Headlines
Loading...
Oleh. Nurma Safitri

Belakangan ini, tawuran pelajar kembali terjadi di berbagai daerah, mirisnya, terjadi di awal tahun ajaran baru setelah liburan sekolah. Selain mereka bersiap untuk ke sekolah, mereka juga bersiap untuk kehilangan nyawanya di jalanan.

Dilansir dari Beritasatu.com, di kabupaten Tangerang, Polresta Tangerang mengamankan 69 pelajar yang berencana tawuran pada hari pertama masuk sekolah di kawasan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten. Kepala bagian Operasi (Kabag Ops) Polresta Tangerang, Kompol Kosasih, menjelaskan, bahwa puluhan pelajar tersebut dari patroli siber yang membuat janji di media sosial untuk melakukan aksi tawuran. Sebanyak 69 pelajar dari 2 sekolah berbeda yang akan melakukan tawuran tersebut berhasil diamankan oleh Polresta Tangerang di daerah Olek dan Tobat, di Kecamatan Balaraja, Kabupaten Tangerang, Banten (Beritasatu.com, 17/7/2023).

Di daerah Bogor, sebanyak 20 pelajar di Bogor, menangis masal dan bersimpuh di kaki orang tua mereka saat dipertemukan di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Bogor, www.pojok satu.id, 23/07/2023).

Para pelajar yang rata- rata baru masuk sekolah SMA ini sebelumnya diamankan oleh pihak kepolisian karena hendak tawuran dengan membawa senjata tajam. Aksi tawuran antar pelajar ini juga terjadi di Jalan Purworejo, Magelang KM 16, Dusun Simpu, Desa Ketosari, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, pada Senin sore (tribunnews.com, 17/07/2023).

Terdapat juga dua kelompok pelajar yang masih lengkap dengan mengenakan seragam sekolah terlibat tawuran di Jalan Raya Bandengan Utara, Penjaringan, Jakarta Utara di sebelah Jembatan Bandengan Utara. Keduanya saling serang dengan tangan kosong hingga ada juga yang menggunakan senjata tajam jenis celurit panjang. Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Metro Penjaringan Kompol Harry Gasgari mengungkapkan bahwa motif tawuran yang dilakukan oleh kelompok pelajar di jembatan Bandengan, Jakarta Utara, hanya sekedar ingin mencari pengakuan atau eksistensi diri di media sosial (antaranews.com, 18/07/2023). 

Akibat Lemahnya Sistem Sekuler Kapitalis

Maraknya tawuran di kalangan pelajar menunjukkan lemahnya kepribadian generasi saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa usia remaja sangat urgen dalam hal pencarian jati diri. Manusia pada umumnya telah diberikan oleh Allah, naluri inilah yang mendorong seseorang melakukan berbagai hal untuk mempertahankan diri, termasuk juga dalam eksistensi diri. 

Masa masa remaja adalah masa dimana naluri eksistensi diri berada pada level yang tinggi ingin diakui, dianggap paling hebat, jagoan dan akan melakukan berbagai cara untuk membuktikannya. Namun ditengah gempuran pemikiran liberal dan sekuler yang menyerang kehidupan remaja saat ini menjadikan naluri eksistensi diri tersalurkan pada hal yang buruk dan merusak.

Karena sekulerisme adalah ide yang memisahkan agama dari kehidupan. Sedangkan liberalisme adalah paham yang menjunjung tinggi nilai kebebasan termasuk kebebasan bertingkah laku. Maka kedua paham inilah yang banyak mempengaruhi pola pikir remaja saat ini. Mereka merasa bebas melakukan apa saja yang mampu menunjukkan eksistensinya di tengah masyarakat meski melanggar syari'at islam. 

Kebahagiaan mereka pun disandarkan pada kesenangan duniawi semata bukan karena landasan pada rida Allah swt. Maka profil generasi sekuler liberal semakin meluas dan membawa pengaruh buruk terhadap kepribadian Islam para generasi.

Mirisnya, negara malah menjamin kebebasan berperilaku terwujud ditengah tengah masyarakat, meski ada upaya untuk memberantas tawuran, upaya tersebut hanya sekedar sanksi dan tidak ada upaya pencegahan yang membentuk profil generasi muslim pada diri remaja. Terbukti bahwa sistem pendidikan masih berasas sekuler.

Solusi Cerdas Untuk Menghentikan Tawuran Pelajar

Tawuran ditengah pelajar hanya bisa diselesaikan secara komprehensif dengan mengubah paradigma negara menjadi paradigma yang shahih yakni dengan Islam.
Islam memandang bahwa negara mempunyai peran penting untuk bertanggung jawab membentuk generasi berkepribadian islam. Oleh karena itu negara harus menciptakan support system untuk mewujudkan hal tersebut. Sistem yang dimaksud adalah sistem terbaik yang berasal dari Sang Khaliq yaitu Allah swt. 

Negara Kh!l4f4h sangat menyadari bahwa generasi adalah aset sebuah bangsa, sebab rusaknya generasi berefek pada rusak nya sebuah peradaban, maka kh!l4f4h akan memberikan pendidikan terbaik bagi generasinya yakni sistem pendidikan Islam.

Dalam kitab Usus Al Ta'liim Al Manhaji disebutkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pertama, membentuk kepribadian Islam (syakhsiyah islamiyah) bagi peserta didik. Kedua, membekali dengan ilmu keislaman (tsaqafah Islamiyah) pada peserta didik. Ketiga, membekali peserta didik dengan ilmu yang diperlukan dalam kehidupan seperti sains dan ilmu teknologi. 

Sehingga generasi yang terbentuk adalah generasi yang beriman, bertakwa, berkontribusi positif untuk kemaslahatan umat. Selain itu, khilafah juga menjaga media dari konten yang mengandung unsur kekerasan dan ide-ide yang bertentangan dengan Islam. Jika tetap tersebar,  maka khilafah akan bertindak cepat untuk menghilangkan nya. Konten-konten media yang diperbolehkan hanya konten yang mengedukasi dan menguatkan ketakwaan pada generasi. 

Jika kondisinya demikian, maka pelajar akan terkondisikan menjadi insan berkepribadian Islam. Mereka akan menyibukkan diri dalam kebaikan, amal salih, dan beramal ma'ruf nahi mungkar, berkarya untuk kemaslahatan umat dan kemuliaan Islam. 

Sungguh penerapan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan dibawah naungan Khilafah akan menyelamatkan generasi muda dari kerusakan dan pertikaian. Wallahu a'lam bisshowab. [ry].

Baca juga:

0 Comments: