OPINI
Kapitalisme Penyebab Berkembangnya Antraks
Oleh. Dewi Khoirul
Menurut bapak Joko Nurmayanto selaku kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKPPP) Kabupaten Temanggung,melakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi masuknya antrak pada hewan ternak di Temanggung.
Dengan mengadakan penyuluhan, dokter dan mantri hewan, meningkatkan edukasi terkait bahaya antrak. Pengawasan terhadap para pedagang hewan dan warga yang mempunyai hewan ternak bisa dipastikan memiliki surat keterangan kesehatan hewan ( SKKH), serta meningkatkan survalense aktif diperbatasan, dipasar daerah maupun penampungan hewan ternak (Temanggung go.id., 10/7/2023).
Untuk mencapai sebuah solusi dari problem yang terjadi di tengah masyarakat termasuk mengatasi menyebarnya penyakit antraks, yang pertama perlu dipahami adalah mencari akar masalah dengan tepat sehingga dari akar masalah tersebut bisa diambil jalan keluarnya atau solusi untuk mengatasinya.
Penularan antraks di daerah Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta, menurut kementrian pertanian, bahwa tradisi brandu atau purak jadi salah satu faktor meningkatkan resiko penularan antraks diwilayah tersebut. Budaya brandu atau purak adalah pemotongan hewan sapi atau kambing sakit yang dipotong paksa lalu dagingnya diperjualbelikan ke tetangga di bawah harga dan kualitas standar.
Jika budaya brandu atau purak menjadi penyebab penularan penyakit antrak, lalu kenapa budaya tersebut tetap dipertahankan yang terhitung sudah bertahun-tahun. Kenapa tidak ada upaya pencegahan yang berarti sehingga budaya brandu atau purak bisa dihentikan?
Jika diamati keadaan ini terus berjalan akibat kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan yang kurang sejahtera. Dari sisi peternak sendiri ada dorongan untuk mempertahankan nilai ekonomi dari ternak yang sudah mati atau sakit, dari sisi masyarakat tradisi ini dianggap asas gotong royong dan kepedulian terhadap warga yang mengalami musibah (ternaknya mati atau sakit).
Budaya brandu jelas menunjukkan potret kemiskinan parah di tengah masyarakat juga pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan yang sangat kurang, menjadi penyebab penularan antraks juga. Namun, yang lebih tepat lagi bahwa akar masalah yang sesungguhnya adalah diterapkannya sistem kapitalis-sekuler dinegeri ini.
Dalam kapitalisme penentu mahal dan murahnya harga daging di pasaran bukan diserahkan pada mekanisme pasar. Namun, lebih ditentukan pada pihak yang memiliki kapital, sehingga kita dapati harga daging di pasaran tidak bisa terjangkau oleh masyarakat miskin.
Kapitalisme juga membuat tingkat literasi masyarakat rendah sebab mindset kapitalisme membuat manusia harus meraih kepuasan materi dengan cara apapun. Akhirnya masyarakat tetap mengonsumsi daging dari binatang yang sakit atau sudah mati.
Kapitalisme juga menjadikan negara abai mengurus rakyatnya. Hal ini terbukti bahwa negara tidak optimal dalam menghilangkan budaya bradu sehingga tradisi yang membahayakan kesehatan serta melanggar aturan agama yang mengharamkan memakan bangkai tetapi masih terus berlangsung.
Berbeda jauh dengan negara yang menerapkan sistem islam atau khil4f4h, syariat menetapkan negara sebagai periayahan (pengurus) umat yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah, sebagaimana hadis Rasul saw.:
"Imam atau khilafah adalah raa'in yakni pengurus rakyat dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya."
Dalam Islam budaya brandu tentu tidak akan berkembang karena budaya tersebut membahayakan nyawa manusia dan syariat mengatakan tidak boleh melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri serta orang lain.
Islam sangat peduli terhadap rakyatnya agar untuk mendapat kelayakan hidup dan dan kesejahteraan secara merata.
Selanjutnya tugas negaralah mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan dan memakan makanan yang halal (sesuatu yang diperbolehkan oleh syarak) lagi toyyib yakni makanan yang sehat, tidak berlebihan, dan aman dimakan. Karena Allah Swt. telah memerintahkan hal yang demikian seperti terkandung dalam QS Al Ma'idah : 88,
"Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rexeki yang halal dan baik dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya."
Masyarakat yang hidup dalam sistem Islam akan memiliki syaksiyah islamiyah [kepribasian islam), karena negara senantiasa mengedukasi umat untuk terikat dengan aturan syariat sehingga mereka terbiasa berpikir dan bersikap sesuai syariat. Juga dengan syaksiyah Islam tersebut para peternak akan mengupayakan optimal agar hewan ternaknya selalu dalam kondisi sehat, tidak tertular penyakit hewan, sekalipun tetap tertular mereka akan bersabar dengan musibah tersebut.
Khil4fa4h akan menerapkan sistem ekonomi Islam yang akan menjamin setiap warga mampu menjangkau harga kebutuhan pokok termasuk membeli daging. Tetapi jika sudah diedukasi dan tetap ada sebagian warga yang melakukan hal tersebut, maka melalui sistem yang ada, berlaku sanksi kepada para pelaku, disebabkan perbuatan mereka yang dapat membahayakan orang lain, bahkan bisa menghilangkan nyawa.
Demikian sistem Islam mencegah dan menindaklanjuti wabah antraks agar tidak berkembang di masyarakat. Sehingga dari sini dapat kita garis bawahi bahwa solusi total dalam penyelesaian penularan antraks adalah dengan meninggalkan sistem kapitalisme dan menggantikannya dengan sistem Islam.
Wallahu a'lam bishawab.
0 Comments: