Syiar
Ka'bah dari Masa Ke Masa
Oleh. Ummu Faiha Hasna
Ka'bah adalah kiblat bagi umat Islam. Letaknya di dalam kompleks Masjidil Haram di kota Makkah. Ka’bah memiliki kemuliaan tersendiri di hati umat Islam, karena Allah Subhanahu wa ta'ala menjadikannya sebagai simbol tauhid dan ibadah.
Masjidil Haram dan Makkah dari masa ke masa menjadi pusat ibadah haji. Sepanjang tahun, jutaan kaum muslimin datang untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Pada musim haji, jutaan umat muslim mendatangi Makkah untuk thawaf dan sa'i di Masjidil Haram, wukuf di padang Arafah, serta melempar jumrah. Mereka melakukan thawaf, yaitu berjalan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali.
Dari masa ke masa, Masjidil Haram dan Makkah terus mengalami pembangunan dan perbaikan. Sekarang, kompleks Masjidil Haram dibangun sangat megah dan luas. Sehingga memudahkan kaum muslimin untuk melaksanakan ibadah.
Pada masa-masa sebelum sekarang ini, Masjidil Haram dan Ka'bah masih sangat sederhana. Kita dapat melihat keadaan masjidil Haram pada masa-masa dulu. Dari masa nabi Ibrahim, masa suku Quraisy, masa Abdullah bin Zubair, masa Abdul Malik bin Marwah dan masa Muhammad Ali Pasha (Gubernur Mesir).
Para ahli sejarah memperkirakan bentuk ka'bah yang dibangun di zaman Nabi Ibrahim dan Ismail adalah bentuk ka'bah berupa susunan batu tanpa semacam semen. Ka'bah pada waktu itu tidak memiliki atap. Kemudian di masa dua suku besar yakni 'Amaliq dan jurhum tinggal di Makkah dan sekitarnya terjadi beberapa kali banjir bandang yang menyebabkan rusaknya bangunan ka'bah. Terlebih lagi secara geografis Makkah terletak tepat di tengah cekungan, dikelilingi gunung-gunung yang melingkar di sekitarnya. Maka ketika turunnya hujan dikala itu air langsung masuk menggenangi Kompleks Masjidil Haram dan merobohkan bagian beberapa dinding Ka'bah. Hal ini yang mengharuskan kabilah 'Amaliq dan Jurhum melakukan renovasi berkali-kali setiap terjadi banjir di Makkah.
Pada masa terjadinya banjir hebat yang menghantam dinding-dinding Ka'bah sehingga merusak pondasi ka'bah. Ketika itu Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berusia 35 tahun. Lima tahun sebelum beliau diangkat menjadi Nabi. (Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim an-Nawawi 9/89)
Saat itu Nabi Muhammad, yang belum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, ikut dalam merencanakan perbaikan Ka'bah.
Tatkala Ka'bah sudah hampir runtuh, kaum Quraisy memutuskan untuk membangun kembali ka'bah. Sebuah bangunan yang kokoh dan tahan terhadap hujan deras. Dan ketika mereka sepakat tentang hal itu, Abu Wahab bin Amr berdiri di antara mereka dan berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, janganlah kamu mendanai pembangunannya dari penghasilanmu kecuali apa yang baik dan janganlah kamu memasukkan uang hasil pelacuran ke dalamnya atau riba atau hasil menindas orang lain (Siroh Ibnu Hisyam 1/194).
Di sisi lain, orang Quraisy takut untuk sekedar menghancurkan dinding Ka'bah mereka mengingat lima tahun yang lalu, telah terjadi peristiwa dihancurkan ya tentara bergajah milik Abrahah yang hendak merusak Ka'bah.
Oleh karena itu, orang-orang Quraisy tidak berani. Maka, al Walid al Mughirah berkata kepada mereka, "Saya akan memulai untuk meruntuhkan sebagian bangunan Ka'bah." Ia pun mulai meruntuhkannya sambil berkata, "Ya Allah, kami tidak berniat untuk menyimpang dan kami hanya ingin melakukan kebaikan." Lantas ia mulai meruntuhkan Ka'bah dari dua sudut saja. Kaum Quraisy pun menunggu satu malam untuk melihat apakah ada sesuatu yang buruk terjadi pada Al Walid karena apa yang dia lakukan terhadap bangunan Ka'bah. Pada pagi harinya mereka melihat ternyata tidak ada kejadian buruk yang menimpanya. Maka, mereka segera naik Ka'bah dan menyelesaikan pembongkarannya sampai tidak ada yang tersisa kecuali pondasi Ibrahim alaihis-salam. (Siroh Ibnu Hisyam 1/195 dari riwayat Ibnu Ishaq).
Kemudian dilanjutkan tahap rekonstruksi. Ketika pembangunan itu sampai di sudut tempat diletakkannya Hajar Aswad, timbul perselisihan diantara suku-suku Quraisy. Semua orang ingin mendapatkan kehormatan dengan mengangkat hajar Aswad ke tempatnya semula, bahkan mereka hampir saling berperang. Abu Umayyah bin al Mughirah al Makhzumi pun datang dan menyerahkannya menjadikan siapa saja yang pertama kali masuk melalui gerbang Masjidil Haram agar menjadi hakim pemutus perselisihan diantara mereka. Mereka pun setuju dan menunggu yang pertama datang. Ternyata yang pertama kali masuk dari pintu tersebut adalah Nabi Shallallahu alaihi wasallam. Segera setelah mereka melihatnya mereka berteriak, "Ini adalah al-Amin, kami ridho, ini adalah Muhammad. (Siroh Ibnu Hisyam 1/196-197)
Kemudian, Rasulullah yang pada saat itu belum diutus menjadi Nabi, berkata,"Beri aku selembar kain." Mereka pun memberikannya kepada beliau. Lalu beliau berkata, setiap utusan suku mengambil satu sisi pakaian dan angkatlah bersama-sama." Mereka pun melakukannya.
Ketika mereka mencapai tempat Hajar Aswad, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengambil Hajar Aswad dengan tangannya yang mulia dan meletakkannya di tempat semula. (Shahihus siratin Nabawiyah, Syaikh al Albani, Hal. 44-45)
Renovasi Ka'bah terus berlanjut dari masa ke masa hingga sekarang ka'bah menjadi bangunan yang indah dan menawan. Ia akan senantiasa tinggi dan dimuliakan di hati orang-orang yang beriman. Wallahu a'lam bissawab.
Ada tempat-tempat Istimewa di sekitar Ka'bah yakni Multazam, Maqam Ibrahim dan Hijir Ismail.
Multazam terletak antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah. Jaraknya kurang lebih dua meter. Mengapa dinamakan Multazam? sebab, dilazimkan bagi setiap muslim untuk berdoa di tempat itu. Setiap doa dipanjatkan di tempat itu sangat diijabah dan dikabulkan.
Maqam Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim. Akan tetapi ia adalah bangunan berbentuk kubah kecil yang terbuat dari kaca. Terletak di sebelah Timur Ka'bah. Di dalamnya bangunan tersebut terdapat batu yang digunakan oleh Nabi Ibrahim berdiri ketika beliau membangun Ka'bah bersama putranya, Nabi Ismail. Bekas kedua tapak kakinya beliau dapat dilihat dengan jelas. Setelah tawaf jamaah haji disunahkan untuk shalat di dekat maqam Ibrahim. Adapun tempat Istimewa lainnya yakni Hijir Ismail. Hijir Ismail adalah bangunan terbuka yang berbentuk setengah lingkaran. Tempat ini sebenarnya termasuk bagian bagunan Ka'bah. Pada saat renovasi oleh kaum Quraisy, ternyata mereka kekurangan dana. Sehingga bangunan ka'bah dibuat seperti sekarang. Dengan membiarkan Hijir Ismail terbuka dan hanya dibatasi oleh dinding yang pendek.
Karena itu, bagi jamaah haji ketika thawaf harus melewati sisi luar Hijir Ismail, tidak boleh lewat di dalamnya. Shalat di dalam Hijir Ismail sama dengan shalat di dalam Ka'bah. Sehingga tak heran banyak orang yang berebut untuk masuk dan shalat di dalamnya. Wallahu a'lam. [Wa]
0 Comments: