Headlines
Loading...
Biduk Generasi Muslim dalam Arus Globalisasi Kapitalisme

Biduk Generasi Muslim dalam Arus Globalisasi Kapitalisme

Oleh. Ummu Syafaaz

Remaja/generasi Muslim penerus kita sedang tidak baik-baik saja. Biduk remaja berguncang dengan keras hampir menenggelamkan penumpangnya di tengah samudera dengan arus globalisasi yang kuat dan gelombang liberalisme yang tinggi. Tentu saja biduk kecil yang rapuh tidak akan mampu mengarungi samudera. Terbukti atas nama kebebasan berperilaku, generasi muda banyak yang menjadi korban ataupun jadi pelaku menyimpang atau kejahatan. Setiap bulan media selalu dihiasi berita negatif terkait terombang ambingnya remaja di kelamnya kehidupan sekuler. Sebut saja kasus miras, narkoba, bullying, kekerasan serta penyimpangan seksual, pembunuhan dan lain-lain.

Berdasarkan dataindonesia.id, Selasa 3 Januari 2023, dalam catatan yang bersumber dari Pusiknas Bareskrim Polri (Kepolisian Republik Indonesia) dalam rentang tahun 2016-2022, ada 276.507 kejahatan, naik 7,3% dari angka sebelumnya 257.743  di tahun 2022. Yang tentu saja angkanya ditahun ini meningkat, seiring terus ditemukannya kasus-kasus kriminalitas yang memakan korban remaja dan dilakukan oleh remaja di berbagai wilayah Indonesia. Dan tentu saja pemerintah sudah berupaya memberikan solusi atas permasalahan ini. Tapi lagi-lagi solusi yang ditawarkan tidak mampu menyelesaikan permasalahan hingga ke akarnya. Dikarenakan solusi ini bersifat indivualis dan bermuara pada sistem sekuler liberal. Bukannya berhasil ditumpas tapi malah tumbuh subur dan beraneka ragam.

Berbicara tentang remaja atau pemuda atau generasi penerus saat ini sangatlah kompleks. Ditengah suramnya masa depan mereka di sistem sekuler ini, tetap saja ada harapan dan amanat estafeta nasib masa depan peradaban yang harus dipikul di pundak mereka. Indahnya dan sejahteranya masa depan tergantung dari kondisi biduk generasi dan penumpangnya saat ini. Kalau biduk itu sudah bergoyang tidak stabil karena kuatnya arus serta tingginya gelombang yang dihadapi, kemudian banyak lobang pada biduknya, maka hanya ada dua kemungkinan : Pertama, perlahan tenggelam dan hancur diterjang gelombang dan badai, hingga tidak pernah bisa sampai ketepian samudera dengan selamat karena bisa saja semuanya akan binasa. Kedua, sampai ketepian samudera dengan kondisi biduk hampir hancur atau pun hancur dan penumpang dalam keadaan sakit parah atau bahkan tidak bernyawa.

Biduk keropos dan berlobang ini tiada lain adalah sistem kapitalis sekuler liberal. Yang mau tidak mau kaum Muslimin dan generasi mudanya sedang menumpang di biduk ini untuk menyebrangi samudera (kehidupan) dan meraih tepiannya (kesuksesan hidup di dunia). Sebagai seorang Muslim tentu kita tidak menginginkan dua kemungkinan tadi terjadi. Karena, kita punya kapal raksasa yang kokoh, sangat kuat dan sudah teruji handal mengarungi badai samudera. Yang tak satupun manusia mampu membuat kapal raksasa ini. Kapal itu tiada lain adalah Islam itu sendiri dengan sistem negaranya yang dikenal dengan Daulah Khil4f4h Islamiyyah 'Ala Minhajin Nubuwwah. Di dalam Daulah Khil4f4h ini aturannya dibuat oleh Pencipta seluruh makhluk yaitu Allah Rabbul 'Aalamiin. Yang mana seluruh aturan-Nya diterapkan didalamnya. Begitupun dengan nahkoda dan seluruh jajarannya yang shalih, intelek, handal, bervisi akhirat yang begitu bertanggung jawab dalam menjalankan amanah-amanah di pundaknya serta rela mati demi melindungi penumpangnya.

Sebagai seorang Muslim, ketika berbicara tentang anak atau remaja atau pemuda sebagai generasi penerus, maka kita tidak sedang berbicara anak kita sendiri, melainkan kita sedang berbicara tentang seluruh anak di dunia, lingkungannya juga sistem hidupnya. Saat ini mendidik anak menjadi sangat berat karena semuanya dibebankan kepada orang tua kandung saja. Sementara tanggung jawab yang harusnya dibebankan pula kepada masyarakat dan negara (sebagai orang tua dalam makna yang luas) itu tidak ada. Jadi semuanya seolah harus diambil alih oleh para orang tua atau lembaga-lembaga yang ingin berkontribusi untuk menyiapkan, mendidik, mencetak dan menjaga generasi unggul. Sementara masyarakat terlebih negara abai dan berlepas tangan. Akhirnya tidak tercapailah generasi tangguh impian kita, karena lemah dan terbatasnya daya jangkau individu.

Maka kondisi ini tidak boleh terus dibiarkan, kita harus bangkit bahu membahu menyelamatkan generasi Muslim kita dari cengkeraman sistem kapitalis sekuler liberal. Mereka punya potensi, jangan biarkan potensi generasi terjerembab kedalam jurang kehancuran. Karena generasi akan kehilangan jati diri, individualis hilang kepekaannya terhadap kondisi diri, lingkungan dan masa depannya. Rusaklah misinya sebagai hamba Allah SWT dan agent of change. Yang tercipta dalam sistem ini hanyalah kerusakan dan kehancuran di segala bidang.

Menyelamatkan generasi harus kembali mengacu kepada sistem Islam. Mengawal generasi dalam Islam adalah tanggungjawab semua pihak, pertama, individu dengan menguatkan dan meningkatkan keimanan masing-masing kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dalam menjalankan tugas nya di dunia sebagai hamba Allah. Dimana semua individu wajib terikat dengan syari'ah Islam serta mempunyai pola pkkir dan pola sikap Islami.  Kedua, masyarakat, dimana di dalamnya terbentuk suasana keimanan (jawwul imani) untuk senantiasa melakukan kontrol sosial dan muhasabah, serta menegakkan prinsip amal ma'ruf nahyil munkar. Ketiga, negara, dimana dia berperan sebagai pengurus dan pelindung rakyat, yang pengurusan dan perlindungannya tegak diatas prinsip berdasarkan syari'ah Islam. Begitupun negara sebagai penerap dan pemberi sangsi dengan hukum Islam yang tegas dan keras. Hingga sistem sangsi tadi akan menjadi pencegah serta menimbulkan efek jera bagi pelaku kemaksiatan yang sekaligus sebagai penebus dosa. Maka keselamatan dan kesuksesan generasi dalam menyongsong peradaban Islam yang gemilang menjadi negeri yang penuh kebaikan dan penuh ampunan dari Rabb-nya Yang Maha Pengampun yang Kita sebut dengan baldatun thayyibatun wa rabbun  ghafur, dalam bingkai Daulah Khil4f4h 'Ala Minhajjin Nubuwwah adalah sebuah keniscayaan. InsyaaAllah bi idznillah.

Wallahu a'lam bish shawwab.

Baca juga:

0 Comments: