Headlines
Loading...
Solusi Tambal Sulam Ala Rezim, Sampai Kapan Akan Berakhir?

Solusi Tambal Sulam Ala Rezim, Sampai Kapan Akan Berakhir?

Oleh. Susi Ummu Musa 

Masih cukup tingginya angka kemiskinan di Indonesia tampaknya belum memiliki titik temu penyelesaian. Persoalan ini masih terus dibahas dalam agenda pemerintahan  sehingga menimbulkan reaksi di kalangan masyarakat. Masyarakat masih berharap agar pemerintah  bisa memberikan solusi atas kemiskinan yang mendera rakyat selama ini.

Tahun berganti tahun, pemimpin demi pemimpin pun silih berganti, namun ternyata persoalan kemiskinan masih menjadi PR besar untuk  menciptakan pelangi di tengah kehidupan rakyat yang hidup penuh kegelapan. Bagaimana  tidak gelap, untuk sekadar bernapas lega mengurai segala tuntutan hidup saja, masih kepayahan.
Untuk makan saja mereka harus bekerja keras dulu mencarinya bahkan ada juga yang menahan rasa laparnya yang penting anak istri bisa makan.

Menghadapi kasus seperti ini rasanya tidak mungkin terjadi di negeri Indonesia yang tumpah ruah kekayaan alamnya. Tapi nyatanya kondisi seperti ini ada bahkan ada yang lebih menderita kehidupannya sampai akhirat karena miskin akibat terlilit hutang.

Tak cukup sampai di sini kiranya ada upaya yang dilakukan oleh sejumlah pihak yang katanya ingin membantu pemerintah dalam menekan angka kemiskinan. Seperti halnya Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi mengatakan, pihaknya optimis dapat membantu pemerintah dalam menurunkan angka kemiskinan ekstrem. Sebab sebesar 47 persen masyarakat miskin di Indonesia yang telah keluar dari status tersebut kebanyakan mendapatkan bantuan modal dari PNM untuk membangun usaha.

Dari total masyarakat miskin ekstrem di beberapa wilayah yang beliau kunjungi itu contoh di Jawa Tengah, hanya 11 persen yang sedang menerima bantuan program pemerintah. Setelah dicacah, 47 persen adalah nasabah Mekar. Jadi kami insya Allah menjadi akselerator untuk percepatan pengurangan kemiskinan. (Kompas.com, 27/5/2023)

Rakyat Terjerat Utang Riba

Banyak hal yang dilakukan pemerintah maupun sejumlah pihak yang mencoba membantu rakyat dengan pemberian modal untuk memajukan masyarakat agar bangkit dari kemiskinan.

Bantuan modal yang diklaim oleh pemerintah untuk membantu mengentaskan kemiskinan pada faktanya banyak mengalami persoalan signifikan di tengah situasi ekonomi nasional seperti saat ini. Rasanya tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan, sulit bertahan karena praktek ekonomi yang tidak jelas hanya mengantarkan rakyat pada kondisi yang membuat was-was saja.

Kendati demikian bantuan modal ini juga tidak semua bisa dirasakan masyarakat bawah, pasti akan ada tebang pilih sehingga akan jatuh di tangan orang yang kurang tepat.

Tidak hanya itu bantuan ini juga diragukan masuk di wilayah yang sulit diakses misalnya daerah pedalaman yang jauh. Mereka juga berhak tersentuh bantuan modal untuk mengembangkan pertaniannya,hasil budidayanya dan yang paling terpenting adalah akses jalan yang layak agar mudah dan lebih cepat ke kota.

Tak hanya itu pemerintah seharusnya tahu apa yang hari ini terjadi di tengah rakyat,  banyak rakyat yang terlilit hutang karna terbujuk adanya pinjaman modal usaha yang saat ini benar benar marak terjadi di banyak wilayah, baik itu pinjaman online (pinjol) maupun pinjaman langsung yang berakhir kacau.

Masyarakat pun bingung bagaimana caranya bisa keluar dari jebakan utang riba yang hampir semua desa terakses oleh program berupa pinjaman uang. Seperti Mekar, Popmas dan lain lain yang kini sedang berjalan di tengah masyarakat miskin. Awalnya diiming-imingi uang sekian juta untuk modal usaha dengan sistem kelompok yang terdiri dari sepuluh orang kemudian membayar dengan cara dicicil perminggunya dengan bunga sekian persen misalkan.
Tentu ini diminati oleh sebagian besar ibu rumah tangga yang saat ini memang butuh sekali dana. Tak butuh waktu untuk berpikir panjang, para ibu langsung bertransaksi dengan pegawai pinjaman modal tersebut dengan melakukan beberapa persyaratan.
Nah setelah mereka cair, berjalanlah cicilan pertama, kedua, ketiga. Kemudian jika di tengah perjalanan ada yang tidak membayar, mereka ada yang lari dari rumah dengan berbagai alasan. Sehingga rekan-rekan kelompoknya mendapatkan beban untuk membayarkan cicilan tersebut.

Tidak hanya itu, belum juga selesai cicilan pada pinjaman pertama, ada lagi pinjaman lain yang menawarkan pinjaman dengan bunga ringan. Warga pun ikut mengambil pinjaman lagi dengan maksud untuk membuka usaha dan membayar utang. Saat di tengah jalan usahanya tidak berhasil,  modal pun habis tapi harus tetap membayar cicilan  pinjaman tersebut, maka bertambahlah utang dan mereka pun terjebak dengan putaran hutang ribawi yang akhirnya membuat banyak rakyat semakin menderita.
Padahal hukum mengambil riba adalah haram sebagaimana Allah Swt. berfirman:

ÙˆَاَØ­َÙ„َّ اللّٰÙ‡ُ الۡبَÙŠۡعَ ÙˆَØ­َرَّÙ…َ الرِّبٰوا

Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba." (Al Baqarah: 275).

Dan juga dalam suatu riwayat yang  dari Baraa' bin 'Azib ra. Rasulullah bersabda: 

 Ø§Ù„رِّبا اثنان وسبعون بابًا أدناها مثلُ إتيانِ الرَّجلِ أمَّÙ‡ "

Dosa riba terdiri dari 72 pintu. Dosa riba yang paling ringan adalah bagaikan seorang Iaki-Iaki yang menzinai ibu kandungnya." (HR Thabrani). 

Kapitalisme Biang Kehancuran

Semenjak runtuhnya kepemimpinan Islam, kini umat berada pada sistem kapitalis
 demokrasi yang dilahirkan dari hasil kejeniusan manusia yang serba lemah dan terbatas. Sepak terjang peradabannya pun hari ini benar-benar membuat umat seakan berada dalam lingkaran setan yang sulit untuk keluar.

Berapa banyak sudah manusia yang tak sanggup hidup di sistem ini karena kepahitan hidup yang membawa pada kesengsaraan.
Jika tidak kuat iman maka tidak ada bedanya dengan orang kafir yang selalu berputus asa dari jalan hidupnya. 

Sungguh solusi apapun yang ditawarkan untuk memperbaiki kemiskinan yang ada di negeri ini tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan. Karena sejatinya praktik  kapitalis demokrasi dan bersifat sistemik, segala macam ide dan penyelesaiannya hanya mengantarkan pada kesejahteraan bagi pendukungnya bukan berpihak pada rakyat.
Solusi tambal sulam seperti ini tidak akan mampu mengentaskan kemiskinan dengan tuntas.

Solusi Terakhir Hanya dengan Islam Kaffah

Ide-ide Islam yang diturunkan langsung dari Allah Swt. memiliki segudang penyelesaian yang lengkap dan sempurna. Solusi yang diberikan sama sekali tidak membuat manusia merasa terpaksa atau dipaksa. Sebab solusi yang diberi memang sesuai akal dan menenteramkan jiwa. Sehingga umat benar-benar akan keluar dari keburukan sistem hari ini yang hanya membawa kesengsaraan.

Aturan Islam yang ditawarkan oleh Allah Swt. ini pernah menjadi pusat peradaban gemilang yang terjadi selama 18 abad lamanya.
Mekanisme penerapannya dipegang oleh negara sebagai institusi tertinggi dalam mengatur kehidupan umat manusia. Negaralah yang menjamin setiap hak-hak kebutuhan rakyatnya tanpa pilih-pilih.

Kesejahteraan, kesehatan, keamanan, pendidikan dan seluruh pelayanan kebutuhan hajat hidup rakyat semua diperhatikan negara. Semua pembiayaan akan menggunakan sistem Baitul mal yang menjadi pusat pendanaannya dengan memanfaatkan sumber kekayaan alam yang sudah disediakan begitu melimpah kemudian dikelola negara dan hasilnya didistribusikan untuk kemaslahatan ummat.

Semua diatur dengan penerapan islam secara kaffah agar terciptalah suasana kedamaian dan kebahagiaan sebagaimana yang sama-sama kita rindukan saat ini, ketika kita memahami betul bahwa satu satunya solusi hanyalah Islam. Dengan demikian umat akan keluar dari jerat kemiskinan yang hari ini terjadi di tengah-tengah ummat dan terus berupaya mewujudkan islam kaffah
Karena itu satu keniscayaan yang akan kembali hadir membawa perubahan revolusioner bagi umat seluruh di dunia. Wallahu a'lam bissawab. [my]

Baca juga:

0 Comments: