OPINI
Alih Fungsi Hutan Menjadi Ekowisata
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Hutan adalah paru-paru dunia yang dapat menyediakan oksigen bagi seluruh makhluk hidup, terutama manusia dan hewan yang membutuhkannya. Peranannya sangat penting terutama dalam perubahan iklim, menghilangkan kelaparan dan membuat pembangunan masyarakat perkotaan dan pedesaan berkelanjutan. Akan tetapi apa jadinya bila wajah hutan kini disulap jadi wajah ekowisata?
Dilansir dari medkom.id, 24/8/2022, masyarakat Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), dikabarkan berhasil mengelola hutan menjadi ekowisata dan menarik banyak pengunjung lokal hingga mancanegara. Yang menjadi pertanyaan adalah kalau hutan jadi wisata, bagaimana kehidupan manusia dan alam ya? Sementara di satu sisi, kita merasa kasihan dengan masyarakat yang ada di sana. Sebab, mereka melakukan itu karena mengalami kondisi kemiskinan ekstrem sampai-sampai mengubah hutan menjadi ekowisata.
Berbicara mengenai alih fungsi hutan melalui ekowisata ini sebenarnya tidak bisa kita lepaskan dari pandemi covid-19 yang sejatinya telah mengubah wajah industri pariwisata di Indonesia. Saat itu, kondisi pascapandemi yang melanda hampir seluruh dunia membuat perlu adanya alternatif pengembangan pariwisata yang dilakukan dengan konsep New Normal. Ada tiga kepentingan yang harus beriringan yakni pemberdayaan masyarakat, kelestarian alam dan peningkatan ekonomi melalui investasi. (jasling.menlhk.go.id, 26/10/2022)
Dulu, kita mengenal pariwisata konvensional itu sebuah aktivitas yang mengunjungi lokasi wisata dimana dia bisa berupa taman, pangkalan, bangunan, atau situs-situs bersejarah. Sekarang pariwisata lebih ke alam atau disebut dengan ecotourism. Menurut ecotourism society tahun 1990, yang hal ini diamini oleh Direktorat Jenderal Pariwisata tahun 1995, mereka mengklaim kebaikan dari konsep ini. Mengapa? Karena menurut mereka ekowisata ini bertujuan untuk mengkonversi lingkungan dan melestarikan kehidupan alam dan budaya. Dan tidak lupa, ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Jadi dengan ekowisata ini akan ada aktivitas yang lebih bertanggung jawab secara sosial dan juga terhadap lingkungan. Artinya adalah dengan ekowisata maka pariwisata akan lebih dari sekedar liburan dan hiburan. Ada cuan lebih yang dihasilkan dari sana. (MuslimahMediaCenter, 3 Juni 2023)
Semakin jelas, pemberdayaan aspek wawasan lingkungan ini ternyata tidak untuk kepentingan masyarakat luas. Lalu, untuk kepentingan siapa? Tentu hanya untuk kepentingan kapitalis. Sebab, lingkungan justru diolah untuk komoditas ekonomi baru bertajuk ekowisata yang akan terus mengisi pundi-pundi kekayaan para kapitalis.
Bahaya Pembangunan Ekowisata
Saat ini, ekowisata berada dalam arahan dan kebijakan serta regulasi sistem ekonomi kapitalis. Tata aturan kapitalis yang menihilkan peran Pencipta, yakni Allah sebagai al Khaliq Al Mudabbir ini membuat sebuah konsep ekonomi, di mana pariwisata dan pembangunan infrastruktur itu menjadi salah satu jalan menuju liberalisasi ekonomi. Dari sana, investor diundang dengan tangan terbuka dan dengan senyum yang terkembang.
Sementara di sisi lain, kesejahteraan dan kebutuhan rakyat diabaikan. Mereka berdalih, pembangunan tempat wisata untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun, realitanya tidak demikian. Kita bisa melihat begitu banyak data dan fakta. Kita bisa menemukan penduduk yang tinggal di sekitar area wisata tetapi miskin. Mereka kesulitan mengakses fasilitas kesehatan, mengalami krisis air bersih, bahkan serapan tenaga kerja juga terbilang rendah.
Lalu, apa yang menjadi biang kerok permasalahan ekonomi? Apa yang menciptakan kemiskinan struktural di negeri ini? Sebenarnya adalah karena diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme. Dalam sistem ini kepemilikan rakyat boleh dikuasai oleh individu-individu dan swasta. Contohnya adalah hutan yang berada di dalam konsep ekowisata ini.
Ia bisa dikuasai oleh korporat yang mereka itu membeli atau menguasai hutan tadi dengan uang atau kapital yang mereka miliki, bahkan termasuk aset-aset strategis lainnya. Sementara rakyat hanya gigit jari. Sebab, rakyat harus membeli dengan harga mahal untuk bisa menikmatinya. Rakyat diminta berjuang sendiri mendapatkan pekerjaan yang layak di tengah kebijakan rakyat yang tidak pro-rakyat. Yang terjadi akhirnya pembangunan ekowisata guna mendongkrak ekonomi rakyat yang tidak menyelesaikan persoalan.
Bagaimana dalam Pandangan Islam?
Dalam Islam yang menjadi permasalahan adalah paradigma apa yang menjadi dasar infrastruktur itu dibangun? Itu yang menjadi fokus pembahasan. Karena, dalam negara yang berdasarkan akidah Islam, pembangunan infrastruktur tidak akan mengabaikan hak manusia, zalim terhadap alam, dan lingkungan. Bahkan, negara yang berlandaskan Islam justru akan memprioritaskan infrastruktur yang lebih urgen untuk dibangun. Misalnya infrastruktur untuk kesehatan, jalan, energi, fasilitas umum, dan sebagainya dibanding membangun ekowisata tadi. Karena negara yang berlandaskan Islam akan menerapkan ekonomi Islam secara utuh untuk mewujudkan semua itu. Hal ini dimulai dari persatuan kepemilikan, pengelolaan sampai pada distribusinya.
Dari mana negara mendapat sumber pembiayaan? Yakni dari Baitulmal. Negara tidak akan memungut dana dari masyarakat, sebab negara Islam itu mandiri. Negara dengan seluruh peraturan di dalamnya tidak akan menjadikan pariwisata sebagai sumber perekonomian negara layaknya negara kapitalis saat ini. Malahan dalam Islam, objek wisata bertujuan sebagai sarana untuk dakwah dan riayah. Karena dia berupa keindahan alam dan bersejarah yang bisa dipertahankan sebagai sarana memahamkan Islam kepada wisatawan. Negara yang berlandaskan Islam, tidak akan eksploitasi pariwisata untuk kepentingan ekonomi dan bisnis.
Intinya, bahwa dalam tata aturan Islam, negara memiliki konsep yang sangat utuh terkait dengan hal ini. Termasuk sumber tetap perekonomian negara Islam itu hanya ada 4, yaitu pertanian, perdagangan, industri dan jasa. Meskipun ada sumber dana lainnya yaitu dari harta fai, kharaj, jizyah, ghanimah, zakat dan dharabah.
Allah ta'ala berfirman,
"Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia." (Al- Maidah:32)"
Di sinilah, pentingnya memelihara kehidupan seorang manusia. Kita bisa melihat Islam menjalankan sistem kehidupannya berdasarkan ketundukan kepada al Khaliq wal mudabbir. Inilah kesempurnaan Islam yang seharusnya ada.
Dengan begitu, negara yang berlandaskan Islam akan meriayah rakyat yang menjadi tanggungannya. Sehingga terjamin kesejahteraan tanpa memunculkan konsep ekowisata yang justru menghancurkan alam dan juga membawa mudarat yang sangat besar untuk manusia dan hidup. Wallahu a'lam. [My]
0 Comments: