Oleh. Afiyah Rasyad
(Emak Big 5)
"Ustaz, mau naik haji?"
Pertanyaan dari seberang telepon membuatnya bergeming. Udin mengernyitkan dahinya, tangannya aktif menggaruk kepalanya yang tak gatal. Pikirannya berkecamuk, bingung mau jawab apa.
"Tentu saja mau." Akhirnya dia menjawab salah seorang yang baru dikenalnya di sebuah forum.
"Baik, tolong kirimkan foto paspor Ustaz dan istri," pinta orang yang diseberang telepon.
Antara percaya dan tidak, dia akhirnya menuruti permintaan Alung, salah satu peserta di forumnya waktu Istihlal. Saat istrinya bertanya untuk apa, dia diam seribu bahasa. Hanya senyum yang dia persembahkan untuk belahan jiwanya itu.
Jemaah haji Indonesia sudah mulai berangkat. Udin sempat mengantarkan salah satu rekan pengajiannya yang berangkat haji kedua kalinya. Hatinya berderai, lisannya melangitkan kalimat thoyyibah. Dia pun berharap bisa ke Baitullah untuk berhaji.
Pikirannya melalang buana. Ia teringat foto paspor yang dikirimkan tiga hari lalu. Rasanya canda saja jika berangkat tahun ini. Udin senyum sendiri atas pertanyaan Alung beberapa waktu lalu. "Canda haji," Gemas sekali dia berucap lirih.
"Ada apa, Pak," kata istri Udin yang sudah berganti kostum.
"Tak apa, Bune. Haus pengen ngeteh," jawab Udin.
"Ok, tak buat banyak, sekalian untuk anak-anak datang ngaji." Aulia, istri Udin menjawab sambil eksekusi teh.
Saat mereka minum teh, suara salam menggema. Mereka santai dikira anaknya sudah pulang mengaji. Udin beranjak menuju ruang tamu. Ternyata di luar, ada beberapa orang tamu. Segera Udin merapikan pakaian dan meminta Aulia mengenakan kembali jilbab dan kerudung dengan lengkap.
Tamu itu adalah Alung. Orang yang sempat Udin pikirkan barusan, "Canda haji." Alung dengan sopan menyodorkan kotak kado pada Udin. Aulia dan Udin saling pandang. Pasangan suami istri itu sama-sama menerawang isinya. Mereka juga berpikir keras, "Ada momen apa malam ini."
Dengan hati-hati, Udin membuka isi kotak kado cantik itu. Suara isak tangis tertahan terdengar. Sujud syukur dilakukan Udin dan Aulia. Lafaz hamdalah dan kalimat thoyyibah lainnya teruvap dengan fasih. Kotak kado itu berisi dokumen-dokumen penting untuk berangkat haji dua hari lagi.
Dua koper berisi perlengkapan haji sudah berpindah tangan. Udin dan Aulia selalu merasa takjub dengan Kebaikan Allah pada mereka. Ucapan terimakasih juga mereka ucapkan pada Alung yang digerakkan Allah hatinya untuk memberangkatkan haji mereka berdua.
Canda haji, semudah mengajak ke Alun-Alun saja. Sepasang suami istri itu telah berada di tanah suci. Mereka berbahagia mendapatkan rezeki menyempurnakan rukun Islam yang kelima. Keyakinan mereka selama ini dibayar tunai oleh Allah. Bahwa memantaskan diri menjadi tamu tak melulu soal banyaknya harta.
Niat dan komitmen yang kuat harus ada. Melayakkan diri dan memantaskan diri sebelum dipanggil sangat perlu agar saat dipanggil bisa menjadi haji mabrur. Kini, Aulia dan Udin sudah menjadi tamu istimewa. Harapan besar agar ibadah lancar dan mabrur terus dilangitkan dalam doa dan ikhtiar yang optimal. Canda haji yang dipikirkannya menjadi nyata.
0 Comments: