Headlines
Loading...
Oleh. Maya Dhita E.P., S.T. [Pegiat Literasi)

Bagaikan bola salju yang semakin lama semakin besar, begitu juga gambaran kasus bunuh diri yang semakin marak terjadi di negeri ini.

Seperti yang baru terjadi di sekitar stasiun Senen Jakarta. Seorang pria tiba-tiba merebahkan diri di rel, sesaat sebelum kereta hendak melintas. Tak ayal, kejadian ini pun terekam oleh seorang Railfan, sebutan bagi pecinta kereta api. Anak ini sedang mengambil video kedatangan kereta. Sontak mereka berteriak-teriak dan lari melihat kejadian yang berlangsung sangat cepat itu (Aceh.Tribunnews, 10/7/2023).

Lebih miris lagi di daerah Cimahi, seorang lansia 72 tahun nekat bunuh diri karena tak kunjung menerima bantuan dari pemerintah. Meski namanya telah tercatat dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS), namun AW tak kunjung menerima bantuan tersebut selama hidupnya yang selalu dalam kesulitan ekonomi (Haluan.com, 4/7/2023).

Masih banyak lagi berita tentang kejadian bunuh diri yang berseliweran di media sosial. Dan semakin hari semakin banyak saja orang-orang yang berpikiran pendek, ingin terlepas dari permasalahan yang dialaminya dengan mengakhiri hidupnya.

Banyak faktor yang membuat orang-orang ini putus asa dan mengambil jalan pintas dengan bunuh diri. Faktor-faktor tersebut antara lain:
(1) Depresi yang berlarut-larut
Depresi merupakan salah satu jenis gangguan mental yang menjadi faktor terbesar seseorang melakukan bunuh diri. Depresi yang berlarut-larut dan tidak mendapatkan penanganan dengan tepat akan membuat seseorang menjadi mudah putus asa dan merasa tidak ada gunanya untuk hidup. Dia merasa tidak ada orang yang peduli pada dirinya. Pemikiran itu akan terus berkembang dan menekan dirinya hingga dia merasa satu-satunya jalan keluar dari keterpurukan ini adalah kematian. 

(2) Kehidupan sosial yang bermasalah
Seseorang yang berada dalam dominasi orang lain akan merasa lemah dan tidak mampu mengeluarkan potensinya. Misalnya anak-anak, remaja atau orang dewasa yang biasa mendapat perlakuan tidak menyenangkan, pembullian, atau penyiksaan di lingkungan sekolah, kerja, atau bahkan keluarga. Jika terus menerus terjadi dan tidak terselesaikan maka bisa menjadi alasan seseorang untuk bunuh diri.

(3) Trauma
Trauma pada masa lalu dapat membentuk kepribadiannya yang lemah bahkan menghambat masa depan seseorang. Apalagi jika tidak mampu berdamai dengan diri sendiri maka dapat menjadi faktor penyebab bunuh diri.

(4) Penyakit yang tak kunjung sembuh
Seseorang yang terus bergulat dengan rasa sakit dan penyakit yang tidak kunjung sembuh, mampu membuat orang jadi putus asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

(5) Orientasi seksual yang berbeda
Seseorang dengan penyimpangan orientasi seksual akan merasa bahwa dirinya tidak diterima oleh orang lain. Tidak mendapat dukungan dari keluarga dan orang terdekat. Jika telah diketahui oleh masyarakat maka akan dikucilkan. Hal ini akan akan menyebabkan depresi dan berujung bunuh diri.

(6) Penyakit kronis
Seseorang yang mengidap penyakit parah dengan tingkat kesembuhan kecil bahkan tidak dapat disembuhkan, misalnya HIV, akan membuat seseorang berputus asa dan tidak tahan akan kematian yang terus membayangi. Perasaan tertekan ini akan semakin menyakiti psikologisnya. Mereka ingin segera lepas dari penderitaan dengan jalan bunuh diri.

(7) Dorongan impulsif
Kuatnya keinginan untuk melakukan sesuatu akan menjadi semakin kuat saat seseorang berada dalam pengaruh obat-obatan atau minuman beralkohol. Hal ini dapat menjadi penyebab seseorang untuk melakukan bunuh diri.

(8) Ada anggota keluarga yang bunuh diri sebelumnya
Jika dalam anggota keluarga ada yang melakukan bunuh diri, maka anggota yang lain lebih rawan melakukan hal yang sama. Hal ini dipengaruhi oleh pembangunan kesehatan mental yang dipupuk dalam keluarga itu sendiri. 

Dari faktor-faktor penyebab bunuh diri di atas sebenarnya berasal dari satu akar permasalahannya yaitu tidak diterapkannya syariat Islam secara menyeluruh. Di dalam Islam, bunuh diri adalah salah satu dosa besar. Allah Swt. berfirman:

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa: 29-30)

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu, ia akan di adzab dengan itu di hari kiamat” (HR. Bukhari no. 6105, Muslim no. 110)

Saat syariat Islam ditegakkan dan dijadikan aturan dalam kehidupan maka setiap kebijakan yang keluar dari sebuah kepemimpinan adalah kebijakan yang tidak akan pernah menyelisihi syariat. 

Negara akan mengkondisikan masyarakat dalam suasana keislaman di mana pendidikan, kesehatan, perekonomian, keamanan,  dan lainnya, semuanya diatur dengan syariat Islam:

Pendidikan
Dalam sistem pendidikan akan diberlakukan kurikulum berbasis akidah Islam. Tujuannya adalah membentuk pondasi akidah Islam yang kuat sejak dini. Setiap individu masyarakat tumbuh dan berkembang dengan pemikiran Islam yang kuat sehingga menjadi pribadi yang takut pada Allah Swt. Maka dalam setiap langkah hidupnya akan selalu berada dalam koridor syariat. Hal ini juga berpengaruh dalam kesehatan mental. Mental yang kuat akan membentuk kepribadian yang kuat pula. Mereka akan lebih tahan saat menghadapi permasalahan dan cobaan hidup. Jauh dari kata putus asa.

Kesehatan
Pemimpin dalam Islam akan mendukung berbagai penelitian di bidang kesehatan untuk menghasilkan sistem pengobatan, serta obat-obatan yang halal dan tayib untuk merawat dan menyembuhkan penyakit. Tidak hanya kesehatan fisik tetapi kesehatan mental juga mendapat perhatian khusus. Segala fasilitas pengobatan akan diberikan dengan harga murah bahkan gratis bagi masyarakat.

Perekonomian
Sistem ekonomi Islam meniscayakan kesejahteraan diraih dengan lebih cepat. Tidak ada praktik riba serta akad batil yang menjadi sumber keterpurukan perekonomian masyarakat. 

Perekonomian masyarakat didukung oleh berbagai aktivitas yang digunakan untuk mendapatkan sumber-sumber pembiayaan seperti pengelolaan SDA secara bijak oleh negara yang nantinya akan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.

Pemenuhan kebutuhan akan lapangan kerja menjadi tanggung jawab pemimpin. Sehingga permasalahan ekonomi tidak akan menjadi alasan seseorang untuk melakukan bunuh diri.

Itulah sebagian gambaran jika Islam diterapkan secara menyeluruh dalam suatu negara. Karena masalah bunuh diri ini merupakan jalinan permasalahan yang saling berkelindan, maka diperlukan solusi mendasar yang mampu mengurai segala permasalahan yang terjadi saat sistem sekulerismeme kapitalisme masih bercokol di negeri ini. Pola pikir liberalisme juga menjadikan manusia bebas berpikir untuk menyelesaikan masalah secara cepat dengan bunuh diri saat tidak kuasa menghadapi permasalahan yang dihadapi. Wallahualam bisshawab. 

Baca juga:

0 Comments: