Headlines
Loading...
Mempertanyakan Kasus BSI, Lemahnya Penjagaan Negara

Mempertanyakan Kasus BSI, Lemahnya Penjagaan Negara

Oleh. Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor

BSI, Bank Syariah Indonesia, tengah terganjal masalah besar. Dilaporkan sejak awal didirikan sering mengalami gangguan pelayanan. BSI tak mampu melakukan pelayanan kepada nasabah selama berhari-hari. Masyarakat pun akhirnya geram karena sekitar 15 juta nasabah BSI diduga bocor (liputan6.com, 13/5/2023). Tak hanya data nasabah yang hilang, namun dana nasabah hilang mencapai Rp 378 juta. 

Gangguan ini diduga kuat karena serangan siber Ransomware Lockbit 3.0 (bbc.com, 16/5/2023). Para hacker pun mengkalim, mereka telah berhasil menggondol data pelanggan bank sebesar 1, 5 TB. Kejadian serupa ini pun terjadi pada Bank BCA. Wajar saja, semua ini membuat masyarakat menjadi khawatir dan marah. Hal tersebut berulang kali terjadi, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu pada bank BRI, Bank Jatim dan Bank BCA.

Semestinya menjadi pembelajaran penting bagi perbankan di Indonesia. Keadaan sistem keamanan perbankan Indonesia begitu lemah. Demikian disebutkan oleh Kepala Lembaga Riset Keamanan Siber CISSRec, Dr. Pratama Persadha. Karena lemahnya sistem pengamanan, maka sangat memungkinkan para hackers ini berulah merusak data dan sangat berpeluang menguras dana nasabah. Tentu saja ini semua adalah ancaman nyata bagi masyarakat secara umum. 

Kasus BSI, BCA dan bank-bank lain menjadi pukulan telak bagi sektor ekonomi. Beragam akibat dirasakan berbagai pihak. Digitalisasi ekonomi yang menciptakan lingkungan ekonomi berbasis media sosial pun dirugikan. Berbagai keluhan para pelaku bisnis online mengeluh karena para pembelinya terhambat pembayaran yang hanya dapat dilakukan bank BSI atau BCA saja. 

Alhasil, semua barang gagal dibeli dan masih menumpuk di toko. Tentu saja hal tersebut mempengaruhi iklim ekonomi nasional. 

Seiring dengan berkembangnya digitalisasi ekonomi, kasus kebocoran data semakin sering terjadi. Sistem yang error mengakibatkan kerugian masyarakat, terutama para pelaku ekonomi. Semua kejadian ini pun berimbas pada menurunnya kepercayaan masyarakat pada lembaga keuangan nasional. 

Solusi yang diberikan pemerintah hanya sekedar membuat Rancangan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi. Yang terbukti tak selesaikan masalah dengan efektif. Peretasan pun makin merebak. Karena tak ada sanksi tegas yang mampu menjebak. Negara tak mampu mengendalikan segala jenis masalah kebocoran data.

Segala kekacauan ini tak akan terjadi dalam sistem pemerintahan Islam. Sistem pemerintahan berdasarkan syariat Islam yang dipimpin seorang Khalifah. Khalifah adalah penjaga segala urusan umat. Termasuk penjagaan terhadap data-data pribadi masyarakat. 

Rasulullah SAW. bersabda, yang artinya,
"Seorang imam adalah perisai, orang-orang berperang dari belakangnya dan menjadikannya pelindung. Maka jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah azza wa jalla dan berlaku adil baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, maka ia bertanggung jawab atasnya"
(HR. Al Bukhori, Muslim, An Nasai dan Ahmad).

Kh!l4f4h akan proaktif melindungi dan menjamin seluruh data pribadi rakyat termasuk harta rakyat. Penjagaan data rakyat termasuk salah satu hal yang penting karena berkaitan dengan pertahanan suatu negara. Kh!l4f4h sangat memahami arus digitalisasi yang menjadi solusi yang solutif dan efektif yang menyajikan kemudahan, kecepatan sekaligus keamanan. Namun, pada saat yang  sama potensi kejahatan digitalisasi pun pasti akan ada. Semisal hacking atau social engeneering. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Kh!l4f4h akan mempersiapkan tim IT negara yang handal untuk menciptakan mekanisme penjagaan data yang menyeluruh dengan teknologi tercanggih. Semuanya ditujukan demi penjagaan harta dan data seluruh rakyat. Kh!l4f4h pun akan terus melakukan riset dan inovasi teknologi secara berkesinambungan demi penjagaan yang mutakhir dan kontinyu. Kh!l4f4h pun tak akan membiarkan pihak swasta sebagai pelayan utama penjagaan data. Namun, Kh!l4f4h akan menjadikan negara ideologis sebagai garda terdepan yang mengurusi seluruh penjagaan data umat. 

Tak layak bagi kaum muslimin menganggap sistem Islam sebelah mata. Karena hanya sistem Islam-lah satu-satunya sistem yang amanah dalam mengurusi seluruh urusan umat. Tak ada sistem lain yang sempurna seperti sistem Islam. Pelayanan dan penjagaan terbaik dilakukan sepenuh hati dan sekuat tenaga demi kesejahteraan umat dan ridha Allah SWT. semata. Dengan demikian, sistem batil yang zalim pun akan sirna. 
Wallahu a'lam bisshowwab. [ry]

Baca juga:

0 Comments: