Headlines
Loading...
Oleh. Siti Nur Rahma

Tebang pilih adalah aktivitas menetapkan satu pilihan untuk diambil manfaatnya, lantas meninggalkan pilihan lainnya. Istilah tebang pilih tampaknya sedang dimanifestasikan dalam ajaran Islam untuk pembangunan yang lebih baik.

Ekonomi syariat semakin dilirik para pemangku kebijakan untuk mewujudkan pembangunan Indonesia lebih maju. Sebab Indonesia yang memiliki penduduk muslim sebanyak 237 juta orang dan jumlah institusi keuangan syariah terbanyak di dunia, menggantungkan harapan pada ekonomi syariat untuk dikembangkan dalam pembangunan Indonesia.

Dikutip dari antaranews.com, Menteri Keuangan dalam sebuah agenda Anugerah Adinata Syariat 2023 di Jakarta secara daring pada Jumat 26 Mei lalu berkata, "Pemerintah ingin memposisikan Indonesia sebagai pelaku utama dan sekaligus Hub ekonomi syariah, serta produsen pusat halal dunia."

Hal ini diharapkan bisa terwujud sempurna melalui kerjasama antar berbagai pihak baik dalam sektor pusat maupun daerah. Salah satu upayanya adalah dengan pembentukan Komite Daerah Ekonomi dan Keuangan Syariah (KDEKS), terutama di tingkat provinsi. Kesejahteraan masyarakat sudah dirasakan semakin positif dengan melihat isyarat naiknya total aset keuangan syariat pada tahun 2022 lalu sebesar Rp.2.375,8 triliun. (Antaranews.com, 26/05/2023)

Bahkan di Kalimantan Timur, yang merupakan Ibu Kota Negara kini menjadi tuan rumah pelaksanaan Festival Ekonomi Syariat (FESyar) Kawasan Timur Indonesia (KTI) menuju "Indonesia Sharia Economic Festival" (ISEF) 2023 di Ballroom Hotel Mercure Samarinda, Jumat, 26/5/2023 (Kaltimprov.go.id, 27/5/2023)

Dalam acara yang dihadiri oleh Wakil Gubernur (Wagub) Hadi Mulyadi itu diharapkan bisa membawa pada kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Dan terdapat peluncuran Gerakan 1.000 UMKM Sehati (Sertifikasi Halal Gratis), Gerakan 1.000 transaksi Ziswaf dan peluncuran website www.halalpointkaltim.com.

Melalui manfaat yang dirasakan dengan penerapan sebagian ajaran Islam yakni di bidang ekonomi, pembangunan Indonesia lebih maju dan sejahtera diharapkan bisa terwujud. Namun akankah keberkahan dapat kita rasakan jika kita hanya mengambil sebagian syariat, sedangkan syariat lainnya dicampakkan? 

Islam bukan sekadar agama  ritual, tapi juga sistem yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Tak sebatas ekonomi syariat yang mengantarkan pada kemakmuran dan kesejahteraan hidup tapi juga dalam bidang pendidikan, hukum, sosial dan pemerintahan. Semua bidang tersebut juga memiliki syariat yang membawa keberkahan. Keberkahan akan diberikan Allah jika syariat Islam ada di dalam setiap aspek kehidupan, di bawah naungan sebuah institusi negara.

Lantas, dapatkah ekonomi masyarakat menjadi makmur dan sentosa jika moral anak bangsa tidak berakhlak karimah, lantaran dunia pendidikan masih bersandar pada sekularisme? Sekularisme, pemisahan agama dari kehidupan dunia akan melahirkan paham kebebasan yang jauh dari kepribadian Islam. Kepribadian Islam adalah pola pikir dan sikap yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga halal dan haram menjadi standar amalnya.

Kemudian mampukah masyarakat bertahan dengan kehidupan sosial sekuler liberal? Kehidupan seperti ini bebas dan jauh dari aturan agama. Hidup di tengah kehidupan yang teracuni paham feminis, dan penyakit kaum pelangi atas nama HAM. Padahal 'toxic' itu mampu menghambat pertumbuhan populasi saleh dan bertakwa dalam kehidupan ini.

Lantas, akankah hukum dan pemerintahan yang tidak menjadikan Islam sebagai dasar pembentukan kebijakan, mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan? Padahal jelas,  Islam yang sesuai dengan fitrah manusia telah memberikan ajaran yang membawa keadilan, kesejahteraan dan keberkahan hingga akhirat.

Seperti yang telah diteladankan oleh Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin negara yang menetapkan segala kebijakan untuk mengurus umat dengan ajaran Islam. Lalu dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar as Sidiq, Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan para Khalifah setelahnya. Mereka semua menjadikan Islam sebagai aturan hidup secara menyeluruh tanpa tebang pilih syariat.

Sungguh aneh jika Islam dirasa tidak dapat mengentaskan kemiskinan, memperbaiki moral, memberantas korupsi dan membawa keadilan, sedangkan sirah Nabi dan sahabat telah banyak memberikan prestasi nan gemilang dalam peradabannya. Lebih aneh lagi, ketika Islam dianggap membahayakan hingga timbul Islamophobia. Ini adalah  keanehan yang semakin menampakkan wajah kapitalis sekuler di sebuah negeri yang mayoritas muslim ini.

Hikmah yang dapat kita ambil, bahwa dengan ketiadaan penerapan syariat Islam dalam semua aspek kehidupan dapat menghambat keberkahan dan kesejahteraan manusia.  Menjadikan sistem kapitalis sekuler sebagai solusi dalam mengarungi bahtera kehidupan merupakan pangkal persoalan negeri ini. 

Sudah dimaklumi bahwa Islam menjadi solusi untuk mengatasi berbagai masalah kehidupan manusia. Namun mengapa manusia masih saja memilih mana ajaran Islam yang mau mereka ambil dan mana yang mau mereka campakkan? Allah Swt. berfirman dalam QS. Ar-Rum: 41,  
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Wallahualam bissawab. [Dn]

Baca juga:

0 Comments: