Headlines
Loading...
Oleh. Afiyah Rasyad
(Emak Big 5)

Rintik hujan menyapu debu-debu tebal di setiap dahan dan daun. Aroma tanah menyapa indra penciuman. Rasa syukur mengangkasa. Sepasang mata menatap penuh harap pada Sang Kuasa. Di hadapannya dua ekor kambing berkeliaran. Hatinya melangitkan bait-bait doa semoga tahun ini ada yang bisa dikurbankan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Rintihan jiwanya terobati setiap lafaz istigfar, hawqalah, dan hasbalah ia senandungkan. Rintik hujan yang menyapa bumi sedikit menghapus kegelisahannya. Keyakinan akan rezeki kembali menyala tatkala Allah sajikan hujan mengiringi perjalanannya di bulan yang harusnya kemarau. Betul, bulan Juni disapa hujan.

Deru motor membelah rintik hujan di sepanjang jalan. Tas Export dan LCD dibawa dengan semangat membara. Puspa, emak bermotor itu menyusuri titian ilmu demi berharap rida Allah. Namun, angannya tak melupakan asa yang ada dalam dada, yakni komitmen berkurban setiap tahun seekor kambing.

Sebelum hujan menyapa, Puspa sempat khawatir tak bisa berkurban karena dua ekor kambing telah dijual sebelum Ramadan. Dua ekor itu ia pergunakan untuk keperluan selama Ramadan dan mudik ke rumah orang tuanya.

Saat hujan turun, hatinya ternganga. Tak ingin menyiakan rahmat yang menyapa bumi, lisannya lancar melangitkan doa atas sebuah asa yang terukir di sanubari.

Menjelang Zulhijah, ia tenang ternyata masih ada kambing yang memenuhi syarat untuk dijadikan kurban. Meski betina boleh, Puspa sangat menghindarinya. Selain khawatir si betina hamil, ia ingin persembahkan yang terbaik di antara keutamaan syarat kurban. Hatinya terus menautkan doa atas sebuah asa, "Semoga tahun depan dan setiap tahunnya, Allah mudahkan ia, suami, dan dzuriyatnya untuk berkurban."

Baca juga:

0 Comments: