Headlines
Loading...
Oleh. Bibit Sri Utami

Kemiskinan adalah problem yang seakan tak pernah usai mewarnai kehidupan di negeri ini. Dari problem kemiskinan inilah yang kian hari kian mendorong hasrat sebagian rakyat untuk mengadu nasib ke luar negeri guna memperbaiki nasib diri. Sebab mau bagaimana lagi, fakta timpangnya kesejahteraan semakin terpampang nyata di depan mata. 

Iming-iming dan janji-janji lima tahun sekali di mana katanya akan diluaskan lapangan kerja juga serasa tak kunjung nyata. Sebaliknya yang ada adalah pemecatan sejumlah pekerja buruh di berbagai instansi ataupun perusahaan kian hari kian marak. 

Di sisi lain kebutuhan hidup juga semakin tinggi, biaya anak sekolah juga tidak murah, harga-harga bahan pokok yang terus melambung, belum lagi biaya kesehatan yang semakin mencekik walau katanya ada BPJS tapi faktanya jika status ekonomi miskin tetap saja berakhir tidak mengenakkan. 

Permasalahan yang ruwet inilah yang memicu hasrat sebagian rakyat untuk mencoba berjuang mengais rezeki di negeri orang walau entah nanti di sana kenyataannya seperti apa. Sebab kadang sebagian rakyat yang berangkat menjadi TKI atau TKW ini hanya bermodal skill seadanya dan semangat membara, sambil menepis perbedaan keyakinan, kultur, sosial, dan segala bahaya yang mungkin menimpa. Hanya satu hal di benak mereka yakni untuk mencari penghasilan yang lebih baik, kehidupan yang lebih layak untuk mencukupi kebutuhan hidup yang kian hari kian menguras kantong. 

Sebagai contoh, belakangan ini tersiar kasus disekapnya 20 WNI di kota Myawaddy negara Myanmar. WNI ini menjadi korban perdagangan manusia, yang mana tempat ini adalah area daerah konflik bersenjata antara militer Myanmar dengan kelompok pemberontak. 

Bagaimana nasib ke 20 WNI ini? sampai saat ini belum ada berita kejelasannya, karena memang perlindungan untuk para WNI ini juga terasa sangat minim, padahal di rumah bisa jadi mereka ditunggui anak-anak mereka dan semua keluarga. (MMCYoutube.com, 6 Mei 2023).

Mengapa hal ini bisa terjadi, padahal kita ketahui Indonesia adalah negara yang subur dengan SDA yang melimpah, begitu juga dengan hasil hutan, laut, dan buminya. Namun mengapa sampai rakyatnya rela mengadu nasib ke luar negeri dan ekonomi di negeri ini sulit sekali? 

Sebenarnya banyak sekali faktor penyebabnya, mulai dari salahnya sistem pemerintahan yang diadopsi. Hingga salahnya berbagai penerapan di dalam operasionalnya negeri ini. Seperti halnya  rumitnya memilih pemimpin, rendahnya taraf ilmu karena sistem pendidikan yang kurang bermutu dan tidak merata, banyaknya koruptor yang memikirkan perutnya sendiri, merebaknya riba, dan hal-hal lainnya yang tidak dikelola dengan benar karena menggunakan sistem yang tidak bersumber wahyu. 

Disadari atau tidak negeri tercinta ini telah menjadi korban sistem kapitalis sekularis. Sebuah sistem pemerintahan yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Sebab sistem ini bergerak atas dasar materi, di otak sistem ini hanya memikirkan uang, uang dan uang, tanpa memikirkan kesejahteraan rakyat. Alhasil segala cara ditempuh tanpa memikirkan halal dan haram. 

Berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem Islam ada sistem yang khas yang akan mengurusi rakyatnya dengan landasan syariah Islam, nama negara dalam sistem ini adalah Kh!l4f4h. Sebuah sistem yang terbukti menyejahterakan, menepis kemiskinan yang menyiksa, memberantas para koruptor, bersih dari riba, mengayomi rakyat dengan totalitas, tidak ada perdagangan manusia, bahkan malah membebaskan manusia dari perbudakan.

Dalam sistem ini juga sangat memperhatikan pendidikan, kesehatan, penyediaan transportasi di segala bidang (sarana dan prasarana umum), pengelolaan SDA secara baik dan semua yang menyangkut kemaslahatan umat, diurus dan dikelola sesuai syariat Islam dan merata tanpa kecuali. 

Sistem ini bukan ilusi, karena sudah terbukti nyata memberikan kesejahteraan belasan abad lamanya. Namun sayangnya sistem Kh!l4f4h ini runtuh tahun 1924 di Turki oleh Mustafa Kemal Laknatullah. Maka, bersama mewujudkan kembali sistem Islam ini yang terbukti memberi kesejahteraan dan kemakmuran ke segala penjuru negeri. Bukan dengan sistem sekuler kapitalis yang jelas-jelas hanya memberi ilusi kesejahteraan di negeri ini. Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: