surat pembaca
Panggung Merdeka
Oleh. Tari Handrianingsih
Sejak pagi tadi, sembari mengantar anak laki-lakiku berangkat ke sekolahnya, aku melihat beberapa panggung didirikan di sepanjang jalan yang kulewati. Letaknya di kampung sebelah.
"Oh iya, nanti malam kan ada agenda tirakatan," gumamku.
Tirakatan itu diadakan untuk menyambut hari hari kemerdekaan Indonesia. Biasanya setiap tahun selalu ada saja panggung yang disiapkan untuk acara pentas kesenian. Di panggung itu akan ditampilkan berbagai macam ragam keahlian seperti menari, menyanyi, stand up komedi; drama selama 10 menit; membaca puisi, dan yang pasti ada di awal acara adalah pidato ketua panitia dan ketua rukun warga. Pada setiap akhir pidato selalu ada pekikan kata "Merdeka!!" sembari tangan dikepalkan ke arah langit.
Semua kesenian bernuansa kemerdekaan. Baik itu bait puisi yang dibacakan, drama yang dilakonkan, bahkan stand up komedi pun berisi guyonan yang bernuansa hari merdeka. Lengkap sudah. Suasana perayaan ulang tahun kemerdekaan ini dapat dikatakan meriah dan totalitas.
Hanya saja, di balik kemeriahan sesaat itu, apakah warga yang sedang kesulitan menyediakan biaya sekolah anak-anaknya atau yang masih berpikir besok ada beras atau tidak untuk dimakan, mereka juga bisa menikmati kemeriahan tersebut? Atau sekadar ikut terlibat lomba-lomba mengharap hadiah dari panitia, dan ikut gembira, bisa tertawa haha hihi menikmati panggung kesenian di malam ini? Dan setelahnya mereka pusing lagi menghadapi kenyataan hidup.
Sesungguhnya yang mereka butuhkan bukan panggung yang menyajikan beragam kesenian dan tontonan, namun panggung merdeka yang sebenarnya di mana mereka bisa bercerita kesulitan hidup mereka, menyampaikan keluh-kesah mereka kepada pengampu kebijakan. Harapannya agar berkuranglah kesusahan mereka dalam menanggung beban hidup, dengan diberikannya solusi bagi permasalahan mereka. Dan yang bisa menyediakan memberi solusi kehidupan tersebut hanyalah pengampu kebijakan yang mengikuti syariah Allah semata. [My]
0 Comments: