Headlines
Loading...
Oleh. Bibit Sri Utami

Moment mudik di hari raya Idul Fitri baru saja sejengkal beranjak pergi. Momen hari raya Idul Fitri adalah momen tahunan di negeri mayoritas muslim ini. Tradisi mudik adalah momen yang sangat dinanti. Kaum muslimin bisa berkunjung dan berkumpul bersama keluarga di kampung halaman, melakukan tradisi 'sungkeman' pada orang tua dan bermaaf-maafan dengan seluruh keluarga besar. Ini adalah momen yang dirindukan dalam perayaan Idul Fitri. 

Akan tetapi, aktivitas pulang kampung yang serentak ini biasanya berakhir dengan kepadatan arus lalu lintas. Karena jalan raya, stasiun, dan bandara menjadi padat pengunjung. Yang sangat menyita perhatian biasanya fenomena kemacetan arus jalan raya, karena semua orang berpacu ingin lebih dulu berada di depan dan sampai pada tujuan. Polisi bahkan kewalahan mengatur kepadatan arus jalan raya ini. Angka kasus kecelakaan dan kematian di jalan raya pun biasanya bertambah naik pula. 

Masalah membludaknya pemudik dari yang berkendara dengan sepeda motor, bus, sampai mobil pribadi membanjiri jalan raya, disebabkan oleh kesemrawutan beragam masalah dan kurang sigapnya pemerintah menangani momen hari raya tahunan ini. Pemerintah yang seharusnya memberikan pelayanan sebaik-baiknya, bahkan secara gratis dan berkualitas kini jarang ditemui di momen hari raya tahun ini. 

Yang terjadi malah sebaliknya. Mereka ikut mengambil untung sebanyak-banyaknya, layaknya perusahaan swasta. Mereka menaikkan tarif tol bukan menggratiskannya atau memberikan harga miring guna mengurangi kemacetan. 

Belum lagi masalah kerusakan akses jalan raya, yang menyebabkan angka kecelakaan naik ketika mudik lebaran. Peristiwa ini sudah berulang kali terjadi. Namun perhatian pemerintah masih minim. 

Dalam Islam pemimpin adalah ra’in. 
Dari Ibnu ‘Umar radliallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.
Imam adalah pemimpin yang pasti akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas istri dan keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rumah tangga. Seorang pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan pasti akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya tersebut”. (HR. Bukhari)

Dari hadis ini, bukankah seorang pemimpin seharusnya lebih memusatkan perhatiannya kepada rakyat yang dipimpinnya, termasuk serius menangani masalah mudik ini supaya aman, nyaman dan tidak ada korban jiwa akibat kecelakaan? Semoga kasus petaka mudik lebaran tidak akan terulang di tahun yang akan datang. Aamiin. [Dn]

Baca juga:

0 Comments: