk menciptakan fenomena dan kehebohan, seperti berpakaian seksi, membuka baju, sampai ada yang telanjang saat tampil. Kedua: konten musik yang dibawakan, lirik lagu yang diciptakan, biasanya mengandung muatan baik moral ataupun peradaban tertentu, bahkan ada dibeberapa negara yang terang-terangan mengatakan Anti Kris (anti kristus), pemuja setan, mendukung L98T, ada juga yang isinya melakukan kritik sosial, kritik politik. Dari sini bisa kita lihat bahwa, lagu atau musik itu tidak ada yang bebas nilai. Dan nilai inilah yang mau dibentuk oleh mereka baik dari lagunya maupun performa mereka baik di video klipnya maupun saat live konser.  

Adapun sikap yang bisa kita ambil dari adanya penolakan beberapa pihak karena disinyalir Coldplay ini mempropagandakan L98T adalah bahwa kalau kita bersungguh-sungguh untuk memberantas L98T maka kita tidak hanya sekedar menolak kedatangan Coldplay ini. Tetapi kita harus punya sikap yang tegas dan holistik atau menyeluruh, tidak hanya konser musik, akan tetapi semua hal yang mendukung L98T dan paham-paham menyimpang lainnya memang harus kita cegah. Dan tentunya hal ini ternyata tidak bisa dilakukan oleh individu, lembaga ataupun ormas, tetapi memang harus negara. Tentunya negara yang punya kepedulian terhadap masyarakat, yang mau melindungi masyarakat. 

Negara dalam Islam, tidak akan mengizinkan adanya aktivitas yang didalamnya ada keharaman, seperti ikhtilat, membuka aurat apalagi didalamnya jelas mengkampanyekan L98T. Jika masyarakat paham mengenai: dari mana manusia berasal, apa tujuan hidup di dunia, dan hendak ke mana setelah kehidupan ini. Maka manusia bakal berpikir ribuan kali untuk menghabiskan waktu hanya untuk berburu tiket konser. Dalam Islam, negara tidak akan membiasakan warganya untuk hura-hura. Sebab aktivitas tersebut dalam pandangan Islam tidak mengarahkan pada tujuan kehidupan yang hakiki yakni untuk beribadah kepada Allah. Inilah standar kebahagiaan hakiki dalam Islam. Negara dalam Islam akan fokus dan sibuk untuk (mengurusi) rakyatnya, yaitu memenuhi kebutuhan dasar mereka, baik sandang, pangan, papan, maupun pendidikan, kesehatan, keamanan dan tentunya memastikan agar masyarakatnya senantiasa dalam rel ketakwaan kepada Allah SWT. 

Wallahu A'lam bi Showwab. [Rn]

Baca juga:

0 Comments: