Headlines
Loading...
Barbie Syndrome, Antara Kehormatan dan Feminisme Akut

Barbie Syndrome, Antara Kehormatan dan Feminisme Akut

Oleh. Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)

Film Barbie yang dirilis Juli 2023 mendapatkan sambutan antusias dari para penggemarnya. Film karya Greta Grewing ini laris manis. Bahkan di negara pembuatnya, yakni Amerika Serikat, film ini mencetak rekor box office dengan laba 155 juta dollar AS setara dengan Rp2,3 triliun (pramborsfm.com, 27/7/2023). Lantas, apakah ada agenda tersembunyi di dalamnya?

Barbie dan Feminisme

Indonesia yang notabene sebagai negara "pembebek" Barat, tak ingin ketinggalan eksis. Beberapa artis memenuhi ruang digital media sosial dengan dandanan ala Barbie (tribbunnews.com, 27/7/2023). Euforia ini dianggap sebagai bentuk tren kekinian yang modern. Banyak juga para muslimah mengikuti tren tersebut. Mengikuti segala bentuk gaya ala barbie. Bahkan parahnya lagi, segala bentuk pemahaman yang disajikan dalam film tersebut, begitu tegas diikuti. Tanpa tabu, tanpa rasa malu. 

Kecantikan dalam film Barbie diidentikkan dengan fisik yang tinggi semampai, rambut panjang menjuntai, wajah yang glowing dan standar-standar fisik lainnya yang membuat para perempuan merasa insecure dengan keadaan diri yang sebenarnya. Hal ini pun secara perlahan membentuk standar yang kebarat-baratan tentang fisik dan kecantikan. Banyak wanita muslimah berfokus pada fisik diri. Operasi plastik, misalnya. Salah satu cara instan yang diklaim dapat dengan cepat merubah penampilan fisik. Tak peduli dengan harga yang dibanderol. Hingga akhirnya melalaikan prioritas utama kiprah seorang muslimah dalam kehidupan publik. 

Tak hanya masalah fisik. Namun ternyata, ada misi khusus yang dihembuskan film Barat ini. Barbie yang cantik, kuat, pintar selalu diidentikkan dengan kemandirian. Tak perlu ada seorang lelaki sebagai partner hidup. Alhasil, feminisme menjadi paham yang terbentuk di dalamnya. Peran perempuan pun jauh dari fitrahnya sebagai sebagai seorang muslimah. Mereka hanya memperjuangkan hak-haknya agar mampu sederajat dengan kaum pria. Jelas, feminisme adalah alat yang dimainkan secara soft oleh Barat untuk mematikan potensi kuat seorang muslimah dalam menjaga keluarga dan membangun pemikiran politik di tengah kehidupan sosial masyarakat. 

Semua fakta ini sebagai refleksi diterapkannya sistem sekuler yang kapitalistik. Sistem yang menjauhkan aturan agama dari kehidupan. Sistem rusak ini pun semakin buruk dengan diterapkannya konsep kapitalistik. Konsep yang hanya mengedepankan keuntungan materi duniawi. Tanpa peduli pada akibat yang ditimbulkan. Hawa nafsu dan keinginan dijadikan sandaran berpikir. Tentu saja, hal ini akan melahirkan kerusakan pada setiap diri individu. 

Konsep-konsep rusak ini akan terus mengancam pemahaman manusia. Dan menggerus visi misi utama dalam menjalankan kehidupan. Akhirnya, manusia menjadi abai akan esensi kehidupan. 

Negara pun seolah tak peduli dengan ancaman feminisme yang semakin merusak. Karena semua konsep yang diadopsi adalah konsep HAM, yang mengutamakan pilihan setiap individu. Menganggunya berarti berhadapan dengan konsep Hak Asasi Manusia yang menjunjung tinggi kebebasan hidup seseorang. Tentu saja, konsep ini pun akhirnya melahirkan standar ganda. Kehidupan kian tak jelas dengan standar buatan manusia. 

Islam dan Kehidupan Muslimah

Wanita adalah makhluk yang ingin selalu tampil cantik. Namun, makna kecantikan dalam Islam tak hanya berpaku pada penampilan fisik. Kemuliaan dan kehormatan adalah hal utama bagi muslimah. Dan untuk memperolehnya mutlak membutuhkan ilmu syariat Islam.

Sungguh kaum lelaki dan perempuan adalah partner yang tak akan pernah mampu sejajar. Namun keduanya adalah pihak yang saling melengkapi satu sama lainnya. Bukan untuk bersaing demi posisi terbaik. Keduanya harus mampu saling melengkapi dalam kiprahnya menjaga umat. Perempuan akan terhormat dengan penjagaan dari seorang lelaki yaitu suaminya. Dan perempuan akan menjaga kemuliaan suaminya dalam ketundukannya sebagai seorang istri. Semuanya dalam bingkai aturan syariat Islam yang sempurna dan menyeluruh. Tak ada yang menang atau kalah, yang ada adalah saling menguatkan demi ketundukan yang sepasrah-pasrahnya pada aturan Allah Swt..  

Paham rusak semestinya sesegera mungkin dicampakkan. Kemudian menggantinya dengan sistem yang menjaga kehormatan manusia sesuai fitrahnya. Yaitu sistem Islam dalam wadah institusi khas, Kh1l4f4h Islamiah. Di dalamnya, muslimah dijaga dengan penuh kekuatan. Terjaga jiwanya, terjaga kedudukan, dan kehormatannya. 

Seperti kisah seorang muslimah yang terkoyak kehormatannya karena diganggu oleh pria Amuriyyah, Romawi. Hingga akhirnya Kh4l1f4h al Mu'tashim Billah mengerahkan ratusan pasukan dengan persenjataan lengkap. Kota Amuriyyah pun dikepung dan ditaklukkan. Kisah masyhur ini diabadikan dalam sejarah Amuriyyah yang tak pernah terlupa. 

Sempurnanya Islam menjaga kehormatan seorang muslimah. Dengan Islam, perempuan diberi ruang khusus sehingga mampu memelihara izahnya. Semuanya efektif dalam kekuatan negara dan kebijakan sesuai syarak.

Wallahualam bissawab. [Ni]

Baca juga:

0 Comments: