Oleh. Iis Nopiah Pasni
Tua-tua keladi, makin tua makin jadi. Itulah sebutan yang tepat untuk orang tua seperti Pak Ota. Di umurnya 57 tahun, pensiunan ini sepertinya sedang puber kembali.
Sering terdengar suaranya yang sedang asyik menyanyi mengikuti suara lagu yang diputar di radio. Mending kalau suaranya merdu. Suaranya sama seperti Si Giant temannya Nobita. Kalau ia menyanyi bisa bikin pusing yang mendengarnya.
Sore itu, Pak Ota buru-buru keluar rumah sambil tersenyum sumringah dengan gawai menempel di telinganya.
"Iya, Sayang," katanya dengan suara pelan tapi sambil tersenyum sendiri. Ia lalu duduk di teras depan rumahnya sambil sesekali melihat ke arah pintu masuk. Persis maling yang takut ketahuan.
Tak lama Bu Sinar, istri Pak Ota keluar rumah sambil membawa seember air untuk menyiram bunganya di teras depan.
Tak sengaja ia mendengar suara suaminya bilang sayang dengan berbisik-bisik.
Bu Sinar gercep mengambil paksa gawai berwarna hitam polos. Pak Ota terkejut bukan kepalang. Ia tak melihat istrinya datang karena terlalu asyik mengobrol dengan seseorang lewat gawainya. Pak Ota tak sempat lagi mempertahankan gawainya. Ia pasrah, tetapi tak rela.
Bu Sinar langsung melihat nama yang tertera di gawai suaminya tertulis "Si Manis". Tentu saja Bu Sinar tersulut api cemburu. Gawai tersebut jadi sasaran kemarahannya. Bu Sinar langsung mencelupkan benda pipih itu ke dalam ember berisi air.
Gawai harga belasan juta berenang dengan posisi terindah dan berakhir di tempat sampah. Tak bisa diselamatkan lagi.
Ini sudah gawai kedua yang bernasib serupa. Kali ini Bu Sinar sudah tak tahan lagi dengan kelakuan suaminya yang berulah lagi dan lagi. Apalagi kalau bukan selingkuh.
"Mas, mari kita berpisah," seru Bu Sinar dengan air mata mengalir tanpa diperintah.
Bu Sinar meratap. Ia mengungkapkan keluh kesahnya. Lalu, tiba-tiba ia senyum-senyum sendiri sambil menunjuk ke arah suaminya. Tanpa diduga, tubuhnya lunglai tak berdaya. Ia pingsan.
Zia, anak bungsu mereka langsung lari ke depan begitu mendengar suara ayahnya berteriak. Disusul tetangga terdekat mereka.
Pak Ota yang kebingungan terus memanggil istrinya itu.
"Dek, bangun dek," ucap Pak Ota khawatir.
Mereka langsung membawa Bu Sinar ke kamar. Badannya langsung dibalur minyak kayu putih lalu dipijat.
Zia juga mendekatkan botol minyak kayu putih itu ke hidung ibunya.
"Istighfar, Bu," bisik Zia penuh sayang pada ibunya.
Tak begitu lama, Bu Sinar terbangun. Zia bergegas memberikan segelas air hangat pada ibunya.
"Minum dulu, Bu," pinta Zia pada ibunya.
Bu Sinar menurutinya. Ia meneguk air hangat itu beberapa teguk. Akhirnya, satu per satu tetangga mereka pamit.
Zia menatap wajah ayahnya dengan tatapan penuh luka. Pak Ota tertunduk sesaat. Lalu, ia mendekati istrinya dan memeluknya.
"Terlalu banyak dosa Mas padamu, Dek. Maaf ya," lirih Pak Ota pada Istrinya. Dihapusnya dengan kedua tangannya air mata istrinya yang jatuh tak terbendung.
"Maaf, maafin Mas ya Dek," ucapnya tulus,
Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi suami yang lebih baik lagi. Kali ini Ia benar-benar insyaf, tak tega ia menyakiti hati istrinya semakin dalam.
Mereka menangis berpelukan erat, Zia, si bungsu juga mendekat lalu memeluk orang tuanya dan ikut menangis.
Hari berganti hari, perlahan Pak Ota mulai mengubah kebiasaannya. Tak mudah memang, tetapi harus dimulai.
Kini, Pak Ota lebih suka mendengar Kajian Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Abdul Somad, dan Ustaz kondang lainnya. Ia juga mulai rajin mengikuti kajian islami seperti yang sering disarankan istrinya.
"Ketika seorang pria berselingkuh itu artinya ia melalaikan kewajibannya berupa salat. Sedangkan, jika seorang wanita berselingkuh berarti telah Allah cabut rasa malu dari diri si wanita tersebut," sayup-sayup terdengar suara ceramah radio di rumah Pak Ota.
Mendengarkan ceramah tersebut, Pak Ota langsung tertunduk. Ia merenung dan mulai menyadari kalau selama ini ia telah jauh dari agamanya. Ia sering meninggalkan ibadah salat. Semakin Ia mengenal Islam, semakin ia sadari bahwa apa yang dilakukannya akan ada hisabnya kelak di hari akhir.
Suatu hari, di sepertiga malam di rumah Pak Ota.
"Dek, apa yang akan Mas katakan di hadapan Allah nanti tentang perbuatan dosa Mas yang suka selingkuh, Ya Allah," sesal Pak Ota sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Nampak penyesalan itu sungguh-sungguh.
"Selingkuh itu termasuk zina," ucap Pak Ota lirih setelah mereka salat lail berjemaah.
Bu Sinar langsung memeluk suaminya, "Insyaallah, tobat Mas diterima dengan menyesali perbuatan dosa lalu berjanjilah pada Allah tak mengulanginya lagi, Mas," kata Bu Sinar sambil mengurai pelukan dan menggenggam tangan suaminya sebagai bentuk dukungannya.
"Aamiin ya rabbal Aalamiin," kata mereka hampir bersamaan.
"Kita mulai dari nol sama-sama. Bismillah ya, Mas," kata Bu Sinar lalu mencium takzim tangan suaminya itu.
"Insyaallah, kita bisa ya Dek. Aamiin," jawab Pak Ota sambil mencium kening istrinya.
Mereka semakin saling menyayangi dan kehidupan rumah tangga mereka jadi lebih tentram.
Ketika waktu subuh hampir tiba, dari kejauhan nampak sepasang suami istri itu sedang berjalan perlahan bersama menuju Masjid di komplek rumah mereka. Romantisme di masa tua yang indah. (CF)
Muara Enim, 23 Mei 2023
0 Comments: