Headlines
Loading...
Oleh. Arik Rahmawati

Band terkemuka dari Inggris Coldplay rencana akan manggung di Indonesia pada bulan November mendatang. Meski masih lama jadwal konsernya, akan tetapi  sambutan dan gegap gempitanya saat ini sudah terasa sungguh luar biasa.

PK Entertainment dan TEM Present mengumumkan tiket konser Coldplay bertajuk "Coldplay Music of Spheres World Tour 2023" ludes terjual selama tiga hari penjualan. (BeritaSatu, Jumat/19/5/2023)

Di balik gegap gempitanya penyambutan Coldplay yang luar biasa ini, ternyata ada suara-suara penolakan kehadiran band asal Inggris. Diantaranya oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Persaudaraan Alumni (PA) 212 menolak kedatangan konser grup band Coldplay digelar di Indonesia.

Dikutip dari Wartakotalive.com, Senin 15/5/2023 Novel berharap agar konser dihentikan karena masih banyak band lain yang tidak membawa bendera pelangi. 

Sedangkan seseorang yang mengaku dirinya sebagai ustaz dan juga musisi Dery Sulaiman menyatakan tidak ada masalah dengan kedatangan Coldplay. 

“Derry Sulaiman tidak takut dengan konser Coldplay,” kata Ustaz Derry Sulaiman seperti dikutip dari Suara.com lewat unggahan video di TikTok, Kamis kemarin.

Sungguh pernyataan Derry Sulaiman tersebut sangat terasa janggal. Menurut Ustaz Fahmi Al Anjatani pengasuh pondok pesantren ABBA (Abdurrahman Bin Auf),  beliau menyatakan bahwa keharaman menonton sebuah konser itu bukan karena lirik lagunya mengandung LGeBeTe atau tidak. Akan tetapi keharaman menonton konser itu adalah karena adanya aktivitas ikhtilat yakni bercampur baur antara laki- laki dan peremuan yang bukan mahram. Ini merupakan bentuk kemaksiatan kepada Allah Swt. Hal ini pasti terjadi dalam konser. 

Yang kedua masih menurut Ustaz Fahmi, keharaman konser itu adalah karena melalaikan. Yang namanya konser itu pasti ada yang minum minuman keras, pasti ada orang yang bermaksiat kepada Allah Swt. Ada juga yang sampai pada pelacuran. Semua ini tak jauh dari dunia konser.  

Ustaz Fahmi menyampaikan dalam surat Al Hujurat ayat 7 yang menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang mendapat hidayah, ada agama di dalam hatinya yaitu mereka orang-orang yang benci kepada kekufuran, kefasikan, dan kemaksiatan. (Acara Ngopi Pagi, 22/5/2023) 

Sekulerisme Mencetak Pribadi Ganda

Dalam alam sekuler tak ada standar yang jelas untuk menilai mana yang haram dan mana yang halal. Semua diukur dengan nilai materi. Meskipun jelas-jelas haram, masih saja dicari-cari celah untuk menghalalkannya. Seperti kasus Coldplay tersebut. Konser ColdPlay ini adalah konser raksasa melebihi dangdutan yang ada di kampung-kampung. Jika konser dangdut saja dipastikan ada kemaksiatan di dalamnya, apalagi ini konser dunia dengan ribuan watt kekuatannya, pasti akan dahsyat pengaruhnya, serta pastinya disertai kemaksiatan lainnya. 

Sistem sekuler menjadikan agama sebagai sesuatu yang bersifat pribadi. Menjadikan agama hanya dipandang untuk mengurusi ibadah ritual semata. Sementara urusan selain ibadah ritual menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya. Sistem ini menjadikan seseorang bisa saja mengambil agama yang sesuai dengan seleranya dan di sisi lain menolak aturan agama yang dirasa berat untuk dijalankan.

Sistem sekuler menjadikan orang bisa menerima nilai-nilai barat yang jauh dari Islam. Menjadikan semangat beramar makruf menjadi sesuatu yang dijauhi. Padahal ini merupakan perintah syariat. Sementara negara adalah pihak yang berada pada posisi abai dalam penjagaan syariat tersebut. 

Dalam sistem sekuler terkenal dengan istilah STMJ, salat terus maksiat jalan. Nah inilah gambaran masyarakat sekuler saat ini. Mereka berdalih nonton konser hanya sekedar hiburan. Sebelum nonton konser bisa salat terlebih dulu, bahkan mereka berkerudung ketika menontonnya. Seolah-olah itu sudah diridai Allah Swt. Mereka tak mau tahu apakah menonton itu halal apa haram hukumnya, yang penting happy.

Kh!l4f4h Mencetak Pribadi Soleh

Selama sistem sekuler ada di tengah-tengah kita, maka akan sangat sulit mencetak pribadi-pribadi yang soleh. Yang ada adalah pribadi split personality. Pribadi yang ganda dalam kehidupannya. Mereka bisa duduk berdampingan dengan kekufuran, berdiam diri dalam kekufuran, menikmati kemaksiatan dengan dalih itu hanya sekedar hiburan. Sementara negara dalam posisi tidak mengambil peran dalam menjaga akidah umat dari serangan musuh-musuhnya. 

Sebaliknya Islam ketika diterapkan dalam institusi kh!l4f4h akan sangat menjaga akidah umat dari pengaruh akidah asing yang berbahaya. Kemaksiatan tidak boleh tampak secara nyata, apalagi disyiarkan. Hiburan bukan berarti dilarang, akan tetapi hiburan yang tidak melanggar nilai-nilai agama. Jika hiburan ini melalaikan, apalagi mengajak pada kemaksiatan jelas tidak diperbolehkan oleh negara. 

Mengapa demikian? Karena negara dalam Islam, dalam hal ini khalifahnya itu sebagai perisai di mana umat berlindung di dalamnya. Sebagaimana hadis nabi sebagai berikut:
Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan hadis dari jalur Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدْلٌ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ ، وَإِنْ يَأْمُرُ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ [رواه البخاري ومسلم]

Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa jalla dan berbuat adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” [HR. Bukhari dan Muslim]

Maksud dari hadis ini adalah seorang pemimpin atau khalifah bertugas melindungi akidah, kehormatan, serta kewibawaan kaum muslimin. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: