Headlines
Loading...
Otomatisasi, Kapitalisasi Melalui Adopsi Teknologi

Otomatisasi, Kapitalisasi Melalui Adopsi Teknologi


Oleh. Yulweri Vovi Safitria

Siapa yang tidak suka dengan kemajuan teknologi? Apalagi bagi ibu-ibu rumah tangga yang memiliki segudang aktivitas. Belum tuntas tugas yang satu, pekerjaan satunya sudah menunggu minta untuk diselesaikan. Bahkan kalau boleh dikata, waktu 24 jam terasa singkat, tetapi urusan pekerjaan tidak kunjung tuntas, yang ada justru tertidur kelelahan. 

Teknologi yang bersumber pada kecerdasan manusia paham akan kebutuhan manusia. Oleh karenanya pekerjaan manusia pun dibuat mudah. Sebut saja rice cooker, kulkas, mesin cuci, kendaraan, dan berbagai teknologi lainnya. Namun, apa jadinya jika teknologi tersebut justru meminggirkan peran manusia dalam kehidupan melalui otomatisasi? Lantas, apakah otomatisasi tersebut?

Menurut KBBI, otomatisasi merupakan penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin yang secara otomatis melakukan dan mengatur pekerjaan sehingga tidak memerlukan lagi pengawasan manusia, dengan tujuan untuk memudahkan manusia dalam melakukan tugas yang kompleks dan mendetail.

Kecanggihan Teknologi Dikapitalisasi

Seiring berkembangnya kecerdasan manusia, teknologi yang dihasilkan juga semakin berkembang, Namun sayang, kecanggihan teknologi di sistem kapitalisme rawan dikapitalisasi untuk kepentingan para pengusaha, pemodal, dan kaum kapitalis global.

Tingginya permintaan terhadap suatu barang atau produk begitu menggiurkan pengusaha untuk meraup keuntungan lebih banyak dengan modal sekecil-kecilnya. Mungkin kita pernah menyaksikan sebuah perusahaan yang sebelumnya mempekerjakan 10 orang untuk memproduksi sebuah barang, tetapi hari ini cukup dikerjakan oleh satu orang yang hanya bertugas mengawasi kerja mesin atau otomatisasi.

Tidak hanya perusahaan, teknologi bercocok tanam juga dikerjakan oleh petani, begitu juga dengan memanen padi. Meski belum ditemukan di Indonesia, tetapi video-video tersebut nyata adanya dan bisa disaksikan di media sosial.

Sebuah Pengarusan

Dalam sistem kapitalisme, teknologi merupakan sebuah keharusan yakni adanya pengarusan di tengah-tengah masyarakat untuk mengadopsinya, tanpa memilah apakah teknologi tersebut benar-benar dibutuhkan dan terjangkau oleh seluruh masyarakat baik perkotaan maupun pedesaan. Sebut saja aplikasi MyPertamina serta skema scan QR code ketika melakukan transaksi pembelian BBM bersubsidi (kumparan.com, 25/5/2023).

Masyarakat seolah dipaksa menggunakan aplikasi tersebut untuk membeli BBM bersubsidi. Jika dicermati, memang terlihat memudahkan, tetapi pernahkah kita berpikir apakah semua pengendara memiliki ponsel yang memadai? Dan bukankah BBM bersubsidi ini ditujukan untuk masyarakat menengah ke bawah? Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki ponsel?

Itu hanyalah salah satu contoh dari pengarusan penggunaan teknologi dewasa ini. Kita mungkin tidak akan lupa, yakni di awal pandemi Covid-19, anak-anak diminta belajar daring, tetapi bagi masyarakat pedesaan yang susah mengakses internet, belajar daring menjadi persoalan. Bahkan, tidak sedikit pula terjadi tindakan kriminal seperti mencuri ponsel untuk belajar daring atau mencuri agar bisa membeli kuota (liputan6.com, 6/8/2023).

Dampak Otomatisasi

Dikutip dari katadata.com, menurut Riset McKinsey pada 2017 memperkirakan bahwa sekitar 400 juta hingga 800 juta pekerja di dunia akan kehilangan pekerjaan pada 2030 karena otomatisasi. Menurutnya, pekerjaan fisik seperti buruh pabrik akan paling merasakan dampaknya. Pekerjaan ini diprediksi terotomatisasi hingga 78%.  Pemrosesan data, terutama terkait keuangan dan asuransi akan tergerus 69%, dan pengumpulan data akan terotomatisasi sebanyak 64%.

Sebuah fakta yang tentunya sangat memilukan bukan? Di saat banyaknya pengangguran, kemiskinan ektrem, sulitnya mendapatkan pekerjaan, masyarakat juga harus menelan pil pahit jika pada akhinya kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak semakin menipis.

Hal ini dapat memicu berbagai persoalan sosial, seperti pengangguran, ketersediaan lapangan kerja. Meskipun ada kesempatan kerja, tetapi peluangnya sangat kecil karena persaingan yang ketat. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi seluruh negara di dunia. Alhasil, masyarakat terjebak pada permainan kapitalis, rentan terjadi ekploitasi besar-besaran terhadap buruh atau pekerja, bahkan rawan terjadinya perbudakan maupun trafficking dan tidak sedikit pula yang berujung kematian. 

Tidak hanya itu, adopsi teknologi juga mengakibatkan laki-laki enggan untuk menikah, sebagaimana yang terjadi di Barat. Mereka lebih memilih membeli robot-robot untuk menyalurkan kebutuhan nalurinya. Mereka tidak perlu memenuhi kewajiban dan tanggung jawab sebagaimana layaknya seorang kepala rumah tangga. Tentu ini menyalahi fitrah seorang manusia. Nauzubillahi min dzalik.

Teknologi dalam Pandangan Islam

Pemanfaatan teknologi menurut pandangan Islam sah-sah saja, tetapi syariat melarang apabila dapat merugikan dan menzalimi manusia. Adopsi teknologi bukanlah sebuah keharusan atau pengarusan, melainkan sebuah pilihan bagi rakyat sesuai dengan kebutuhan mereka menurut kacamata syariat. Dalam Islam, perkembangan teknologi dan pemanfaatan teknologi adalah untuk mendakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia, menjaga negara dari penjajahan, dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat yakni kebutuhan pangan warga negara.

Dalam Islam, negara memiliki tanggung jawab mengembangkan teknologi, riset, manufaktur, yang ke semuanya itu dilakukan oleh negara dalam rangka menyejahterakan rakyatnya. Negara juga memiliki visi yakni mengadopsi teknologi untuk kemaslahatan umat. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh sebuah institusi yang menerapkan aturan Islam yang bersumber dari Rabbnya dan implementasinya dilakukan oleh seorang penguasa yang menerapkan Islam kafah.

Tidak hanya itu, kemajuan teknologi juga harus mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat yakni meningkatkan kualias ibadah dan dakwahnya sebagaimana tuntunan syariat. Bukan sebaliknya, yakni menjauhkan manusia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, apalagi sampai menggantikan peran manusia yang jelas-jelas menyelisihi syariat-Nya. Wallahu a'lam. [my]

Baca juga:

0 Comments: