Headlines
Loading...
Membangun Keluarga Dambaan Hanya dengan Sistem Islam

Membangun Keluarga Dambaan Hanya dengan Sistem Islam

Oleh. Rohmawati 
(Pemerhati Sosial Jakarta)

Rumput tetangga memang lebih indah daripada rumput sendiri. Begitulah ungkapan bijak yang tepat dalam menggambarkan ketiadaan rasa syukur manusia itu sendiri atas apa yang telah dimilikinya. Mereka menganggap bahwa kehidupan orang lain lebih sempurna dibandingkan dengan kehidupannya. Padahal sejatinya Allah sendiri telah memberikan kehidupan pada manusia sesuai kebutuhan dan ujian masing-masing. 

Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada setiap manusia untuk senantiasa mensyukuri segala anugerah yang di berikan Allah kepadanya. Baik yang berupa pasangan maupun berupa materi. Manusia juga harus senantiasa menyadari bahwa segala kenikmatan dunia adalah milik Allah semata. 
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, 
"Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (QS. Lukman: 12)

Kesadaran inilah yang sepatutnya dimiliki oleh setiap muslim yang beriman. Dengan kesadaran bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan akan kembali pada Allah akan menjadikan manusia itu sendiri rida dengan sesuatu yang sudah Allah takdirkan untuknya. Meskipun takdir Allah tersebut tidak se-ideal dalam pandangan manusia.

Membangun keluarga dambaan sebagaimana yang Rasulullah dan para sahabatnya contohkan memang bukan hal yang mudah dilakukan. Terlebih dalam sistem kehidupan saat ini. Sistem bangunan Demokrasi saat ini tidak  mampu membangun fondasi kuat dalam setiap individunya. Termasuk juga tidak mampu membangun keluarga dambaan yang samawa. Dalam Demokrasi, seseorang hanya memfokuskan diri pada segala eksitensi. Wajar jika seorang pemimpin keluarga lebih mengedepankan nafsunya dibandingkan tujuan hidupnya. 

Adapun dalam Islam, membangun keluarga dambaan ini harus didasari oleh aturan dari Sang Pencipta sendiri. Manusia harus menyadari akan keterikatan hubungannya dengan Allah dan pengawasan melekat-Nya. Dengan kesadaran ini, seorang manusia akan bertindak sesuai dengan perintah Allah. Seperti melakukan segala kewajiban, baik kewajiban seorang istri maupun suami. Semua ini ia lakukan atas dasar perintah Allah, bukan sekadar kewajiban sebagai seorang suami atau istri. Selain itu, keluarga dambaan seperti keluarga Rasulullah dapat terwujud ketika kedua pasutri (pasangan suami istri) mengetahui hakikat fungsinya (fungsi internal dan fungsi eksternal).  
Dengan memahami kedua fungsi inilah, biduk rumah tangga Islami akan terwujud.

Oleh karena itu, seorang individu perlu memahami tujuan dan target dari setiap aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan. Dengan tujuan ini, ia akan mampu menentukan bangunan keluarga atau masyarakat yang diinginkannya. 

Wallahualam bissawab. [Dn]

Baca juga:

0 Comments: