OPINI
Pariwisata Halal atau Cari Untung Materi Global?
Oleh. Mi'rojul Lailiyah
(Aktivis Muslimah Gempol)
Pencarian keuntungan materialis dalam ideologi kapitalis yang dianut oleh Bangsa Indonesia menjadikan bangsa ini hanya fokus memikirkan penyelesaian masalah ekonominya tanpa berkonsentrasi tinggi pada berbagai masalah lainnya.
Dalam industri pariwisata saja misalnya, meski tahun ini Indonesia menempati posisi pertama untuk industri pariwisata halal dunia yang diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat (1), pada faktanya industri pariwisata itu tidak disusun secara halal sepenuhnya. Akibatnya, masih timbul masalah bernuansa haram dalam sudut pandang syariat Islam yang membuat wisatawan muslim mukmin pada akhirnya juga keberatan untuk berdatangan.
Dalam pariwisata halal negeri ini, hanya ada tiga konsep dasar yang dianggap bernilai Islami, yakni penyediaan fasilitas ibadah lengkap, layanan makanan dan minuman halal di sekitar area wisata, dan larangan atribut yang bertentangan dengan syariat Islam. (2)
Padahal jika ditelisik lebih lanjut, tiga konsep dasar tersebut masih jauh dari label halal dari segi keagamaan, dan bukan solusi tuntas untuk masalah penciptaan lapangan pekerjaan.
Untuk poin pertama, disebutkan menyediakan tempat ibadah berfasilitas lengkap, tidak hanya ada di sekitar area wisata halal, tapi juga di wilayah lain di Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim. Meskipun demikian, tempat-tempat ibadah itu masih banyak yang sepi dari agenda religius. Padahal agenda religius sejatinya menjadi tujuan kedatangan para wisatawan muslim.
Di poin kedua, disebutkan bahwa industri pariwisata halal menyediakan layanan makanan dan minuman halal. Pada faktanya, layanan itu hanya tersedia secara maksimal di sekitar area wisata. Sementara, jika para wisatawan muslim itu berminat untuk keluar dari area wisata menuju tanah kehidupan masyarakat Indonesia pada umumnya, maka mereka banyak menemukan gaya hidup sekuler liberal yang bertentangan dengan syariat Islam. Seperti izin pembukaan diskotik malam yang menyediakan minuman keras dan memabukkan yang diharamkan dalam Islam.
Adapun di poin ketiga tentang larangan atribut yang bertentangan dalam Islam, larangan hanya berlaku di sekitar area wisata. Sedangkan di luar area wisata, Indonesia yang mengaku sebagai negara beragama bukan negara agama Islam, lagi-lagi mengizinkan gaya hidup sekuler liberal untuk diterapkan. Akibatnya, para wisatawan muslim tetap bisa melihat atribut haram dalam Islam, seperti performa para penduduk wanitanya yang dibiarkan bebas membuka aurat di tengah jalan.
Dengan demikian, jelas bahwa tujuan sistem kapitalis ini bukan sistem pemerintahan yang baik dalam mengatur kehidupan rakyatnya. Mengapa? Sebab, tujuan utama materialisnya membuat jiwa keimanan masyarakat pun jadi langka.
Penduduk muslim dari seluruh dunia yang ingin saling mengunjungi saudara seiman mereka dalam Tanah Air Indonesia demi tujuan dakwah dan ibadah akan mudah tertipu dan tersesat disebabkan godaan yang menyulut nafsu kemaksiatan.
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita segera bangkit untuk menyelamatkan sistem kehidupan di negeri ini, agar kesalahan jalurnya tidak makin menyesatkan kaum muslimin dari segala arah.
Bahkan, jika penerapan syariat Islam ini dilakukan sepenuhnya, harapan besar untuk pengentasan masalah ekonomi negara akan mudah didapatkan. Tidak hanya melalui industri pariwisata yang kurang memberikan pemasukan kantong keuangan dalam negeri, karena arus transaksinya hanya bergantung pada minat wisatawan.
Berbeda dengan pemasukan utama dalam syariat Islam. Bagi Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah, pengelolaan sumber daya alam ini dilakukan melalui energi kekuatan para rakyatnya. Bukan dengan metode rajin menyewakan atau menjual area sumber daya alam pada para pengusaha kapitalis swasta seperti sekarang.
Bila pengelolaan sumber daya alam itu dilakukan secara mandiri:
- Lapangan kerja akan mudah didapatkan masyarakat.
- Produksi kebutuhan pokok yang stabil diminati dan dicari-cari akan lancar dan mudah diakses.
Wallahualam.
Catatan Kaki:
1. katadata.com, 3/6/23
2. store.sirclo.com, 21/10/22
[Dn]
0 Comments: