motivasi
Gerakkan Jemarimu untuk Kebangkitan Islam Kafah
Oleh. N.S. Rahayu (Muslimah Peduli Islam)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” [QS. Ar Radu : 11)
Dalil ini menyinggung tentang suatu kaum, ketika menginginkan perubahan maka harus diri sendirilah yang memulainya. Tidak hanya sekedar keinginan dan niat belaka [khayalan], namun juga harus dilakukan dalam bentuk perbuatan riil. Maka perubahan adalah keniscayaan.
Jika melihat kondisi saat ini, masyarakat yang makin miskin karena segala sesuatu harus berbayar [baca mahal), kriminalitas tak segan lagi dipertontonkan, pergaulan bebas dilakukan secara terang-terangan, LGBT bak jamur pertumbuhannya, utang merebak di segala penjuru, dan lain sebagainya. Masyarakat ‘crowded’ dengan ragam beban kehidupan.
Salah Siapa?
Jangan saling tunjuk mencari ‘kambing hitam’, karena ada peran kia juga di dalamnya, mari saling bermuhasabah, karena perubahan hakiki baru bisa menuju pada kebangkitan Islam ketika ada 3 pilar yang berjalan bersama-sama mewujudkan kebangkitan menjadi riil. Tiga pilar itu adalah individu yang bertakwa, kontrol masyarakat, dan negara yang berperan sebagai pelindung bagi rakyatnya.
Penulis hanya akan mengupas satu pilar, jika bisa berubah total dan menyeluruh, akan mampu untuk mewujudkan pilar-pilar berikutnya. Pilar itu adalah individu yang bertakwa. Sudahkah kita menjadi individu yang bertakwa? Saya pun sebenarnya malu menjawabnya, tapi saya juga harus mengakui, belum! Bahkan masih sangat jauh dari kata takwa, namun berupaya untuk selalu menjadi individu yang bertakwa dan menjaga keistikamahan. Allah Subhanallahu Taala telah mengingatkan kita semua.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” [QS Al Imran : 102)
Jadi takwa itu harus totalitas, membutuhkan tindakan kongkrit dalam beribadah, baik dalam ibadah-ibadah besar/ mahdah seperti salat, puasa, zakat, dan haji. Juga ketika bermuamalah dan berada di tengah masyarakat / qhoiru mahdah. Untuk melakukan 2 ibadah tersebut berada dalam ketaatan, melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya hingga akhir hayat.
Artinya kita harus menjadikan Islam sebagai petunjuk kehidupan / way of life untuk mendapatkan derajat takwa. Ketakwaan ini akan menerima Islam secara menyeluruh, tanpa memilih, memilah lagi dalil-dalil yang sudah jelas kita yakini kebenarannya.
“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” [QS Al Baqarah : 208)
Untuk menuju pada perubahan kebangkitan kita harus pahami terlebih dulu ketakwaan diri kita. Sudahkan takwa kita sampai pada menerapkan Islam secara kafah/menyeluruh terlebih dulu pada tiap individu muslim, sehingga Islam menjadi standar ukuran dalam melakukan semua perbuatan.
Jika individunya bertakwa, maka akan terbentuklah kontrol masyarakat dan membentuk masyarakat Islami yang akan saling mengingatkan anggotanya untuk selalu melakukan ketakwaan pada Allah Swt. sebagai tolok ukurnya. Nah, di sinilah permasalahan yang ada saat ini. Rupanya masyarakat yang ada bukanlah masyarakat yang dalam benaknya mau diatur dengan aturan dari Sang Pencipta. Meski Indonesia memiliki lebih 85% penduduk beragama Islam namun pemikirannya belum Islami, justru terlihat cara pandang sekuler kapitalis yang ada dalam benak mereka.
Menjadi hal wajar ketika aturan yang datangnya dari Pencipta dan Pengatur Kehidupan tidak diterapkan, maka akan terjadi kekacauan di tengah kehidupan. Manusia makin sekuler, memisahkan agama dari kehidupan dan memisahkan agama dari negara yang sehingga membuat kerusakan yang makin parah, karena aturan yang diterapkan aturan manusia yang memiliki kelemahan dan keterbatasan.
Dari sinilah butuh peran dakwah Islam untuk mengembalikan cara pandang yang sudah ‘ngoyot’/mengakar di benak umat yaitu cara pandang kapitalis digiring kembali untuk memahami Islam sebagai agama sempurna. Islam sudah memiliki semua aturan yang datangnya dari Allah Swt., ketika diterapkan akan membawa pada rahmatan lil alamin / rahmat bagi seluruh alam.
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [QS. Anbiya : 107)
Perlu perubahan hakiki agar rahmat itu bisa segera terwujud! Maka, jemputlah, bergeraklah, berupayalah dengan segala kemampuan yang dimiliki untuk mewujudkan janji Allah Swt.
Bagaimana caranya? Kerusakan sudah sangat meresahkan masyarakat. Kriminalitas marak, pergaulan bebas jadi hal umum, narkotika bak cendawan, dan lain sebagainya. Miris, kan?
Indonesia yang mayoritas muslim kehilangan marwah keislamannya, semua di akibatkan penerapan sistem yang salah. Sistem ini menyerang Islam dari semua penjuru dan ragam cara untuk memperkuat hegemoninya/kekuasaannya. Salah satu cara yang paling masif mereka gunakan adalah digitalisasi. Modernisasi sangat membutuhkan perangkat-perangkat digital, seperti: HP, iphone, komputer, tablet dan sejenisnya. Karena akses informasi, pemasaran, cari uang sangatlah mudah dengan kemajuan teknologi. Apalagi tidak ada sensor sama sekali terkait dengan konten-konten yang ada ‘loss doll’. Hah ini makin menjauhkan umat dari ruh Islam, sehingga makin hari bukannya bertambah baik, malah makin rusak.
Jika ingin berubah, maka awalilah dengan perubahan individu. Ubahlah diri kita untuk memiliki cara pandang Islam kafah. Lakukan upaya maksimal yang kita mampu untuk memberikan pemahaman Islam di tengah masyarakat. Lawan opini-opini yang sesat lagi menyesatkan yang sengaja ditanamkan oleh kapitalisme agar umat takut bahkan berpaling dari agamanya sendiri. Naudzubillah.
Berperanlah untuk melakukan perubahan hakiki. Jika saat ini kapitalis memanfaatkan peran teknologi untuk menyebar berita hoaks maka kita juga harus melek teknologi untuk membuat berita-berita tandingan yang membawa kebenaran, Jika mereka PD dengan penyesatannya, maka kita harus lebih PD karena membawa kebenaran.
Di sinilah peran literasi sangat penting. Jika mesin-mesin kapitalisme demikian masif menyebarkan berita hoaks lewat teknologi digital bahkan, maka gunakanlah jemari, ilmu, tsafafah yang kita miliki untuk membentengi umat dari hoaks. Gunakan peralatan canggih yang ada di tanganmu untuk meluruskan dan menjelaskan secara gamblang kesalahan info hoaks tadi dengan info yang benar. Karena opini harus dilawan opini. Masyarakat harus tahu tujuan mereka, sehingga harus kita ajak menganalisa akar permasalahan, berpikir yang logis serta menyandingkannya dengan solusi Islam. Masyarakat harus tahu Islam memberikan semua solusi problematika yang saat ini terjadi.
Tulislah segala sesuatu tentang Islam. Upload tulisan ke media sosial yang dimiliki atau kirimkan ke media-media yang menampung tulisan ideologis. Yakinlah tulisan mampu menembus ruang dan waktu yang bisa membawa pengaruh pada benak pembacanya, mampu membentengi masyarakat dari berita hoaks. Dan akan menjadi jejak digital selamanya.
Jadi ‘why not’ menulis? Saat ini literasi berisi kebenaran amat dibutuhkan masyarakat yang sudah rusak, tidak hanya di Indonesia bahkan masyarakat dunia. Jadilah dokter untuk memperbaiki penyakit yang sudah kronis ini. Dari iterasimu ada resep-resep mujarab yang dibutuhkan untuk kembali sehat. Berharap dari literasi mampu merubah keterpurukan menuju kebangkitan, dari ketertindasan hegemony kapitalis menjadi merdeka hakiki menuju khil4f4h.
Literasi berupa ide adalah senjata yang tidak akan pernah mati. Ide yang sudah keluar dan dibaca oleh orang lain mampu membawa pengaruh pada kesadaran berpikir akan pentingnya menegakkan Islam. Ide tidak akan pernah mati, meski pemilik idenya sudah mati.
Islam adalah ide itu sendiri dan Al-Qur’an adalah sumber literasi yang tak akan pernah habis memberikan idenya. Jadi gerakkan jemari kita untuk merubah kondisi keterpurukan ini menuju kebangkitan Islam kafah. Melalui literasi kita rubah ‘mind set’ kapitalisme dibenak masyarakat kembali ke ‘mind set’ akidah Islam, kita rubah bentuk masyarakat yang sakit kronis ini dengan resep Islam menuju kesembuhan total menjadi masyarakat Islami.
Bismillah, dengan literasi kita menjadi bagian dalam kebangkitan Islam kafah. [My]
0 Comments: