Headlines
Loading...
Oleh. Nirwana Sadili

Di sana terdapat tanda-tanda yang jelas (diantaranya) maqam Ibrahim. Barang siapa memasukinya (Baitullah) amanlah dia. Dan diantara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan  perjalanan ke sana. Barang siapa yang mengingkari (kewajiban) haji. Maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam”. (QS. Al-Imran : 97)

Ayat tersebut menegaskan bahwa ibadah haji merupakan kewajiban bagi  Muslim yang mampu melaksanakan perjalanan ke Baitullah. Dan juga merupakan rukun Islam yang kelima yakni menunaikan ibadah haji bagi yang mampu. Seorang Muslim yang beriman yang ingin menyempurnakan keislamannya  tentu sangat berharap bisa melaksanakan ibadah haji, termasuk kami sekeluarga.

Namun faktanya tidak semua kaum Muslimin bisa melaksanakan ibadah haji, bahkan ada yang sampai mendapati ajalnya, namun belum ada panggilan mengunjungi Baitullah. Karena ibadah haji selain faktor keimanan diperlukan kekuatan fisik dan kemampuan finansial. Ada yang diberi kemampuan  harta tapi tidak diberi kemampuan fisik. Sebaliknya ada yang diberi kamampuan fisik tapi tidak diberi kemampuan finansial. Begitu juga ada  yang memiliki kedua-duanya tapi hatinya tidak tergerak untuk berhaji.

Jadi dalam melaksanakan ibadah haji selain  kemampuan finansial dan kemampuan fisik ada faktor yang sangat berpengaruh adalah berusaha dan bersungguh-sungguh untuk memenuh undangan dan panggilan Allah ke Baitullah. Dan panggilan ini dilandasi dengan keimanan dan takwa yang megharuskan dirinya untuk berhaji. Memaksakan diri untuk hadir di sana dan melakukan segala daya upaya untuk memenuhi panggilan haji. Banyak contoh yang bisa kita lihat di sekitar kita misal, tukang gorengan naik haji, pemulung naik haji, buruh tani naik haji, dan masih banyak contoh yang lain.

Setiap musim haji tiba menyaksikan di televisi calon Jemaah haji yang mau berangkat, betapa gembiranya mereka bisa memenuhi panggilan Rab-Nya. Apalagi ketika mendengarkan kalimat Talbiyah yang dilantunkan,

Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syarika laka labbaik, innalhamda wan ni’mata laka walmulk laa syarika laka.”

Artinya : “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, kemuliaan dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu.”

Bergetar hati ini mendengar kalimat Talbiyah, perasaan campur aduk berkecamuk dalam hati, ada rasa sedih, rasa haru, dan ada deraian air mata, berharap bisa hadir di sana. Kami begitu merindukan untuk hadir bersama mereka melaksanakn rukum Islam yang kelima sebagai penyempurna Islam. Waktu menulis tulisan ini air mata tidak berhenti berderai sebab kerinduan yang mendalam ingin mengunjungi rumah Allah. 

Antrian yang panjang dan belum mampunya kami secara finansial untuk melaksanakan ibadah haji, secara akal rasanya kami tidak mungkin hadir di Tanah Suci, meski kami sangat memimpikannya, apalagi usia sudah lebih setengah abad. Kalau antri sampai tigapuluh tahun berarti giliran saat itu kami sudah berusia  delapanpuluh tahun baru terwujud, itupun kalau masih ada umur. Tapi kami yakin tidak ada yang tidak mungkin di dunia. Yang dibutuhkan adalah kesungguhan untuk meraihnya. Kita lihat tukang gorengan naik haji, bagi kita tidak mungkin berhaji. Tapi karena kesungguhannya untuk memenuhi panggilan Allah, akhirnya Allah memanggilnya. 

Banyak cara Allah memanggil hambanya datang ke Baitullah yang mereka tidak sangka-sangka. Banyak orang berhaji keberangkatannya di luar nalar manusia. Kalau Allah sudah berkehendak tidak ada satu pun makhluk mampu mencegahnya. Untuk meraih mimpi berhaji ke baitullah yang kami lakukan menyisihkan uang sedikit demi sedikit rezeki dari Allah, untuk bekal melaksanakan ibadah haji, seraya berdoa kepada Allah berharap segera memanggil kami. 

Selain menabung tidak lupa doa-doa selalu kami panjatkan kepada Allah sang Maha menerima doa hambanya. sebagaimana firman Allah SWT yang artinya, “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka dalam kebenaran .”(TQS. Al-Baqarah : 186) 

Rasulullah SAW  bersabda, ”Tidak ada seorang pun yang meminta dengan sebuah doa kecuali Allah akan mengabulkan apa yang diminta dengan sebuah doa kecuali Allah akan mengabulkan apa yang dimintanya atau memalilingkannya dari keburukan dan semacamnya, selama dia tidak memanjatkan doa yang mengandung dosa atau pemutusan silaturahmi” (HR. At-Tirmizi)

Keyakinan kami akan ayat Allah dan Hadits Rasulullah bahwa Allah akan mengabulkan doa hambanya membuat kami tiada hanti memohon pada-Nya. Doa yang tulus selalu  kami panjatkan kepada Allah yang Maha Mendengar doa, dengan harapan semoga Allah mengabulkan doa kami untuk memenuhi panggilan-Nya.

Ya Allah, 
Kami begitu rindu ingin bersimpuh di depan Kabbah-Mu
Kami rindu ingin melihat makam Rasul-Mu
Kami rindu ingin  berdoa di Hijr Ismail
Tempat mustajab untuk berdoa
Kami rindu ingin mencium Hajar Aswad

Ya Allah, 
Rindu berat tak terhankan
Ijinkan kami mengunjungi Rumah-Mu
Menginjakkan kaki di Tanah haram  yang suci
Rindu ingin Sholat di Masjidil Haram
Rindu ingin wukuf di Padang Arafah
Bersama Jemaah haji seluruh dunia

Ya Allah, 
Mampukan kami
Panggil kami dengan cara-Mu
Ijinkan kami memenuhi panggilan-Mu 

Magetan, 10 Juli 2023

Baca juga:

0 Comments: