Headlines
Loading...
Apakah Sport Tourism Dapat Memenuhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ?

Apakah Sport Tourism Dapat Memenuhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ?

Oleh; Ummu Affaf 

Popularitas sport tourism di Indonesia memberikan awal yang baik bagi kebangkitan pariwisata Indonesia, nilai sport tourism atau wisata berbasis olahraga di Indonesia di perkirakan bisa mencapai Rp 18.790 triliun pada 2024 mendatang. Ini menjadi langkah awal dan angin segar dalam membangkitkan pariwisata dan ekonomi di Indonesia, sekaligus membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, ucap Pit Vp Corsec Jakpro Melisa Sjach dalam keterangannya kepada  (Tirto.idJum'at, 11/8/2023).

Ada dua jenis sport tourism yang cukup umum yaitu hard tourism dan soft spot tourism. Hard tourism, bisa di katakan sebagai acara perlombaan bersifat reguler, seperti Asian Games, Sea Games atau Word Cup. Dan soft sport tourism, di kenal dengan pariwisata olahraga yang berkaitan dengan gaya hidup (lifestyle) seperti bersepeda, berlari, hingga berselancar. Maka dari itu PT Jakarta Propertindo (Jakpro) akan mengadakan kembali Velo Sport Day pada Minggu 13/8/2023 mendatang, yang sebelumnya diadakan pada Minggu 18/6/2023 di Jakarta Internasional Velodrom (JIV). Acara ini akan menghadirkan berbagai aktifitas olahraga dalam satu tempat mulai dari funwalk bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Poundfit Class, Cardio Dance, Tiktop Dance, Aerobic dan di ramaikan dengan adanya Music Performance, serta Bazaar Food Festival dari para pelaku UMKM di DKI Jakarta, sehingga pengunjung tak perlu khawatir apabila rasa lapar dan haus melanda.

Acara tersebut akan dilaksanakan mulai pukul 6.15-17.50 WIB dan di buka untuk masyarakat dari berbagai kalangan, dan akan di pandu oleh profesional dari Pound Mater, Ace Roller, Sport, dan Cardio Indonesia. Ramainya ajang sport tourism guna menggenjot ekonomi memperlihatkan bahwa negara saat ini sedang bekerja keras mencari pundi pundi rupiah. Seperti berbagai macam kesempatan tidak terlewatkan untuk meningkatkan keuangan negara termasuk sport tourism yang menjadi trend dunia. Padahal trend ini tidak akan berjalan lama, seiring waktu akan sepi peminat. Masyarakat akan menemukan kesenangan baru dan meninggalkannya, dan negara harus bekerja keras mencari pengganti sport tourism sebagai pos pemasukan keuangan negara.

Pada kenyataannya, sport tourism tidak hanya berkaitan dengan keuntungan materi saja, melainkan ada banyak hal dari sisi ekonomi hingga sosial. Terlebih ajang ini menggandeng pihak swasta, mereka yang akan mengambil alih sebagian besar keuntungan dan memungkinkan juga mendatangkan kerugian. Efek sosial akan di rasakan masyarakat, seperti masuknya budaya baru baik yang bersifat positif maupun yang negatif, mereka dapat minum minuman keras, penyelundupan narkotika hingga berzina, dan kebiasaan ini akan merusak masyarakat. Sekalipun ajang wisata berbasis olahraga ini dipandang mampu mendatangkan cuan, tetap saja aturan dan kewaspadaan harus ketat. Jangan sampai bibit-bibit pengrusakan generasi dan identitas positif negara ikut menyusup dan mendapat peluang berkembang.

Masalah olahraga, negara dalam Islam memandang sebagai salah satu upaya untuk menjaga kesehatan, bukan bisnis, apalagi untuk bersenang senang. Begitu pula dengan pariwisata, negara hanya membolehkan untuk tadabbur alam, yaitu ajang mengenal dan lebih mendekatkan diri pada Allah melalui keindahan alam, bukan untuk bersenang-senang yang melalaikan dari aktifitas yang wajib apalagi sampai membahayakan diri. Negara tidak boleh mengandalkan pemasukan ekonomi dari objek pariwisata, karena pemasukan ini terkategori kecil dan kurang efektif. Pemasukan negara seharusnya di titik beratkan pada pengoptimalan pengelolaan seluruh sumber daya alam negara. Apalagi sumber daya alam Indonesia sangat melimpah, ada emas, nikel, aspal, batubara, minyak bumi, gas alam atau geothermal, belum laut, hutan dan tambang-tambang lainnya. Jika pengelolaan ini benar maka seluruh rakyat Indonesia akan sejahtera tidak perlu susah payah mengais keuntungan recehan dari sektor pariwisata. Karena kita punya pundi-pundi sumber pemasukan kas negara yang melimpah yaitu kekayaan sumber daya alam.  

Oleh karena itu, sport tourism tidak akan pernah memenuhi harapan bangsa untuk menjadi penopang perekonomian. Tapi sistem kapitalis liberallah yang telah membodohi kita dengan memutarbalikkan fakta yakni membolehkan privatisasi dan liberalisasi pengelolaan sumber daya alam kepada asing dan aseng. Ibarat lumbung emas kita pasrahkan dikelola dan dinikmati asing aseng sementara negeri sendiri menikmati barang recehan yang kita kelola sendiri dengan sekuat tenaga. Hingga rakyat menjadi miskin bahkan mati kelaparan ditengah melimpahnya sumber daya alam seperti terjadi di Papua. Sungguh fakta yang mengiris hati nurani manusia, bukti nyata potret buruk penerapan sistem rusak yang berakibat pada kesengsaraan dan kematian rakyat karena salah prioritas pengelolaan kekayaan negara. 

Islam mengharamkan pengelolaan sumberdaya alam yang menguasai hajat hidup seluruh rakyat diserahkan kepada orang kafir ataupun pihak swasta. Negaralah yang harus berjuang sekuat tenaga untuk mengolah seluruh sumber daya alam miliknya demi memenuhi seluruh kebutuhan dasar rakyatnya. Maka hanya dengan menerapkan sistem Islam yang menyeluruh lah satu-satunya sistem yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya dan menyelamatkan seluruh aset negara dari kerakusan para eksploitator dan eksplorator para pemilik modal.

Wallahu a'lam bish shawwab. 

Baca juga:

1 komentar