Headlines
Loading...
Tabungan Ludes untuk Beli Tiket Coldplay, di mana Letak Kebahagiaan?

Tabungan Ludes untuk Beli Tiket Coldplay, di mana Letak Kebahagiaan?

Oleh. Dita Serly Nur Cahyanti 

Bak sebuah berlian yang diincar banyak orang. Boyband satu ini banyak digilai masyarakat Indonesia, hingga berburu tiket konser dengan harga yang begitu fantastis. Tak ayal banyak di antara mereka yang harus mengeluarkan biaya yang begitu besar bahkan rela untuk menguras tabungan untuk mendapatkan tiket konser ini.

Antusiasme Masyarakat Indonesia

Antusiasme masyarakat terhadap konser Coldplay di Jakarta sangat tinggi. Konser tersebut akan dilaksanakan pada hari kerja, Rabu 15 November 2023.

Band yang dibentuk tahun 1996 ini sering dijuluki sebagai "The Most Successful Band of the 21st Century". Band ini melakukan konser yang pertama di Indonesia.

Bahkan harga tiket dibandrol mulai dari kisaran harga Rp800.000 hingga Rp11 juta. Namun, anehnya antusiasme masyarakat terhadap konser Coldplay ini masih sangat tinggi, bahkan dengan harga yang lebih tinggi dari harga tiket tertinggi konser Blackpink sebelumnya. (Kompas.com 12/5/2023).

Sangat miris, baru saja pandemi dinyatakan berakhir. Di mana sebelumnya ekonomi masyarakat begitu sulit, banyak terjadi PHK di mana-mana. Dan faktanya baru saja diumumkan akan ada konser Coldplay di Jakarta, dalam waktu yang singkat tiket habis diserbu masyarakat Indonesia dari berbagai penjuru.

Sesuatu yang aneh, tatkala melihat hal yang semacam ini. Mereka pun tak masalah kehilangan uang begitu besar demi menonton konser ini. Mereka merasa bahagia ketika bisa mengikuti konser yang akan dilaksanakan pada 15 November nanti.
Benarkah mereka merasa bahagia?

Standar Kebahagiaan Manusia Masa Kini

Sistem yang diterapkan saat ini adalah sistem sekuler, di mana aturan yang diterapkan sangat jauh dari syariat Islam. Begitu pun masyarakatnya juga memiliki pemikiran sekuler. Bahkan tak jarang kita menjumpai seorang muslim, namun tak menjalankan syariat Islam dalam kehidupannya.

Bukan hal yang tabu, karena standar yang mereka gunakan adalah standar yang mereka buat sendiri. Begitu pun dengan standar kebahagiaan. Mereka beranggapan bahwa ketika melihat konser, healing dan sebagainya merupakan salah satu cara untuk mereka merasa bahagia setelah penat dengan pekerjaan dan rutinitas sehari-hari mereka.

Padahal ketika semua telah berlalu, mereka pun akan kembali lagi ke rutinitas sebelumnya. Bisa dikatakan kebahagiaan yang cari bersifat semu atau sementara. Seperti halnya seseorang yang ingin melupakan masalah dalam hidupnya.

Mereka jalan-jalan, minum-minuman keras, atau berkumpul bersama teman-temannya. Namun, tatkala mereka telah selesai, mereka sadar dan sendirian, masalah itu datang lagi. Bukankah sama saja? mereka mengeluarkan begitu besar biaya, namun masalah mereka tak pernah selesai.

Kebahagiaan yang Hakiki

Berbeda halnya dengan Islam. Islam menawarkan begitu banyak solusi, bahkan  kebahagiaan dalam Islam tak hanya bersifat semu, tetapi kebahagiaan yang hakiki.

Yang namanya kaya (ghina’) bukanlah dengan banyaknya harta atau kemewahan dunia. Namun yang namanya ghina’ adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nah, ketika kita berpikir bahwa letak bahagia ada pada banyaknya harta dan kemewahan dunia, maka kita salah persepsi. Kebahagiaan tak selalu dari banyaknya harta dunia. Jika harta membuat manusia bahagia, sudah berapa banyak orang yang memiliki kelebihan harta, tetapi masih merasa tak bahagia. 

Mereka touring ke seluruh benua, menonton konser di mana-mana, menghabiskan harta yang mereka punya, tetapi juga masih tak merasa bahagia. Itu semua karena standar bahagia mereka semu.

Dalam Islam, bahagia yang hakiki itu tatkala kita taat terhadap syariat Allah secara kafah dan merasa cukup dengan pemberian Allah.  Hati yang lapang dan senantiasa bersyukur dalam setiap keadaan. Bahkan orang-orang nonmuslim pun mengakui hal itu, mereka bertanya, bagaimana orang muslim tetap bahagia dan tertawa bahkan pada saat mereka tak memiliki harta sekalipun?

Jawabannya jelas karena standar kebahagiaan dalam Islam berbeda. Kebahagiaan yang hakiki itu ada dalam diri seseorang yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap perintah dari Penciptanya. Masalah yang seringkali kita jumpai saat ini, itu karena manusia sangat jauh dari Allah. Banyak yang depresi, stres, dan berakhir bunuh diri. 

Semua itu adalah dampak dari sistem sekuler yang diterapkan saat ini. Solusi atas permasalahan umat saat ini hanyalah kembali kepada syariat Allah, dengan diterapkannya sistem Islam secara kafah di setiap lini kehidupan. Mengalihkan mindset masyarakat saat ini, kembali kepada mindset islami. Mengubah standar kebahagiaan yang semu kembali pada standar kebahagiaan yang hakiki.

Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: