
OPINI
Negara dan Penyakit Antraks
Oleh. Ummu Zahra Fikr
Terjadi lagi! Bahaya antraks mengintai setelah dihebohkannya kasus antraks yang menelan korban. Warga harus waspada!
Tiga orang meninggal dunia di Dusun Jati, Desa Candirejo, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan riwayat menyembelih sapi yang sudah mati. Salah satu dari mereka yang meninggal, pada tanggal 4 Juni lalu dites positif antraks. Hingga Rabu (05/07), Kementerian Pertanian mencatat 12 ekor hewan ternak mati (enam sapi dan enam kambing), dan 85 warga positif antraks berdasarkan hasil tes serologi yang dilakukan Kementerian Kesehatan.
(www.bbc.com, 4/7/2023).
Kasus antraks bukan kali pertama ini terjadi di Gunung Kidul namun sudah kelima kalinya. Pertama pada bulan Mei 2019, lalu Desember 2019, Januari 2020, Januari 2021, dan Mei-Juni 2023 (www.bbc.com, 7/7/2023).
Tradisi Brandu
Wilayah Gunung Kidul ini masih kental dengan tradisi. Salah satunya tradisi Brandu. Brandu adalah tradisi di mana masyarakat menyembelih hewan yang sudah mati atau tampak sakit, kemudian dagingnya dibagikan atau dijual dengan harga murah. Tradisi ini dikatakan sebagai bentuk kepedulian pada saudara atau pemilik hewan ternak yang mendapat musibah (ternaknya mati atau sakit). Sehingga, peternak tidak rugi terlalu besar. Namun sayang kepedulian ini malah berujung pada kematian.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, Retno Widyastuti tradisi Brandu ini sudah lama ada di masyarakat Gunungkidul, dan membuat antraks tidak berhenti-berhenti (jatim.tribunnews.com, 8/7/2023)
Antraks dan Bahayanya
Antraks adalah salah satu penyakit zoonosis yang berasal dari bakteri Bacillus anthracis. Penyakit ini bisa menular dari manusia ke hewan atau hewan ke manusia. Umumnya, hewan herbivora yang diserang adalah kambing, domba, sapi dan lainnya.
Bakteri tersebut jika terpapar udara akan membentuk spora yang sangat resisten atau kebal terhadap lingkungan atau bahan kimia termasuk jenis desinfektan tertentu.
Penularan antraks dapat terjadi ketika pakan dan minuman hewan ternak tersebut terkontaminasi spora ataupun bila terdapat luka pada hewan ternak yang menderita antraks lalu cairannya mengontaminasi tanah. Wabah ini bisa muncul di kemudian hari karena sporanya mampu bertahan hingga puluhan tahun di dalam tanah. Antraks tak bisa dimusnahkan, hanya bisa dikendalikan.
Gejala yang muncul pada infeksi antraks antara lain: Pertama, jika menyerang saluran pencernaan diantaranya mual, muntah, diare yang kadang disertai darah. Kedua, jika infeksi menyerang saluran pernapasan didapati gejala nyeri tenggorokan, sesak nafas. Ketiga, jika infeksi melalui luka terbuka di kulit yang merupakan transmisi. Paling umum yang terjadi pada manusia ditandai adanya ruam, benjolan, dan kemerahan pada kulit yang disertai perih, gatal dan pada bagian tengah berwarna kehitaman.
Penyakit antraks yang tidak dikendalikan bisa menyebabkan hilangnya banyak jiwa manusia.
Selama ini pemerintah sudah berupaya mengantisipasi dengan memberikan antibiotik untuk hewan ternak, juga vaksinasi masyarakat di daerah endemis antraks. Namun, mengapa kasus antraks masih saja terjadi?
Kemiskinan dan Rendahnya literasi Buah Sistem Kapitalis-Sekulerisme
Brandu yang menjadi tradisi masyarakat Gunungkidul ini menunjukkan keadaan taraf perekonomian masyarakat sekitar sangat rendah dengan kemiskinan yang sangat ekstrim.
Menurut hasil survei tentang kemiskinan oleh Badan Pusat Statistik pada bulan Januari 2023 mencatat per September 2022, DIY menjadi Propinsi termiskin di Pulau Jawa (patuk.gunungkidulkab.go.id, 27/1/2023). Keadaan ini diperparah dengan rendah literasi masyarakat, sehingga mereka biasa mengonsumsi hewan ternak yang sakit bahkan sudah dikubur. Pendidikan yang rendah dan tidak memadai menjadi faktor yang saling berkaitan.
Namun negara kurang serius dan terkesan abai menjalankan perannya dalam meningkatkan perekonomian dan pendidikan masyarakat. Sehingga Tradisi Brandu yang membahayakan kesehatan ini masih tetap ada.
Lalu apa yang harus dilakukan?
Ketika kemiskinan dan pendidikan rendah yang menjadi akar masalahnya maka langkah yang dilakukan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pendidikannya.
Sekarang, kita hidup dengan sistem kehidupan kapitalisme. Sistem yang menjadikan sumber ekonomi hanya dikuasai oleh segelintir korporasi. Oleh karenanya kemiskinan tidak kunjung usai.
Sistem kapitalisme yang berasaskan sekulerisme yaitu memisahkan agama dalam aspek kehidupan ini menjadikan masyarakat berbuat tanpa berpikir. Apakah yang ia lakukan perbuatan haram yang mengundang murka Allah ataukah halal yang menghadirkan keridaan-Nya. Perbuatan yang ia lakukan hanya didasarkan pada akal dan hawa nafsu saja tanpa pondasi akidah atau keimanan yang seharusnya dimiliki.
Bagi seorang Muslim larangan memakan hewan ternak yang sudah mati adalah jelas, terdapat dalam QS Al-Maidah ayat 3, yang artinya :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan,”
Ayat ini tentu bisa menjadi bentuk pencegahan nomor satu bagi masyarakat Muslim agar tidak terkena antraks.
Bagi yang beragama lain, negara bisa memberikan edukasi lebih intensif berdasar fakta yang ada, dan penjelasan medis akan bahaya antraks.
Negara tidak boleh membiarkan tradisi yang salah dan berbahaya bagi nyawa ini, tetap ada. Sanksi tegas harus diberlakukan bagi yang masih melakukan tradisi Brandu tersebut. Sehingga, kasus yang berulang dan menimbulkan banyak kematian tidak akan terjadi lagi. Karena satu nyawa itu sangat berharga.
Dalam QS. Al-Ma’idah : 32, Allah berfirman yang artinya:
“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”
Ketika Islam telah menunjukkan banyak kebaikan dari aturannya, maka kita harus semakin yakin untuk menerapkannya dalam kehidupan. Allahu Akbar!
Wallahu'alam bishowab.
Baca juga:

0 Comments: