Headlines
Loading...
Nonton Konser: Bikin Terhibur atau Hidup Jadi Hancur?

Nonton Konser: Bikin Terhibur atau Hidup Jadi Hancur?

Oleh. Mirotul Lailiyah
(Aktivis Muslimah Gempol)

Keterpurukan ekonomi memang sudah sejak lama menjadi masalah utama negara yang belum berhasil terselesaikan hingga kini. Karena itu, pemerintah pun berupaya membuat berbagai macam kebijakan untuk menghadapinya. Salah satu kebijakan yang sudah sering juga dijadikan penggerak perekonomian  adalah jalur pariwisata yang dianggap berpeluang besar menarik minat para wisatawan untuk datang berlibur. Sehingga, dapat  membuka potensi transaksi ekonomi dengan para rakyat dalam negeri.

Bahkan saat ini, kebijakan wisata dari pemerintah itu tidak hanya sekadar menarik minat wisata alam, tapi juga sudah mencapai pembukaan konser internasional.

Seperti rencana mendatangkan kelompok band musik Coldplay ke Jakarta pada bulan November 2023 nanti, telah berhasil juga meledakkan minat para pendengar dalam negeri yang membeli tiket seharga 800.000 hingga 11 juta rupiah.

Dalam liputan berita kompas.com pada 12 Mei 2023 lalu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, yakin jika konser Coldplay ini akan meningkatkan jumlah wisatawan.

Bahkan beliau pun menyatakan : "Optimistis akan meningkatkan jumlah wisatawan, membawa berkah ekonomi dan lapangan pekerjaan, khususnya bagi para pelaku event dan pelaku ekonomi kreatif," ujarnya, dikutip dari laman Instagram resmi @sandiuno.
Sumber : kompas.com,12/05/2023.

Namun demikian, keringanan beban ekonomi itu perlu juga diteliti apabila masih menggunakan teknik penyelesaian dari sistem ekonomi kapitalisme, apakah tidak akan menimbulkan efek buruk lainnya dalam berbagai segi kehidupan? Sebab tujuan dalam sistem ekonomi kapitalisme adalah mencari keuntungan materialistik. Sehingga, jika agenda konser itu benar-benar akan digelar, pihak yang banyak diuntungkan hanyalah para pengusaha yang memang usahanya sudah memiliki keterkaitan dengan acara konser itu.

Sedangkan keuntungan yang dinyatakan berupa kesempatan pembukaan lapangan kerja ternyata hanya berlaku untuk sedikit orang penduduk saja yang diterima menjadi karyawan para pengusaha itu.

Adapun para penduduk dalam negeri ini yang telah berusaha keras untuk dapat turut menyaksikan konsernya, maka nafsu keborosan akan bangkit membeli tiket konser yang bukan kebutuhan utama yang harus dipenuhi. Selanjutnya jika begitu, kantong pribadi masyarakat pun menjadi terkuras dan masalah keterpurukan ekonomi pun justru makin meluas.

Hal tersebut sangat jauh berbeda dengan sistem Khilafah Islamiah dalam mengelola dan menyelesaikan masalah perekonomiannya. Berbagai kebijakan yang dibuat disesuaikan dengan petunjuk syari' dari Tuhan sang Maha Pencipta Yang Maha Kaya, Allah Swt. Sehingga ketentuan semua kebijakan itu akan membuat ekonomi subur, gaya hidup masyarakat pun jadi tidak salah, dan kehidupan menjadi berkembang makmur.

Seperti mendengarkan musik dalam agama Islam yang hukumnya masuk kategori mubah atau diperbolehkan. Namun konser musik tetap tidak akan diizinkan untuk digelar, karena meski kebolehan itu dapat dilakukan sebagai hiburan, tapi tetaplah kebolehan itu tidaklah terlalu bermanfaat di dunia dan tidak juga bernilai pahala untuk di akhirat kelak. Sehingga Rasulullah sendiri juga telah bersabda agar kita mengurangi hal mubah yang sia-sia, tidak berguna.

Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi no. 2317)

Dengan demikian, masyarakat tidak akan ditawari untuk berlaku boros, sehingga kantong keuangannya pun akan aman terjaga, dan masalah kemiskinan tidak menjadi semakin parah. [Rn]

Baca juga:

0 Comments: