Headlines
Loading...
Oleh. Dwi Moga

Kita boleh bangga. Ternyata bangsa ini punya banyak karya. Namun, sayang itu tak banyak bermakna. 

Sebut saja Aryanto Misel, yang saat ini tengah menjadi perbincangan hangat atas temuannya berupa alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan yang dinamai Nikuba. Ia mengaku penemuannya sempat diabaikan oleh negaranya sendiri, sehingga ia kini enggan berharap pada Badan Riset Nasional (BRIN). 

Selain itu ada Ahli matematika asal Tasikmalaya, Yogi Ahmad Erlangga yang menemukan cara pemecahan persamaan Helmotz dengan menggunakan metode matematika numerik secara cepat. Metode tersebut diklaim mampu meningkatkan data seismik pada survei cadangan minyak bumi. Metode yang dihasilkan saat melakukan tesis di Delf University of Technology itu mampu menarik perhatian perusahaan minyak internasional hingga memberikan dana atas penelitiannya. Lalu, Nurhada yang berhasil membuat kompor ramah lingkungan. Emisi gasnya pun dibawah ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia. Namun temuan Dosen Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang tersebut, justru tak diminati di negaranya sendiri malah lebih disukai negara lain seperti Afrika, India, Meksiko, Peru, Timor Leste, Kamboja, bahkan Norwegia (suara.com, 12/7/2023).

Negara Tak Kuasa

Negara tak berdaya dan berdana. Karya atau inovasi baru harus didukung. Butuh daya dan upaya dari negara agar inovasi itu berkembang. Seperti penemuan Nikuba, walaupun sederhana seharusnya tetap ada harga di hadapan negara. Bisa jadi dari yang sederhana ini tercipta penemuan-penemuan baru yang lebih canggih. Bukan seolah dianggap hal remeh dan tidak mendapat penghargaan sama sekali. Padahal penemuan ini  bisa dilirik oleh para kapitalis sebagai peluang bisnis. Ketika bisnis menjadi tujuan utama maka pastilah keuntungan (materi) semata yang ingin diraih. Masyarakat jadi tak bisa merasakan kemanfaatannya bahkan harus mengeluarkan biaya untuk merasakan manfaatnya. Bukankah tugas negara untuk mengupayakan tercukupinya kebutuhan dan fasilitas hidup masyarakat? Maka untuk membantu hal tersebut sangat diperlukan inovasi dan banyak penemuan baru. 

Selain minim upaya, negara juga minim dana. Jangankan untuk membiayai dan mendukung penemuan baru, untuk kebutuhan pokok masyarakat pun negara masih banyak kendala. Meski angka kemiskinan dan pengangguran pada Maret 2023 terhitung menurun dari tahun sebelumnya namun hal itu tak cukup berarti. Karena nyatanya hidup masyarakat semakin sulit, (cnbcindonesia.com, 19/6/2023). 

Lalu bagaimana seharusnya? Apa yang harus dilakukan?

Islam Menjaga Karya Anak Bangsa

Dalam Islam dikatakan sebaik-baik orang adalah yang banyak memberikan manfaat. Rasulullah saw. bersabda : "Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain." Hadits ini dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami'(no.3289).

Allah pun memerintahkan agar manusia saling tolong-menolong dalam kebaikan. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Maidah Ayat 2 yang artinya "...Dan tolong menolong lah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaan-Nya."

Ya, dorongan akidahlah yang menjadikan kekuatan bagi seorang Muslim dalam menjalankan setiap aktivitas. Semua orang ingin mendapat pahala dan berupaya semaksimal mungkin mengembangkan kemampuan diri demi rida Ilahi. Inovasi akan ditingkatkan demi banyak manfaat bagi masyarakat. 

Tak heran jika banyak ilmuwan muncul di masa kejayaan Islam. Terutama pada masa Khalifah ke-7 dari Dinasti Bani Abasiyah, Harun Al-Rasyid (170 - 193H). Pada masa pemerintahannya, pendidikan Islam mencapai puncak kejayaannya. Beliau banyak memberikan motivasi dan perhatian penuh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga banyak bermunculan ulama-ulama besar seperti Imam Malik bin Anas (95 -179H) dengan kitabnya Al-Muwatha, Abu Hanifah Al Nu'man bin Tabith pendiri Madzab Hanafi, Al-Ghazali dengan kitab Al-Mustasfa maupun ilmuwan yang memberikan pengaruh pada perkembangan sains dan teknologi di dunia ini. Diantaranya Musa Al-Khawarizmi penemu Aljabar, Ibnu Jabir Al Battani salah seorang pelopor trigonometri, Ibnu Sina seorang filosof dan dokter dengan bukunya Al-Qanun, dan masih banyak yang lainnya.

Selain itu negara juga memberikan apresiasi untuk para penemu atau ilmuwan. Tentu membutuhkan dana yang besar untuk mendukung penemuan baru. Dana jadi hal yang sangat mudah bagi negara karena banyak pos pendanaan yang bisa digunakan. Negara punya pos dana dari pengelolaan kepemilikan umum berupa sumber daya alam misalnya minyak bumi, gas alam, batubara, hutan, perikanan, dll. Selain itu ada juga dana kharaj, fa'i, ataupun jizyah. Semua sumber pendanaan tersebut sudah lebih dari cukup untuk membantu negara menjalankan segala tanggungjawabnya kepada masyarakat. 

Visi dan misi besar dari sebuah negara juga tak kalah penting. Peradaban Islam mulialah yang ingin dicapai. Tentu tak sembarang negara yang mampu melaksanakannya. Hanya khil4f4h Islamiyah ala minjahinnubuwwah yang punya cita-cita mulia, tegaknya peradaban Islam di dunia. Allahu Akbar! Wallahualam bishawab. 

Baca juga:

0 Comments: