Headlines
Loading...
Oleh. Aulia Rahmah

Di dalam Al-Qur’an, terdapat banyak sekali kisah para Nabi dan orang-orang saleh yang menjadi pemimpin yang kokoh keimanannya, sabar, dan kuat tawakalnya, juga kebaikan-kebaikan yang senantiasa bertabur dalam kehidupannya, yakni Nabi yang memimpin kaumnya menuju jalan hidup yang benar. Rasulullah saw., Nabi Nuh a.s., Nabi Musa a.s., Imran, Dzulkarnaen, dll.

Andai Allah tak mengabarkan kepada kita, sudah pasti kita tidak akan dapat mengenal sosok mulia Nabi Ibrahim a.s. dan keluarganya. Mereka yang ringan tangan, kaki, dan ucapannya untuk memenuhi perintah Allah. Tak ada keberatan, jika memang perintah Allah mereka selalu berupaya agar perintah itu tertunaikan. Hatta untuk menyembelih putra kesayangan yang selama puluhan tahun dinanti kehadirannya. 

Bunda Hajar yang sabar mengasuh bayinya tanpa dampingan suami, sanak saudara, dan tetangga. Tanpa dilindungi rumah yang nyaman dan perabotan yang layak. Beliau mampu mengantarkan putranya menjadi bagian dari utusan Allah yang menuntun manusia untuk menjalani hidup dengan kebenaran.

Ismail, di dalam dekapan ibu yang salihah, terbentuk dalam dirinya kepribadian Islam yang mantap. Bunda Hajar mampu menghunjamkan akidah tauhid yang kokoh dalam jiwa Ismail. Juga mampu mengenalkan ayah tercintanya walau tanpa bertatap muka, bahkan kedekatan antara ayah dan anak walau hanya dalam hati. Beliau juga mampu membangun integritas sosok ayah ideal walau Ismail kecil belum banyak berinteraksi dengan ayahnya.

Subhanallah, kala Nabi Ibrahim datang di perkampungan mereka di Makkah dan mengucapkan perintah dari Allah untuk menyembelih Ismail, keluarga Nabi Ibrahim bak biola yang merdu iramanya. Mereka sepakat untuk terus maju mendekat pada Tuhannya dengan tunduk dan patuh memenuhi perintahnya. "Wahai ayahku, laksanakan perintah Tuhanmu itu, mudah-mudahan Engkau dapati aku dalam keadaan berserah diri," ucap Ismail. Tanpa berat hati, tanpa merasa terancam, Ismail memenuhi saja apa yang diminta ayahnya. Bahkan dalam suatu riwayat, Ismail meminta kepada ayahnya agar menajamkan pisau yang digunakan untuk menyembelihnya, dilakukan dalam keadaan telungkup agar ayahnya ringan mengayunkan pedangnya.

Allohumma sholli 'ala Muhammad wa'ala ali Muhammad
Kamaa shollaita 'ala Ibrahim wa'ala ali Ibrahim.
Ya Allah selawat dan keselamatan atas Nabi Muhammad dan keluarganya juga selawat dan keselamatan atas Nabi Ibrahim dan keluarganya.

Agar hidup diliputi keselamatan dan keberkahan, Allah mewajibkan kepada Nabi Muhammad dan umatnya hingga akhir zaman, perintah untuk meneladani Nabi Ibrahim. "Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu, pada Ibrahim, dan orang-orang yang bersama dengannya, ...." (TQS. Al Mumtahanah: 4). [Ni]

Baca juga:

0 Comments: