Headlines
Loading...
Indonesia Darurat Bencana, Kemana Peran Negara?

Indonesia Darurat Bencana, Kemana Peran Negara?

Oleh. Mila Sari, S. Th. I
(Penulis, Pendidik Generasi dan Member AMK)

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan sumber daya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Manusia-manusia yang cerdas, berfikir untuk kemajuan dan solutif tentu mampu menciptakan sebuah inovasi yang dapat memakmurkan negeri. Namun sayangnya, tak jarang manusia bekerja untuk kepentingan segelintir manusia lainnya dengan mengabaikan kepentingan mayoritas manusia dan menumbalkan apa saja, termasuk alam misalnya.

Bukan hal yang asing saat kita mendengar kabar tentang banjir tahunan di Jakarta, kebakaran hutan di Sumatera, Riau, Kalimantan, longsor di berbagai daerah dan sekelumit kasus-kasus bencana yang ada di negara ini. Namun agaknya, seolah belum menemukan solusi yang mengakar.

Baru-baru ini, bencana lahar dingin Semeru di Jawa telah melumpuhkan akses dan aktifitas masyarakat di desa Sidoarjo, Pronojiwo, Jugosari, Kloposawit dan Tumpeng. (Cnnindonesia, 08 Juli 2023).

Selain itu, dari sumber yang sama menginfokan bahwa luapan air Sungai Kokat telah mengakibatkan banjir di Sumbawa. Akibatnya, sebanyak 1.370 rumah warga terendam banjir dengan kedalaman 50cm. Tak hanya itu, sebanyak 28 ton pupuk urea dan sembako milik warga juga terendam banjir. 

Berdasarkan informasi yang didapat dari Kompas.id yang termuat pada 07 Juli 2023, di Malang Selatan, banjir dan longsor juga telah memutuskan akses Malang-Lumajang. Akibat hujan deras, banjir merendam desa Sitiarjo dan Sidoasri di Kecamatan Sumbermanjing Wetan serta desa Pujiharjo di Kecamatan Tirtoyudho. Dan longsor telah melanda desa Lebakharjo dan Kecamatan Ampelgading. 

Dampak yang diakibatkan, jalanan tergenang air. Pun demikian juga memasuki rumah warga di Dusun Krajan Kulon, Krajan Tengah, Krajan Wetan dan Rowo Terate dengan ketinggian mencapai 150cm tergantung kondisi dan struktur tanah.

BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) memprediksi wilayah yang berpotensi mengalami cuaca ekstrem adalah Malang, Blitar, Lumajang, Jember, Kediri, Trenggelek dan Banyuwangi.

Apa yang salah dari bencana yang melanda?

Pada dasarnya, bencana adalah ketentuan Allah Swt. yang tidak bisa kita tolak. Sabar dan rida adalah sikap yang tepat untuk menyikapinya.

Namun, tidak semua bencana murni terjadi begitu saja. Sebagiannya ada andil manusia yang memberi sumbangsih agar masalah itu menimpa, seperti halnya teguran Allah Swt lewat firman-Nya berikut:

ظَهَرَ الْفَسَا دُ فِى الْبَرِّ وَا لْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّا سِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Rum: 41)

Bencana yang Terencana

Dari ayat di atas, jelas sebagian bencana terjadi akibat ulah manusia sendiri. Misalnya membuka lahan baru dengan menimbun laut atau sungai, membakar hutan dan membabat pohon, akibatnya tidak ada lagi peresapan air. Ketika hujan turun dengan kapasitas tinggi, maka banjir dan longsor menjadi bencana yang tak terelakkan.

Bukan alam yang tak mau bersahabat dengan kita, tapi kita lah yang memandulkan fungsi alam keluar dari fitrahnya. Tentu bukan kesalahan setiap insan di persada Pertiwi ini, tapi ulah tamaknya manusia-manusia kapitalis yang direstui oleh penguasa yang haus jabatan dan enggan berpisah dengan panasnya kursi kekuasaan. Maka terampaslah hak-hak rakyat. 

Bagaimana jika bencana murni datangnya dari Allah Swt?

Manusia telah diciptakan oleh Allah Swt. dengan sesempurna bentuk, kesempurnaan itu semakin lengkap saat Allah Swt. menganugerahkan potensi akal yang dengannya menuntun manusia kepada wahyu sebagai sumber yang benar yang padanya solusi bagi setiap problem yang menimpa umat manusia.

Insan yang beriman akan terus berupaya memakmurkan bumi. Tidak menebang dan membakar atau membabat hutan sembarangan. Menciptakan kondisi pantai agar tidak abrasi dengan menanam pohon bakau dan semisalnya. Tidak mengorbankan alam dan manusia lainnya di atas kepentingan pribadi dan golongan. Serta berfikir untuk kemaslahatan manusia.

Bagaimana peran negara terhadap penanggulangan bencana?

Negara akan memberi ruang seluas mungkin bagi setiap warganya untuk melakukan penelitian dengan segala sarana dan prasarana yang diperlukan dalam hal penanggulangan bencana. Misalnya, laboratorium untuk meneliti tekstur dan kondisi tanah sehingga paham menanggulangi banjir pada daerah-daerah yang rawan banjir, Membuat parit atau tanggul di sepanjang daerah sungai. Menanam pohon kelapa atau pohon bakau di sepanjang pinggir pantai, dan lain sebagainya. Sehingga air hujan bisa meresap ke tanah dan sungai tidak menguap.

Apa dalang?

Semua tidak akan terjadi saat manusia masih sibuk dengan kepentingan pribadi mengumpulkan materi, harta benda sebanyak mungkin dan obsesi meraih dan mempertahankan kekuasaan. Itulah efek dari sistem kapitalisme yang diterapkan di muka bumi, manusia sibuk mengumpulkan harta dan manfaat sebanyak mungkin. Bila ingin merubah, tentu harus ada perubahan yang mendasar dan menyeluruh akan pola pikir dan pola sikap manusia. Merubah orientasi dari memikirkan diri dan kepentingan pribadi menjadi kepentingan dan kemaslahatan umat.

Sudah saatnya kita berjuang bersama membersihkan isme-isme sesat dari pemikiran umat untuk menggantikannya dengan pikiran Islam yang cemerlang, yang dengannya dapat menciptakan ketakwaan individu, kontrol sosial dan penerapan aturan Islam oleh institusi negara sebagai pembentukan pilar yang akan menopang berdirinya negara dengan penerapan Islam yang totalitas.

Baca juga:

0 Comments: