Story Telling
Tetap Semangat Beribadah Usai Ramadan
Oleh. Nirwana Sadili
Ramadan telah berlalu tidak berarti amalan-amalan saleh yang dilakukan di bulan itu juga berlalu. Latihan dan gemblengan selama sebulan harusnya masih tercermin setelah berlalunya bulan Ramadan, bahkan setelah memasuki bulan Syawal lebih meningkat karena itulah sejatinya tujuan disyariatkannya puasa yakni tattaqun (agar kalian menjadi orang-orang yang bertaqwa) dan mendekatkan diri pada Allah Swt.
Namun faktanya setelah Ramadan berlalu, begitu sulit mempertahankan amalan-amalan Ramadan. Biasanya program-program yang sudah disusun, pada saat Ramadan bisa berjalan dengan baik. Tetapi setelah Ramadan program yang telah disusun amburadul dengan gempuran berbagai ujian dan cobaan. Astagfirullah, ampuni kami ya Allah.
Rutinitas keluarga kami saat hari raya Idulfitri adalah berkumpul dengan sanak saudara dari pihak suami, karena keluarga saya sendiri jauh di pulau seberang, tepatnya di Soppeng salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan. Karena kedua orang tua sudah tiada, maka pada hari raya pertama semua kakak dan adik suami beserta anak-anaknya berkumpul di rumah kakak tertua termasuk keluarga kami. Setelah menikmati hidangan lontong dan opor ayam makanan favorit keluarga biasanya dilanjutkan keliling silaturahmi ke rumah saudara-saudara bapak dan ibu mertua, dan baru pulang ke rumah masing-masing menjelang magrib.
Hari raya kedua lanjut kembali keluarga besar berkumpul, kali ini giliran di rumah kami. Karena saya orang Bugis, tentu tidak ketinggalan menghidangkan masakan Bugis “burasa dan coto Makassar. Keluarga besar sangat menyukai makanan khas Makassar. Untungnya waktu belum menikah sering nimbrung membantu orang tua memasak hidangan lebaran, jadi ketika sudah berumah tangga bisa mempraktikkan, ditambah lagi resep-resep makanan apa saja bisa diakses di internet semakin memudahkan mengeksekusi masakan.
Hari selanjutnya ganti berkumpul di rumah adik, sehingga banyak waktu yang tersita. Belum lagi undangan halal bihalal, dan godaan-godaan yang lain, semua itu mengurangi waktu untuk bermesraan dengan Al-Qur’an.
Rutinitas amalan-amalan yang dilakukan di bulan Ramadan seperti berzikir, qiyamullail, tilawah Al-Qur’an, sedekah, dan amalan lain mulai berkurang. Saya menyadari bahwa kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, harus segera berbenah agar ketakwaan tetap terpelihara, bahkan harus meningkat.
Strategi yang saya lakukan agar amalan tetap terjaga adalah:
Pertama, berkumpul dan bergaul dengan orang-orang saleh. Bergaul dengan orang-orang saleh sangat penting dilakukan, karena pergaulan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pikiran dan keimanan kita. Oleh karena itu ketika bergaul hendaknya memilih teman yang beriman yang memiliki ilmu agama.
Teman yang baik adalah teman yang membantu dalam ketaatan dan mengajak kepada kebaikan, Dzam Nuun Al-Mishri berkata, “Berteman dengan orang saleh akan menjadikan hidup lebih baik, dan kebaikan itu berkumpul dalam perkara teman dekat yang saleh, yang dimana ketika kamu lupa dia kan mengingatkanmu, dan ketika kamu ingat ia akan membantumu. (Hilyatul Auliya, 9/121)
Fudhoil bin Iyadh berkata, “Apabila engkau bergaul, maka bergaullah dengan orang yang memiliki akhlak yang baik, karena dia tidaklah mengajak kecuali pada kebaikan dan berkawan dengannya dalam kenyamanan…”
Islam menganjurkan berkumpul dan bergaul dengan orang-orang saleh, karena akan berdampak, karena teman itu akan mempengaruhi temannya, bila temannya baik akan membawa pengaruh baik, sebaliknya jika teman itu perilakunya buruk akan memberi pengaruh kepada keburukan, sebagaimana tergambar dalam hadis Rasulullah saw.,
“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk seperti penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau akan membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau mendapatkan bau yang buruk.”
Sebaliknya Allah melarang bergaul dengan orang yang perangainya buruk dan zalim karena bisa membutakan hati. Allah Swt. berfirman dalam QS. Hud : 113
وَلَا تَرْكَنُوٓاْ إِلَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنْ أَوْلِيَآءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ
”Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.”
Kedua, berada dalam jemaah atau komunitas. Rasulullah saw. bersabda, ”Hendaklah kalian berjemaah dan jangan bercerai-berai, karena setan bersama yang sendiri daripada dengan dua orang lebih. Barang siapa ingin masuk ke dalam surga maka hendaklah komitmen dalam jemaah.” (HR. At-Tirmizi)
Namun kita tidak boleh sembarang memilih komunitas tetapi harus memilih komunitas yang tepat. Jemaah atau komunitas yang dimaksud di sini tentunya komunitas yang baik dan dapat menambah wawasan, semangat, dan ilmu.
Saya bersyukur karena menemukan komunitas yang memenuhi dua kriteria tersebut yakni komunitas “Sahabat Surga Cinta Qur’an (SSCQ).” Di mana dalam SSCQ dipertemukan wanita-wanita salihah dari berbagai wilayah di Indonesia yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi. Program-program SSCQ mengajak kita untuk selalu mesra dengan Al-Qur’an terutama program ODOJ-nya yang tidak hanya bertilawah tetapi juga membaca terjemahnya, sehingga bisa memahami sedikit-sedikit surat cinta dari Allah.
Selain itu saya merasakan kurikulum SSCQ semua programnya dalam rangka mengajak kita untuk mendekatkan diri pada Allah. Programnya keren-keren dan banyak membawa kebaikan. Program unggulan SSCQ diantaranya ODOJ plus-plus, litsus, panggung desain, kajol, panggung jejak karya, kelas tahsin, dan kelas EYD. Semua program dipandu oleh mentor-mentor yang ahli di bidangnya dan siap berbagi ilmu dengan ikhlas.
Dengan begabung bersama SSCQ, amalan-amalan Ramadan insyaAllah akan terjaga selama sebelas bulan ke depan. Jazakillah khair bunda Lilik Yani muassis SSCQ, semoga Bunda dan semua anggota SSCQ kelak dipertemukan Allah di surga. Wallahualam bissawab.
Magetan, 29 Mei 2023 [Ni]
0 Comments: