Headlines
Loading...
Oleh. Utami Ummu Irul

Allah Swt berfirman,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”

Ayat ini mengingatkanku pada pemikiran beberapa  tahun yang lalu, kira-kira tahun 2006. Pemikiran kala itu, dari Al-Baqarah : 208 ini, bahwa kita sebagai kaum yang beriman/kaum Muslim, haruslah masuk Islam atau mengambil syariat Islam secara keseluruhan. Tidak boleh mengambil sebagian, dan menyingkirkan sebagian yang lain. Karena syariat Islam bukan menu prasmanan. Jika kita "demen" kita ambil, sebaliknya ketika kita tidak suka, maka kita pinggirkan atau bahkan dibuang. Tidak! Tidak seperti itu!

Nah berangkat dari pemahaman tersebut, maka tatkala ada yang menawari/mengajak, untuk mengkaji Islam secara menyeluruh, bahkan mendakwahkan ajaran Islam secara keseluruhan, maka aku "hayuk" saja.

Walau dengan konsekuensi yang sempat membuatku galau. Antara tetap di jemaah yang sebelumnya (ibadah mahdoh yes, tapi politik sesuai Islam nanti dulu) atau memilih jemaah yang secara totalitas mengadopsi dan bahkan perjuangannya juga berdasarkan metode Rasulullah saw.. Dan alhamdulillah, Allah mantapkan aku di jemaah Islam Kafah dengan manhaj kenabian. 

Memang benar adanya, tatkala kita ingin berhijrah secara kafah, pasti Allah hamparkan ujian/tantangan di hadapan kita. Baik yang berasal dari diri kita sendiri ataupun orang lain. Bisa juga dari orang-orang terdekat yang kita cintai maupun dari teman sejawat kita.
Demikian juga aku kala itu, sempat terpikir, "Ketika aku bergabung dengan jemaah Islam Kafah, bagaimana keselamatan diri dan keluargaku?". Pasalnya di jemaah itu senantiasa diajak berpikir kritis, terhadap berbagai hal yang ada di sekitar kita. Entah yang terkait dengan kebijakan penguasa ataupun terkait dengan perilaku rakyat jelata di sekitaran kita. Dan faktanya? Hampir semuanya, tidak berjalan pada koridor Allah Swt.. "Bagaimana ini? Apakah akan baik-baik saja?" ganjalan pikiranku waktu.

Dan.. jreng. ..jreng! Alhamdulillah, aku berhasil menghalau seluruh keraguan itu dengan berpikir sehat saja. Pikirku kala itu, "Emang siapa yang bisa menjamin bahwa hidup kita ini akan aman-aman saja? Manusia? Penguasa? Rakyat jelata? Semuanya hamba dari Sang Pencipta, tidak berdaya di hadapan Sang Pemilik Semesta." 

Jika kita manut Allah Swt, dijamin aman di dunia maupun akherat. Betul? Akhirnya aku semakin mantap untuk meleburkan diri di komunitas pejuang Islam ideologi. Menjadikan Islam dan dakwah Islam sebagai poros hidup, insyaa Allah. Allahu Akbar!

Meski baru kajian umum, kala itu, aku merasa sudah bagian dari kutlah tersebut. Aku bangga belajar di sana. He..he, ternyata aku kecele. Saya pikir, jika sudah kajian di bawah naungannya sudah punya KTA, seperti kelompok yang dulu. Eh ternyata, perjalanan masih panjang sister!  

Dan lebih bersyukur lagi aku, tatkala ujian itu dari diri kita sendiri, insyaa Allah itu lebih mudah kita atasi, asal tetap bersih dan lurus niat kita. Asal tetap kita jaga pemikiran kita, agar tetap sehat.

Berbeda mungkin dengan teman-teman yang dari awal sudah ditentang oleh orang-orang terdekat. Pastilah berat dan galau. Tapi kita yakin bahwa ujian pasti sesuai kesanggupan. Sebagaimana firman Allah, 

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ 

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...”(QS. Al-Baqarah: 286).

Bersyukur atas limpahan kasih sayang Allah Swt. hingga hari ini, aku masih bersamanya, komunitas dakwah Islam Kafah, berdakwah dan berjuang untuk melanjutkan kehidupan Islam. Dan kehidupan Islam tak akan berjalan tanpa ada negara yang menaunginya. Sedangkan negaranya juga bukan sembarang negara. Negara tersebut harus menjadikan syariat Allah sebagai rujukan, tidak yang lain. Dan satu-satunya negara yang manut Allah adalah Kh1l4f4h, minhajjin Nubuwah.

Kini, aku tidak sendirian, karena berjuang sendiri itu berat sister! Harus kita libatkan kru kita, keluarga kita. Suami kita ajak, anak-anak kita rangkul, saudara sekandung kita tawari, teman sejawat kita "kompori," tetangga kita "pameri." Alhamdulillah, usaha itu nampak. Hasil tidak akan mengkhianati upaya, biidnillah. 

Kita berharap, seluruh kaum Muslim di negeri ini dan juga di belahan bumi lainnya, mendakwahkan dan memperjuangkan tegaknya kalimat Allah, di muka bumi ini. Membumikan Al-Qur'an di bumi Allah Swt., artinya menerapkan isi Al-Qur'an di bumi Allah Swt. ini. Semangat! 

Ingat firman Allah yang artinya,
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridoi. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apa pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (TQS. An-Nur: 55)

Mumpung telah dijanjikan Allah Sang Maha Menepati Janji buat kita, mari bergegas  menyambutnya! Mari menuju kemenangan! Dengan apa? Dengan terus berdakwah Islam Kafah dan memperjuangkannya. 

Wahai kaum Muslim jadilah pemenang jangan jadi pecundang! Mari berjuang jangan surut ke belakang! Meski rintangan terus menghadang! "Rawe-rawe rantas, malang-malang putung" (segala sesuatu yang merintangi maksud dan tujuan harus disingkirkan)! Allahu Akbar!

Wallahu A'lam bish shawab.

Baca juga:

0 Comments: