Headlines
Loading...
Oleh. Bunda Karti

Pada saat pertama kali Rasulullah mendakwahkan lslam, lslam adalah sesuatu yang asing dan ajarannya bertentangan sekali dengan keadaan yang terjadi pada masa itu. Banyak sekali kemaksiatan dan kemungkaran, mereka menyembah berhala-berhala, mengundi nasib (judi), bermabuk-mabukan, dan banyak sekali perilaku jahiliah yang terjadi.

Ketika itulah Rasulullah datang mengajak mereka kembali ke jalan yang benar untuk mengesakan Allah, menaati ajaran dan perintah-Nya berdasarkan Al-Qur'an dan Al-hadist. Pada saat masyarakat saat itu sudah meyakini dan menjadikan tradisi yang diperoleh dari nenek moyang mereka suatu kebiasaan dan rutinitas, Rasulullah menyampaikan bahwa tradisi dan ajaran yang biasa mereka lakukan itu adalah sebuah kemungkaran. Seruan beliau waktu itu banyak menerima penentangan, cemoohan, penghinaan bahkan penganiayaan.

Hanya orang- orang yang memakai akalnya saja yang berpikir dan mengikuti seruan beliau. Orang yang fasik tetap berpegang teguh dengan kejahiliahan mereka. Mereka mengatakan Rasulullah gila dan mengada-ada.

Karena lebih percaya dan takut meninggalkan ajaran nenek moyang mereka. Alhasil hanya sebagian kecil dari mereka yang beriman. Sedangkan sebagian besar dari mereka tetap bertahan dalam kekufuran bahkan menjadi penentang kebenaran. 

Rasulullah beserta para sahabat yang telah  beriman kala itu tetap berusaha menyebarkan risalah walau mempertaruhkan keselamatan diri dan keluarga demi menyampaikan kebenaran.

Coba kita lihat keadaan saat ini, banyak kemungkaran dan kejahiliahan terjadi di mana-mana. Kebenaran menjadi sesuatu yang asing padahal mereka mengetahui. Penduduk yang mayoritas kaum muslim menjadikan agama mereka hanya seputar ritual ibadah saja bahkan hanya sebagai status di KTP.

Ketika datang para pendakwah pembawa kebenaran yang mengajak mereka kembali pada jalan yang lurus, mereka enggan dan lebih memilih tetap pada keyakinan mereka. Bahkan mereka melabeli pengemban dakwah dengan label radikal, teroris, garis keras, ajaran sesat tanpa mereka mau mempelajari kembali kitabullah.

Hidup dengan gaya hedonisme dan sistem kapitalis materi menjadi salah satu hal yang diagungkan. Hal itu membuat kaum muslimin saat ini sedikit demi sedikit meninggalkan ajaran agama mereka dan menganut sekularisme. Sekulerisme menjadikan agama mereka hanya di masjid-masjid dan tempat ibadah saja. Ketika melihat banyak kemungkaran yang terjadi dengan saudara-saudara mereka, itu dianggap biasa. Mereka tidak mau ikut campur atas dasar HAM, egois, dan mencari aman dari masalah. Bukankah agama itu adalah nasehat!? terus kenapa kita enggan melakukanya. Bila kita mengetahui kebenaran maka kita wajib menyampaikan, apapun tanggapannya. Selama kita berjalan pada kebenaran kita harus yakin Allah yang akan menjadi penolong.

Dari waktu ke waktu, pembawa dan penyampai kebenaran akan selalu ada namun setan akan senantiasa mencari celah untuk membelokan dan menyesatkan manusia dari kebenaran.

Mau berperan di posisi manakah kita? 
Apakah tetap berusaha di jalan kebenaran, jalan orang-orang saleh walaupun banyak rintangan atau dijalan orang-orang yang fasik, egois dan pencari aman atau malah jadi para penentang?

Itu adalah pilihan karena sejarah pasti berulang, hanya pemerannya saja yang berbeda. Orang-orang yang beriman kepada Allah tidak berharap pada penilaian manusia, tidak bangga dengan pencapaian dunia karena sadar semua yang ada adalah titipan sementara, yang mereka harapkan hanyalah rida dari Allah tuhannya.

Tetaplah berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Al hadis sebagai petunjuk. Selama kita berpegang kepada keduanya, Allah menjamin kita agar tidak tersesat dunia dan akhirat. 

Wallahu a’lam bi al-shawab. [my]

Baca juga:

0 Comments: