OPINI
Inovasi Nikuba Anak Bangsa Dibajak dalam Sistem Kapitalis?
Oleh. Ir. H. Izzah Istiqamah
(Pemerhati Masyarakat)
Sebagai negara muslim dengan ratusan penduduknya sudah seharusnya bangga dan mendukung jika ada sebagian warga negaranya menemukan inovasi maju. Bukan sebaliknya malah tidak peduli seperti yang diberitakan beberapa waktu terakhir ini. Sebuah alat yang dapat mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bernama Nikuba ramai dibicarakan, sungguh luar biasa memang ketika air yang mudah didapatkan ini bisa menjadi bahan bakar yang saat ini mahal harganya. Aryanto Misel sebagai penemu Nikuba ini mengumumkan jika dirinya tidak butuh bantuan pemerintah terkait pengembangan atas inovasinya itu (CNN Indonesia, Minggu 9 Juli 2023).
Pasalnya, warga Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon, tersebut diminta membuka formula Nikuba, namun tanpa ada kompensasi terhadap hasil kerja kerasnya. Padahal bukannya seharusnya di apresiasi dan diberikan dukungan sana-sini. Bisa dibayangkan nantinya jika alat yg bernama Nikuba ini berhasil di kembangkan, maka air akan mudah dirubah menjadi bahan bakar kendaraan bermotor melalui proses elektrolisis untuk memisahkan kandungan hidrogen (H2) dan oksigen (O2) dalam air (H2O) (TRIBUNJABAR.ID, Jum'at, 7 Juli 2023).
Ramainya berita tentang kasus penemuan Nikuba ini, mengingatkan berbagai penemuan anak bangsa yang tidak berkembang atau tidak difasilitasi negara dalam riset lanjutan atau pengembangannya. SDM yang berkualitas tidak selalu mendapat perhatian oleh negara. Di sisi lain, penemuan atau inovasi sering berbenturan dengan kepentingan para kapitalis pengusaha. Sangat menyedihkan ketika negara sementara ini justru banyak berpihak pada pengusaha dan tidak berpihak kepada rakyat secara mayoritas.
Negara yang menerapkan sistem kapitalisme memberikan kebijakan yang lebih pro kepada para pengusaha dibandingkan kepada rakyat kecil secara mayoritas. Inovator atau peneliti di negara berkembang yang dikuasai kapitalis tidak akan bisa berkembang secara optimal terhadap riset mereka.
Sangat berbeda dengan negara yang menerapkan sistem Islam. Islam menetapkan bahwasanya negara membutuhkan inovasi dalam upayanya menjadi negara adidaya yang terdepan. Islam juga sangat menghargai ilmuwan dan mendorong pengembangan teknologi. Di dalam negara Khil4f4h yang menerapkan sistem Islam, para inovator akan mendapatkan perhatian yang baik dari negara untuk mengembangkan inovasinya. Khil4f4h adalah negara yang sangat peduli dan menghargai setiap inovasi yang akan membawa kebermanfaatan untuk umat.
Islam tidak akan menutup kesempatan kepada manusia untuk berinovasi lebih maju. Akan tetapi justru malah mendorong manusia untuk mendalami dan memanfaatkan semua yang Allah berikan di muka bumi ini, sehingga kehidupan mereka menjadi lebih baik. Perintah Allah ini sudah pasti membutuhkan ilmu alat seperti ilmu sains dan ilmu humaniora. Konsep ilmu di dalam islam tidak dipisahkan antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan tanpa dilandasi ilmu agama akan buta dan ilmu agama tanpa dilandasi ilmu pengetahuan akan lumpuh.
Allah SWT berfirman,
Katakanlah, “Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi!” Tidaklah bermanfaat tanda-tanda (kebesaran Allah) dan Rasul-Rasul yang memberi peringatan bagi orang yang tidak beriman. (TQS. Yunus: 101)
Karenanya Khil4f4h sebagai institusi penerap syariat Islam, secara praktis akan memperhatikan inovasi dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Khil4f4h akan terus mendorong dan memfasilitasi para ilmuwan sehingga mampu menghasilkan karya-karya baru demi kepentingan kaum muslimin dan kemuliaan islam. Secara terstruktur Khil4f4h memiliki pusat riset dan pengembangan yang berfungi memproduksi kerja riset yang akurat dan terspesialisasi dalam bidang budaya dan sains.
Di dalam bidang budaya, pusat ini berpartisipasi dalam mencapai pemikiran yang mendalam untuk merancang rencana strategis jangka panjang cara pengembangan dakwah melalui kedutaan besar dan negosiasi atau dalam fikih dan ijtihad, ilmu bahasa dsb. Sedangkan dalam ilmu sains, pusat ini berusaha menemukan cara baru dan alat baru dalam bidang implementasi, misalnya dalam bidang industri, ilmu nuklir, ilmu ruang angkasa, dsb yang membutuhkan pendalaman dalam riset.
Beberapa pusat ini menjadi subordinat dari Universitas atau departemen pendidikan, ilmuwan, dosen Universitas dan beberapa murid yang unggul, akademisi pendidik yang melakukan riset, inovasi dan kemampuan pengembangan bekerja di pusat-pusat ini. Jika ada ilmuwan-ilmuwan hebat yang membawa manfaat untuk umat, Khil4f4h akan mengapresiasi dan menindaklanjuti penemuan mereka.
Dan hal ini pernah dilakukan oleh salah seorang Khalifah pada masa Abbasiyah yang bernama al-Ma'mun. Beliau memberikan hadiah kepada para penerjemah bahasa asing dengan emas yang beratnya sama dengan berat lembaran kertas yang diterjemahkan. Pada masa itu penerjemah berkembang pesat, sehingga banyak ilmuwan kaum muslimin yang mengembangkan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan dasar ilmu peradaban Yunani, Persia, China maupun India.
Jadi berkenaan dengan permasalahan tentang kasus Nikuba saat ini akan mudah terselesaikan jika negara adidaya seluruh dunia menerapkan sistem Islam sebagaimana telah diterapkan dimasa lalu sehingga Islam mengalami masa keemasan dan kejayaan sebagaimana yang diterapkan dalam sistem Khil4f4h islamiyah. Wallahua'lam bishawab. [Rn]
0 Comments: