OPINI
Baby Blues Tinggi, Mengapa Bisa Terjadi?
Oleh. Zahrah (Aktivis Dakwah Kampus)
Ibu merupakan tonggak peradaban dunia. Peradaban besar ada dalam genggamannya. Jika ibu rusak maka rusak bangsanya, jika ibunya baik maka baiklah bangsanya.
Tapi apa jadinya jika para ibu saat ini mengalami baby blues pasca melahirkan anaknya? Jawabannya pasti para ibu tidak akan bisa mengurus dengan baik sang calon peradaban. Lalu mengapa angka baby blues bisa begitu tinggi ? Apa penyebabnya?
Baby blues syndrome adalah gangguan kesehatan mental yang dialami perempuan setelah melahirkan. Gangguan ini biasanya ditandai dengan munculnya perubahan suasana hati, seperti gundah dan sedih secara berlebihan, bahkan bisa sampai tahap depresi.
Dilansir dari Detikhealth (26/06/2023) hasil penelitian nasional menunjukkan bahwa 50 sampai 70 persen ibu di Indonesia mengalami baby blues baik ringan maupun sedang. Hal ini terbesar ketiga di Asia. Kondisi ini dialami oleh ibu menyusui, pasca melahirkan dan ibu dengan anak usia dini. Gejala yang ditunjukkan beragam, mulai dari ibu yang tiba-tiba sedih sekali, terkadang menangis sendiri, cemas berlebihan hingga insomnia.
Maria Ekowati Ketua Komunitas perempuan dari Wanita Indonesia Keren (WIK) dan psikolog, mengatakan selain kondisi hormonal, baby blues pada ibu juga disebabkan kondisi rumah tangga yang tidak harmonis atau mengalami KDRT. Kondisi ini semakin parah selama masa pandemi.
Jika kita menelisik lebih dalam ada faktor lain yang menjadi penyebab tingginya angka baby blues saat ini yaitu ketidaksiapan para calon ibu dan orang tua dalam mengurus anak-anaknya dalam sistem saat sekular kapitalis saat ini. Generasi saat ini tidak dibekali pendidikan untuk menjadi ibu tangguh dan mempersiapkan diri menjadi pendidik generasi. Mental wanita saat ini mudah goyah ketika mendapat masalah yang pada akhirnya menimbulkan rasa stres hingga depresi. Calon ibu ini tidak dibekali cara bagaimana menjadi madrasatul ula bagi anaknya, serta cara bagaimana mengurus rumah tangga.
Dalam sistem pendidikan kapitalis saat ini para perempuan diarahkan agar bisa mandiri dan bekerja demi memenuhi ambisi para kapitalis. Mereka tidak diajarkan bagaimana cara mendidik generasi tapi diajarkan bagaimana caranya bekerja. Agama dijauhkan dari sistem pendidikan. Akibatnya para perempuan jauh dari agamanya, mudah stres hingga depresi ketika mendapat masalah. Generasi saat ini sudah biasa disebut dengan generasi bermental kerupuk. Sebab pada faktanya begitu, mudah melempem ketika dapat masalah, bahkan bisa berujung bunuh diri.
Di sisi lain, banyaknya ibu yang mengalami gangguan mental juga disebabkan sulitnya ekonomi saat ini. Para ibu dibebani pikiran bagaimana memenuhi kebutuhan hidupnya dan anak-anaknya ketika para ayah sulit mendapat kerja, sulit memberikan nafkah. Bagaimana tidak stres jika tekanan ekonomi begitu berat dan sulit dilalui?
Oleh karena itu, butuh solusi sistemik dalam menyelesaikan persoalan kesehatan mental pada ibu, sebab kesehatan mental disebabkan oleh sistem juga yakni penerapan sistem sekuler kapitalis yang menjauhkan agama dari kehidupan.
Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna telah terbukti mampu mencetak calon ibu terbaik pada masanya. Menjadikan muslim yang saleh dan salihah, serta mampu mendidik generasinya.
Terdapat beberapa mekanisme yang dilakukan di dalam Islam ketika menyiapkan generasi sebagai calon orang tua terbaik dan tangguh.
Pertama, menyediakan sistem pendidikan yang berasaskan akidah islam. Kurikulumnya akan membentuk setiap generasi menjadi insan yang saleh dan salihah serta kaya akan tsaqofah islam. Memahami dengan benar konsep dalam berkehidupan, tujuan penciptaannya sebagai hamba Allah. Selain itu mereka juga akan dipersiapkan dan dibekali ilmu bagaimana cara menjadi orang tua yang baik sesuai dengan aturan Islam. Mereka juga akan menyadari kemuliaan menjadi orang tua.
Kedua, sistem politik ekonomi Islam yang mendukung peran ayah dalam mencari nafkah. Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi setiap laki-laki. Selain itu, negara akan menjamin setiap kebutuhan pokoknya rakyatnya terpenuhi secara sempurna baik sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan keamanannya dengan fasilitas terbaik secara murah bahkan gratis. Sehingga nantinya para ibu tidak perlu pusing lagi memikirkan kebutuhannya dan anaknya. Para ibu juga tidak perlu bekerja demi membantu perekonomian keluarga.
Ketiga, menciptakan lingkungan masyarakat yang islami. Dengan lingkungan masyarakat islami yang dibentuk oleh negara, maka masyarakat akan terbiasa melakukan amar makruf nahi mungkar. Ketika terjadi kemaksiatan maka masyarakat akan kontrol sosial yang baik dengan hal tersebut. Masyarakat islami juga akan senantiasa bersikap baik, lemah lembut dan saling tolong menolong antar sesama anggota masyarakat. Dengan demikian akan terwujud masyarakat yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.
Semua itu hanya akan terwujud jika Islam diterapkan secara kaffah dalam bingkai khilafah. Khilafah yang akan membentuk sistem pendidikan dengan kurikulum yang islami, menerapkan politik ekonomi Islam serta membentuk masyarakat yang islami.
Wallahu a'lam bi showwab. [my]
0 Comments: