Headlines
Loading...
Tinggi Angka Baby Blues, Bukti Rapuhnya Sistem Kapitalisme

Tinggi Angka Baby Blues, Bukti Rapuhnya Sistem Kapitalisme

Oleh. Ratna Kurniawati, SAB

Dunia kaum ibu akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja karena maraknya penyakit mental yang mengkhawatirkan yaitu Baby Blues Syndrome dan Post Partum Depression. Di Indonesia sendiri angka penderitanya tertinggi ketiga di Asia.  Adapun gangguan kesehatan mental ini menimpa kelompok ibu hamil, menyusui dan ibu dengan anak usia dini. 25 persen wanita di Lampung setelah melahirkan mengalami gangguan depresi sebagaimana  data dari laporan Indonesia National Adlescent Mental Health Survey (I-NMSHS) 2023.

Baby blues syndrome merupakan gangguan kesehatan mental pasca melahirkan dengan gejala antara lain sedih, depresi, menangis tanpa sebab, cemas, mudah tersinggung, merasa tidak bersalah dan tidak berharga sehingga tidak tertarik dengan bayi. Dampaknya adalah menyalahkan kehamilannya, hilang percaya diri karena merasa tidak sanggup mendapatkan amanah anak, mengisolasi diri hingga frustasi sampai mengakibatkan bunuh diri. 


Adapun faktor pemicu terjadi Baby Blues syndrome adalah perubahan hormon, stres adaptasi saat merawat bayi baru lahir, kurang tidur pasca melahirkan. Selain faktor diatas yang tidak kalah penting yakni ketidaksiapan menjadi orang tua yang mendapatkan amanah untuk merawat dan mengurus anak apalagi dalam sistem saat ini yakni sekuler liberal. 

Apabila seseorang telah resmi menjadi orang tua tentu akan memikul tanggung jawab yang besar pada setiap perannya sebagai orang tua yang kelak akan diminta pertanggungjawabannya. Tentunya bukan hal sepele dan gampang dilakukan karenanya butuh kesiapan mental yang perlu disiapkan jauh-jauh hari bukan cukup dengan satu atau dua hari pembekalan pranikah. Namun memerlukan proses yang sangat panjang guna membentuk khususnya  perempuan , dalam hal pemikiran dan mental untuk menjadi seorang istri dan ibu melalui penanaman pendidikan sejak dini sampai dewasa. 

Bagaimana dengan kurikulum pendidikan saat ini?

Kurikulum pendidikan sekuler saat ini tidak bisa menciptakan kepribadian yang bertanggung jawab pada kehidupan mereka. Generasi tercipta saat ini bermental strawberry, generasi rapuh dan lemah, mudah stres dan rentan mengalami depresi. Hal ini dikarenakan kurikulum pendidikannya menggunakan aturan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan yang membuat manusia semakin jauh dari agamaNya. Aturan didalam agama hanya dianggap sebagai ritual keagamaan saja.  


Pendidikan seharusnya dapat membentuk generasi yang siap menjadi calon ibu pencetak generasi tangguh yang siap memikul tugas dan tanggung jawab yang besar. Namun, pengaruh dari sekulerisme calon-calon ibu dirusak pola pikirnya dengan gaya hidup hedonisme, foya-foya, hura-hura untuk mencari kesenangan dan aturan agama banyak dipinggirkan. Banyak kasus generasi muda yang mengalami kasus gangguan mental yang tidak kunjung habis karena penerapan sistem sekuler. Generasi muda yang rapuh, lemah gampang depresi dalam menghadapi ujian kehidupan yang menganggap bahwa bunuh diri adalah solusi akhir dari setiap masalah kehidupan. Mereka juga tidak paham bagaimana kelak menjadi sosok ibu pembangun peradaban pencetak generasi tangguh. 

Banyak kasus Baby Blues Syndrome yang dialami oleh kaum ibu adalah efek dari sistem kapitalisme saat ini. Butuh sistem ekonomi yang mensejahterakan rakyat agar kasus Baby Blues tidak meningkat. Bagaimana mau sehat mentalnya apabila kaum ibu masih dibebankan memikirkan masalah perekonomian? karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja susah. Hal tersebut banyak memicu kasus pembunuhan anak dengan sadisnya karena dipicu beratnya permasalahan ekonomi yang harus dipikul.

Kasus Baby Blues Syndrome sebenarnya dapat dicegah sedini mungkin apabila negara memiliki kurikulum pendidikan Islam yang komprehensif dan sesuai fitrah manusia sehingga dapat mencetak individu yang tangguh dalam mengemban tugas mulia sebagai orang tua yang kelak menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Kurikulum pendidikan yang berbasis akidah Islam inilah yang akan melahirkan generasi berkepribadian Islami. Yang mampu mencetak generasi tangguh di masa depan.

Selain itu negara wajib menjamin kesejahteraan setiap individu dan kebutuhan pokok yang optimal dengan pendidikan dan kesehatan gratis. Negara juga harus mengkontrol tayangan yang dapat merusak generasi. Negara menciptakan kehidupan masyarakat yang Islami dan bersih dari kemaksiatan karena terbiasa amar ma'ruf nahi mungkar, saling tolong menolong dan menyayangi sesama.

Demikianlah gambaran dari solusi Islam dalam sistem sosial pergaulan yang holistik. Angka kemaksiatan dan kriminal dapat terminimalir karena terwujud masyarakat yang  berada dalam suasana keimanan dan taqwa serta takut kepada Allah Swt. Terbukti selama 13 abad lamanya, syariat Islam diterapkan secara kaffah hingga melahirkan tokoh-tokoh perempuan yang cerdas, ibu tangguh pencetak generasi shalih dan shalihah.
 Wa'alahualam bishawab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: