OPINI
Dunia Pendidikan, Waspadai TPPO!
Oleh. Ummu Qiyya
Magang adalah ajang latihan kerja bagi para siswa. Moment siapkan diri nanti ketika bekerja mampu hadapi segala masalah yang ada. Alih-alih mendapat pengalaman kerja yang berharga namun jutstru pengalaman pahit yang dirasa.
Hal ini terungkap dalam kejadian beberapa waktu lalu. Terungkap fakta bahwa ada kurang lebih 11 mahasiswa Politeknik Negeri Payakumbuh salah satu Perguruan Tinggi di Sumatera Barat menjadi korban modus “magang” ke Jepang. Tujuan ingin memperoleh ilmu dan pegalaman selama magang di luar negeri namun, mereka menjadi buruh tanpa ada hak untuk libur sama sekali (nasional.kompas.com, 4/7/2023).
Dilansir dari liputan6.com, 28/6/2023, para mahasiswa bekerja selama 14 jam dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam non stop 7 hari tanpa libur. Mereka juga tidak diperbolehkan untuk melakukan ibadah karena hanya diberikan waktu 10-15 menit hanya untuk istirahat makan saja. Mereka melaporkannya kepada pihak kampus namun, bukannya mendapat perlindungan justru ancaman DO (Drop Out) siap menanti jika mereka minta pulang sebelum kontrak magangnya usai. Pihak kampus menganggap bahwa tindakan itu bisa merusak hubungan kerjasama antara kampus dengan Perusahaan Jepang tersebut.
Kita perlu waspada. Fakta ini termasuk dalam TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang). Di mana terjadi eksploitasi sumber daya manusia yang tidak manusiawi. Para siswa magang, dianggap seperti orang yang sudah bekerja bahkan jam kerjanya lebih banyak. Waktu istirahat sangat singkat, dan tidak ada kesempatan untuk beibadah. Bahkan siswa dituntut untuk memberikan dana bagi kampus 2 juta rupiah dari total 5 juta rupiah yang didapatkan dari magang per bulannya. Lebih disayangkan lagi ternyata pelaku TPPO ini adalah para pendidiknya sendiri. Mengapa kasus ini bisa terjadi?
Dunia memang sedang dikuasai oleh pemikiran kapitalisme. Pemikiran yang menganggap uang adalah segalanya. Sampai orang tega dengan segala cara memanfaatkan orang lain, hanya demi keuntungan semata. Segala aspek kehidupan sekarang pun diwarnai dengan kapitalisme. Termasuk di dunia pendidikan. Ini adalah hal yang sangat berbahaya untuk masa depan. Karena baik buruknya kualitas generasi ditentukan oleh pendidikan yang dienyamnya. Bagaimana nasib negeri ini nanti? Lalu apa yang harus dilakukan? Adakah solusi?
Islam selalu punya solusi apapun masalah yang dihadapi. Tentu dengan solusi yang hakiki bersumber dari wahyu Ilahi. Islam meletakkan akidah sebagai dasar bagi manusia untuk berbuat sesuatu. Pendidikan Islam berlandaskan akidah Islam. Akidah Islam tak pernah lepas dari proses belajar mengajar. Mulai dari tingkat pendidikan dasar sampai tingkat pendidikan tinggi. Tujuan pendidikan Islam pun begitu tinggi yaitu menjadikan umat terbaik, seperti perintah Allah dalam QS. Ali Imran ayat 110
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ ٱلْكِتَٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ
مِّنْهُمُ ٱلْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ ٱلْفَٰسِقُونَ
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik
Negara memberikan perhatian penuh terhadap pendidikan. Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan gratis. Para pendidiknya pun diberi apresiasi tinggi, dengan gaji tinggi. Dulu, masa Umar bin Khathab, beliau memberikan gaji 15 dinar bagi para guru setara dengan 30 juta jika dirupiahkan. Sehingga peluang terjadi oknum pendidik yang menyeleweng seperti melakukan TPPO ini tidak akan terjadi.
Negara juga memberikan fasilitas pendidikan yang bermutu tinggi. Apa yang dibutuhkan akan dipenuhi. Termasuk tempat magang tak perlu sampai ke luar negeri.
Seperti pada zaman kekhilafahan Abbasiyah yang dipimpin oleh Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) di mana kekayaan negara dimanfaatkan untuk keperluan pembangunan kesejahteraan dalam segala bidang terkhusus dalam bidang pendidikan. Salah satunya adalah pembangunan Khizanah Al Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dalam perpustakaan ini negara memfasilitasi para ahli penerjemah dan tafsir untuk menerjemahkan berbagi macam buku berbahasa asing dari berbagai negara ke dalam Bahasa Arab supaya masyarakat mudah memahami semua ilmu-ilmu asing tanpa harus pergi ke negara tersebut.
Sepeninggal khalifah Harun Ar-Rasyid, perpustakaan ini berganti nama menjadi Bayt Al Hikmah oleh khalifah Al Ma’mun Al Rasyid (815 M) yang di dalamnya tersimpan buku-buku berkisar 400-500 ribu jilid dari berbagai judul keilmuan. Di dalam perpustakaan inilah para ilmuan, peneliti, penulis, pelajar, mahasiswa melakukan aktivitasnya, semua sumber ilmu bisa diakses dengan gratis ditanggung oleh negara.
Kita tak perlu risau dengan biaya. Pos pendanaan negara sangat mencukupi untuk semua. Negara mempunyai pos pendanaan dari pengelolaan sumber daya alam yang beraneka ragam, ditambah pos jizyah, kharaj, dan fa'i. Begitulah gambaran sektor pendidikan kita jika berlandaskan Islam yang diemban oleh negara khil4f4h Islamiyah. Tidakkah kita merindukannya?
Wallahu'alam bishowab.
0 Comments: