
OPINI
Data Paspor Bocor, Kok Bisa?
Oleh. Mela Amalia [Muslimah peduli umat)
Bjorka is back itulah nama maya dari peretas atau seorang hacker yang baru-baru ini menjadi pembicaran dan pusat perhatian dengan aksi-aksinya dalam membocorkan data-data pribadi setelah tahun lalu Bjorka ini berhasil membocorkan data pribadi mulai dari 1,3 miliar data registrasi kartu SIM hingga data pejabat negara bahkan data surat dan dokumen seorang Presiden Joko widodo dan Badan Intelijen Negara (BIN) pun berhasil di jebol.
Namun kini kembali terulang, menurut tirto.id-8 juli 2023 06:00 WIB, sekitar 34 juta data paspor atau keimigrasian bocor dan di perjualbelikan. Hal itu terungkap lewat akun pegiat informatika, Teguh Aprianto di akun Twitter @secgron. Teguh mengunggah tangkapan layar portal yang menjual data paspor Warga Negara Indonesia (WNI) yang terdiri atas nama lengkap, tanggal berlaku paspor, tempat tanggal lahir. Data tersebut dijual antara 10 ribu dolar AS atau sekitar 150 juta rupiah. Pihak Ditjen Imigrasi pun langsung menindaklanjuti dugaan kebocoran data ini. “Sedang diselidiki (dugaan kebocoran data paspor)," kata Silmy melalui pesan singkatnya, Kamis 6 juli 2023.
Penanganan demi penanganan terkait Bjorka ini seakan akan hanya wacana belaka karna faktanya setiap tahun seorang Bjorka selalu berhasil meretas sebuah data entah itu data pribadi, data para pejabat negara, data dari sebuah perusahaan terkemuka bahkan data Presiden sekalipun. Sungguh miris bagaimana bisa data pribadi sepenting ini bisa bocor?
Dari dugaan bocornya data ini bahkan kejadiannya berulang, ini menandakan bahwa lemahnya negara melindungi data dan rendahnya kesadaran terhadap pengamanannya. Seharusnya data rakyat dianggap suatu amanah karna bersifat privacy yang harus di jaga dilindungi namun karna lemahnya sistem keamanan data pribadi tersebut mampu di retas untuk kepentingan pribadi, lebih dari itu betapa bahaya jia di eksploitasi yang di gunakan untuk meraih keuntungan.
Tidak heran jika ini terjadi , bahkan terbilang berulang kali karna kita berada dalam sistem kapitalisme sekuler dimana dalam sistem ini seringkali menjadikan asas manfaat sebagai tolok ukur kehidupan sungguh akan berpotensi melahirkan manusia manusia rakus yang menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadinya.
Selain itu lemahnya keamanan data pun menjadi penyebab pula memberikan peluang bagi otak otak jahat para hacker untuk berulah sehingga data penting yang sifatnya privacy bisa di perjual belikan kepada siapa saja. Maka betapa sulit sekali mendapat jaminan keamanan data dalam sistem demokrasi kapitalis ini.
Teknologi yang terus berkembang di era digital ini memberikan dampak positif sepertihalnya bisa memberikan informasi secara cepat serta menunjang kemajuan kinerja manusia. Namun seiring berkembangnya teknologi pun juga tidak menutup kemungkinan tindak kejahatan pun berevolusi dalam bentuk kejahatan Cyber seperti halnya peretasan data.
Reeboot Digital PR Service yang berbasis di inggris melakukan riset tentang negara yang keamanan cyber nya terbaik dan terburuk alhasil Korea selatan, Jepang, dan Lebanon merupakan negara dengan keamanan cyber terbaik. Sedangkan terburuk adalah Indonesia, Siprus dan Malaysia.
Sejatinya, keamanan cyber adalah hal yang harus di upayakan dengan serius di abad modern ini karena sebuah data penting yang tersimpan secara digital jika terjadi kebocoran bisa berakibat fatal. Maka dari sini jika kebocoran tiap tahunnya sering terjadi dunia cyber Indonesia seharusnya menjadi tanda tanya bahwa sistem keamanan saat ini sedang tidak baik-baik saja, seolah olah peran pemerintah tampaknya minimalis dalam mencegah kebobolan data.
Inilah realitas yang terjadi dala sistem sekuler dengan segala ketimpangan yang ada, Selain itu tekanan demi tekanan yang menimpa umat saat ini entah itu dari sisi ekonomi, sosial maupun yang lainnya, akan membentuk pola pikir manusia nya berlomba lomba untuk keuntungan sendiri.
Berbeda halnya dengan Islam, dimana lima belas abad yang lalu seorang manusia mulia di pilih oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasalam untuk menjaga kerahasian data ia adalah Hudzaifah Ibnul Yaman ia dipilih oleh Rosulullah karena dalam penilaian Baginda ia adalah seorang yang cermat memegang rahasia dan berdisiplin tinggi, Sehingga tidak ada seorang pun yang mampu mengorek data yang diamanahkan kepadanya, selain itu Hudzaifah di tugaskan untuk mengawasi gerak gerik kaum munafikun di madinah untuk mencegah bahaya terhadap agama islam dan umat islam. Ia di gelari sebagai Shahibu Sirri Rosulullaah (pemegang Rahasia Rosull). Begitu rapinya data itu disimpan selama 15 abad tanpa ada satu nama pun yang bocor.
Itulah yang diwujudkan dalam pemerintahan Islam, di mana dalam Islam sangat tegas terhadap amanah maka tidak akan abai terhadap pengamanan data rakyatnya karena data rakyat merupakan sebuah amanah yang harus dijaga dan dilindungi agar tidak di salahgunakan oleh seorang dari peretas atau Bjorka. Oleh karna itu solusi hakiki adalah di terapkannya syariat Islam karena kebijakan-kebijakan di dalam sistem Islam ini didasarkan pada kemandirian, kepemimpinan yang bersih, dan visi yang bertujuan melindungi umat dari berbagai ancaman termasuk kebocoran data. Pemerintahan Islam tidak pernah akan mengorbankan umatnya demi keuntungan semata karena dalam pemerintahan Islam ada sebuah departemen dalam negeri yang bertugas menjaga keamanan sebuah data. Di sisi lain membocorkan data termasuk sebuah pencuriaan yang merupakan pelanggaran syariat, oleh karenanya akan ada sanksi bagi pelakunya untuk menghilangkan bahaya dan mudarat yang di timbulkan olehnya. Wallahu'alam bisshawab.
Baca juga:

0 Comments: