Headlines
Loading...
Oleh. Maret Atik

Muslim kafah artinya muslim yang menerima semua hukum Allah yang telah disyariatkan lewat Nabi Muhammad saw. Sedangkan muslim sekuler adalah muslim yang memisahkan urusan kehidupan dari aturan agama. Meskipun tetap mengakui keberadaan Tuhan, muslim sekuler enggan  memakai aturan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. 

Seorang muslim sekuler kadang adalah ahli ibadah. Bahkan bisa juga sudah menunaikan ibadah haji. Namun ia masih membolehkan riba, menutup aurat tidak sempurna, menganggap Demokrasi tidak bertentangan dengan Islam, dan lain-lain. 

Padahal Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ کَآ فَّةً ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۗ اِنَّهٗ لَـکُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah: 208)

Tafsir ayat tersebut menurut Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah adalah sebagai berikut: 

"Wahai orang-orang yang beriman, masuklah Islam dengan sepenuhnya bukan setengah-setengah, atau masuklah Islam, kerjakanlah seluruh hukum-hukumnya, janganlah berbuat munafik, waspadailah bisikan setan, dan jangan taati apa yang dia perintahkan kepada kalian, karena sesungguhnya dia itu musuh yang nyata bagi kalian." Ath-Thabari meriwayatkan bahwa ayat ini turun untuk Abdullah bin Salam dan para sahabat Yahudinya, ketika mereka tetap mengagungkan hari sabtu dan membenci unta setelah menerima Islam. Lalu kaum muslimin mencegah mereka dari melakukan hal tersebut.

Dengan demikian, tidak sepatutnya kita memilih-milih syariat Allah. Hanya saja, fakta yang terjadi hari ini justru sebaliknya. Kebanyakan muslim masih suka memilih-milih syariat. Satu diambil dan yang lain ditinggalkan. Ayat salat dikerjakan, ayat qisas ditinggalkan.

Masih banyak muslim yang menjadikan tradisi atau kebiasaan umum masyarakat sebagai patokan standar benar atau salah. Sebagaimana tradisi yang masih dilestarikan di Banjarnegara, yaitu di Desa Tlaga Kecamatan  Punggelan. Di Tlaga, masih dilestarikan tradisi jamasan, yaitu tradisi ruwat untuk anak-anak berambut gimbal, serupa yang dilakukan di Dieng.

Kepala Desa Tlaga Lestanto menyampaikan, prosesi jamasan dilakukan dengan harapan agar tujuh anak berambut gimbal diberi kesehatan. Selain itu,  tanah di Desa Tlaga diberi kesuburan.

"Harapannya agar anak berambut gimbal ini diberi kesehatan dan keselamatan. Selain itu juga agar di Desa Talaga itu gemah ripah loh jinawi," harapnya. (www.detik.com, 30/05/2023)

Pertanyaannya, apakah kesehatan, keberkahan itu memang Allah perintahkan untuk dicari lewat ritual-ritual tersebut? 

Bukankah praktik seperti itu berbau syirik? Praktik ini menganggap bahwa kesehatan, kesuburan dan keselamatan itu diperoleh dari ritual jamasan tadi.

Allah Swt. berfirman di dalam surah An Nahl Ayat 51, 

۞ وَقَالَ اللّٰهُ لَا تَتَّخِذُوْٓا اِلٰهَيْنِ اثْنَيْنِۚ اِنَّمَا هُوَ اِلٰهٌ وَّاحِدٌ فَاِيَّايَ فَارْهَبُوْنِ ٥١

"Allah berfirman, "Janganlah kamu menyembah dua tuhan. Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa. Maka, hendaklah kepada-Ku saja kamu takut."

Juga firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 170, 

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمُ اتَّبِعُوْا مَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ قَالُوْا بَلْ نَتَّبِعُ مَآ اَلْفَيْنَا عَلَيْهِ اٰبَاۤءَنَا ۗ اَوَلَوْ كَانَ اٰبَاۤؤُهُمْ لَا يَعْقِلُوْنَ شَيْـًٔا وَّلَا يَهْتَدُوْنَ

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.” Mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).” Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk."

Kiranya peringatan Allah sudah begitu banyak. Maka tidak ada lagi alasan untuk tidak taat dengan alasan tidak tahu. 

Semoga Allah lembutkan hati kita untuk mengikuti seluruh syariat-Nya, dengan menjadi muslim kafah.

Wallahualam bissawab. 

[Dn]

Baca juga:

0 Comments: