Headlines
Loading...
 
Oleh. Arik Rahmawati

Pernyataan Romahurmuzy selaku ketua Majelis Pertimbangan PPP mendadak viral.  Apa pasalnya? Romy sapaan Romahurmuzy mengatakan bahwa kesalehan seorang pemimpin itu tidak layak menjadi standar untuk menjadi seorang pemimpin. Mengapa? Karena tiga dari calon pemimpin itu semuanya beragama Islam.  Mereka adalah Ganjar Pranowo, Prabowo Subiakto dan Anis Baswedan. 

"Tiga-tiganya sama-sama muslim. Jangan kemudian kita mengangkat ini salatnya bolong-bolong, ini salatnya rajin. Kemudian itu digunakan untuk ukuran kepemimpinan ia layak atau tidak,” kata Romy dalam acara Catatan Demokrasi TVOne dikutip Rabu (10-5-2023).

Mantan sekretaris Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Muhammad Said Didu  mengaku heran mengapa elite salah satu partai Islam tersebut bisa-bisanya mengatakan kesalehan bukan kriteria seorang pemimpin di Indonesia.
"Beginilah mereka yang abaikan moral,” ungkapnya dalam cuitannya di Twitter, Rabu (10/5). 

Aktivis muslimah Ir. Retno Sukmaningrum, M.T.  juga menyayangkan pernyataan tersebut.

“Sebagai petinggi sebuah partai Islam, sungguh terasa janggal pernyataannya tersebut. Memang kesalihan bukan satu-satunya syarat untuk mengemban amanah kepemimpinan. Namun, kesalehan dalam bentuk ketakwaan merupakan hal yang mutlak ada pada diri seorang pemimpin,” ungkapnya kepada MNews, Selasa (16-5-2023).

Senada dengan pendapat  tokoh sebelumnya Muhammad Ismail Yusanto tokoh cendekiawan muslim Indonesia juga menyayangkan pernyataan tersebut keluar dari mulut aktivis  yang notabene merupakan partai politik Islam.  Ismai Yusanto dalam channel youtubnya UIY Selasa 16/5/2023  menjelaskan bahwa karakter pemimpin itu pasti harus beriman dan bertakwa.  Adapun kesalihan itu adalah buah dari iman dan takwa.  Beliau mempertanyakan pernyataan Romi yang tidak mempersoalkan kesalehan seorang pemimpin. Padahal pemimpin yang shaleh itulah yang menjadi teladan dan yang akan membawa keselamatan dan kebaikan bagi kurang lebih 300 juta rakyat  Indonesia. 

Untuk memilih pemimpin kita sudah dicontohkan oleh Nabiyullah Muhammad SAW dalam periode kepemimpinannya bahwa ketika beliau memilih pemimpin pasukan itu beliau senantiasa mewasiatkan untuk berlaku takwa kepada Allah Taala. Sebagaimana diriwayatkan Muslim, ‘Sulaiman bin Buraidah, dari bapaknya, menuturkan, “Rasulullah saw., jika mengangkat seorang pemimpin pasukan atau suatu ekspedisi pasukan khusus, senantiasa mewasiatkan takwa kepada dirinya."

Takwa Dan Kepemimpinan
Sebagai seorang pemimpin tentunya akan berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Untuk itu jika dia tidak bertakwa  bagaimana dia bisa mengurus rakyatnya. Takwa dan kepemimpinan itu bagaikan dua sisi mata uang.

Bagaimana dia bisa menghimbau jajarannya agar tidak korupsi. Padahal dirinya seorang koruptor. Tentunya akan sangat membingungkan. Begitu pula banyak kasus dalam pergaulan. Ratusan pelajar antri untuk mendapatkan dispensasi karena hamil di luar nikah. Ini semua adalah akibat sistem yang buruk. Lalu bagaimana dengan pemimpin yang suka menonton film bokep. Apakah dia bisa menyelesaikan masalah moral rakyatnya. 

Pemimpin yang salih itu ibarat sopir. Jika kita naik bus mendapatkan sopir yang ugal-ugalan lalu kita mendiamkan dengan alasan masih di dalam batas kewajaran dan memberi pemakluman pemakluman maka ketika nanti ada kecelakaan maka yang sakit tidak dirinya sendiri melainkan seluruh rakyat. 

Inilah hakekat seorang pemimpin. Dia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dia bisa membawa penumpang selamat sampai tujuan atau membawa penumpang  masuk ke jurang. 

Pemimpin yang salih itu tak akan membuat rakyatnya sengsara. Dia tidak tunduk pada kepentingan hawa nafsu. Salih ini adalah bagian dari moral. Dalam segala tindakannya selalu terikat dengan hukum Allah SWT. 

Untuk itu jika ada seruan agar jangan memperhatikan kesalihan seseorang maka ini adalah seperti bunuh diri politik. Pernyataan seperti itu pantas untuk dipertanyakan. 

Dibalik Seruan Pemimpin Tidak salih

Adanya pemimpin yang tidak salih tentu akan menyenangkan penjajah. Karena dia akan mudah menerima ide-ide yang berasal dari penjajah. Dia akan bekerjasama dengan penjajah. Dia mau menerima ajaran ajaran sesat dan berkolaborasi dengan penjajah memerangi para pejuang Islam kaffah. Mereka tidak sadar menikam saudaranya dari belakang. 

Selain itu pemimpin yang tidak salih ini akan mengkriminalisasi ajaran Islam dan para pengembannya dan pada saat yang sama menyambut mesra musuh musuhnya.  Sumber daya alam yang begitu besarnya diserahkan pada asing. Akhirnya rakyat dinaikkan pajaknya demi menyenangkan musuhnya. 

Dibalik ajakan pemimpin tidak salih itu akan ada bahaya besar yang mengancam generasi. Pemimpin yang tidak salih tentunya akan menjadikan negeri ini meluncur ke dasar jurang yang paling dalam. Mengapa? Dengan kondisi seperti ini saja kita sudah banyak kerusakan apalagi dikampanyekan pilih pemimpin yang tidak salih tentu akan semakin terpuruk negeri ini. 

Untuk itu sudah saatnya kita kembali kepada Islam. Sungguh Islam sangat sempurna mengatur segala urusan hambanya. Termasuk dalam memilih pemimpin. Pemimpin yang bertaqwa hanya akan ada ketika sistem Islam diwujudkan. Sistem Islam melahirkan manusia yang salih dan berkepribadian Islam. [Rn]

Baca juga:

0 Comments: