Headlines
Loading...
Miris, dalam Sistem Sekuler Pemuda Makin Sadis

Miris, dalam Sistem Sekuler Pemuda Makin Sadis

Oleh. Bunda Erma E. 
(Pemerhati Keluarga dan Generasi)

Sungguh menyedihkan, baru saja umat Islam bersuka cita memasuki bulan Ramadan, bulan mulia ini sudah dikotori dengan berbagai kasus kekerasan yang dilakukan oleh generasi muda termasuk pelajar. Jumlahnya semakin hari semakin banyak, bukannya berkurang, malah semakin beragam.

Beberapa waktu yang lalu, Polda Yogyakarta telah menangkap pelaku pembunuhan yang diikuti mutilasi berinisial HP terhadap seorang ibu dua anak, A, di Kaliurang, Sleman, Minggu (19/03). (bbc.com)

Di Sukabumi, Jawa Barat, polisi juga telah menangkap tiga ABG diduga pelaku yang membacok siswa SMP berinisial ARSS (14) hingga tewas di Sukabumi, Jawa Barat. Tiga anak berhadapan dengan hukum itu diantaranya DA (14), RA alias N (14), dan AAB alias U (14). (detiknews.com)

Berikutnya, aksi tawuran yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang tidak hanya terjadi di satu tempat, tetapi terjadi di beberapa titik di wilayah yang berbeda. Dari sekian banyak aksi tawuran salah satunya memakan korban hingga tewas akibat terkena bacokan senjata tajam. 

Di salah satu wilayah Jakarta, sebanyak lima belas remaja melakukan tawuran dengan menggunakan sarung yang ujungnya diikat dengan batu di Jalan Durian, Jakakarsa, Jakarta Selatan. (detiknews.com)

Di Sukabumi, tawuran berkedok perang sarung juga nyaris terjadi di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, Sabtu dini hari (25/3/2023). (sukabumiupdate.com)

Semua kondisi ini sejatinya menunjukkan bobroknya sistem kehidupan yang sedang berlangsung saat ini, yakni sistem sekuler-kapitalisme. Sistem ini telah mengabaikan peran agama, yakni Islam dalam mengatur kehidupan. Alhasil masyarakat hidup dalam kebebasan berperilaku dan cenderung menggunakan hawa nafsunya dalam menyelesaikan persoalan kehidupan, tak terkecuali para pemudanya dan remaja.

Sistem kehidupan sekuler telah menghilangkan jati diri pemuda muslim sebagai hamba yang bertakwa dan berilmu, serta pembangun peradaban. Pemuda jauh dari sosok berkepribadian Islam.

Terbentuknya pemuda yang jauh dari sosok berkepribadian Islam ini tidak lepas dari pendidikan keluarga dan pendidikan di sekolah. Orang tua mestinya memberi bekal pemahaman Islam kepada anak agar ia terbiasa beramal dan berperilaku sesuai syariat Islam. Demikian pula sekolah yang menjadi tempat menuntut ilmu, seharusnya menjadi tempat mereka mendapatkan tsaqofah Islam yang mempengaruhi perilaku generasi. Namun keduanya tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Akibat arus kehidupan sekuler yang menghiasi pendidikan generasi saat ini. 

Ditambah lagi, siklus pertemanan justru memberi dampak lebih besar terhadap perilaku generasi. Sementara, negara saat ini tidak mengambil peran sentralnya sebagai penjaga dan pelindung generasi dari pengaruh budaya dan pemikiran asing yang merusak moral generasi.

Untuk mewujudkan generasi berkepribadian Islam dan jauh dari aksi tawuran ataupun kriminalitas sadis lainnya, haruslah dilakukan secara komprehensif dengan menerapkan sistem kehidupan Islam secara kafah.

Penerapan sistem pendidikan Islam tersistem dengan memadukan tiga peran pokok pembentukan kepribadian generasi, yaitu keluarga, masyarakat, dan negara. Islam telah memberi petunjuk cara membentuk karakter pemuda yang baik atau saleh. Dalam hal ini butuh dukungan dari keluarga. Orang tua berperan penting mendidik anak dengan tuntunan Islam. Materi jalan menuju iman dan syariat Islam kafah harus dipahami oleh anak, sehingga mereka paham hakikat kehidupan dan tujuan hidupnya di dunia. Selain itu, anak akan memahami bahwa satu-satunya aturan yang layak dijadikan rujukan dalam beramal adalah aturan Islam semata. 

Penerapan aturan Islam kafah dalam kehidupan akan membentuk masyarakat Islami. Yakni masyarakat yang memelihara budaya amar makruf nahi munkar. Alhasil, kemaksiatan sekecil apapun yang nampak di kehidupan umum akan mendapat perhatian masyarakat untuk dinasihati atau dilaporkan pada pihak yang berwenang. 

Media sosial dalam Islam juga tidak boleh menayangkan kekerasan fisik atau non fisik yang tentunya sangat mudah dicontoh oleh anak, seperti bullying, perkelahian, dll. Syariat Islam telah menetapkan batasan baik dan buruk, halal haram dalam berperilaku.

Inilah yang akan menjadi pegangan masyarakat dalam melakukan amar makruf nahi munkar, bukan sekedar manfaat. Selain itu, negara dalam sistem Islam kafah menerapkan aturan tegas dan sistem sanksi yang bisa memberikan efek jera bagi perilaku kriminal.

Perilaku kriminal yang dimaksud adalah setiap individu masyarakat yang melakukan keharaman atau bermaksiat. Islam dengan tegas mengharamkan aksi kekerasan dan melakukan kejahatan baik secara verbal maupun fisik. Sanksi dalam Islam yang tegas akan memberi efek jera kepada yang lain, agar tidak melakukan kriminal apapun, seperti pembunuhan ataupun tawuran. Dengan aturan Islam yang komprehensif yang diterapkan Khil4f4h, maka negara akan mampu melindungi generasi dari berbagai kerusakan pemikiran dan tingkah laku mereka. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: