Headlines
Loading...

Oleh. Ummu Khadijah

Saat ini, kita sudah tidak asing mendengar atau bahkan melihat kenakalan anak remaja yang dianggap biasa. Contoh, berpacaran atau perzinahan. Padahal dari sinilah tumbuhnya kejahatan lain semisal membunuh pacarnya atau menggugurkan janinnya. Kenakalan yang lainnya adalah mabuk atau minum miras, dugem, tawuran dan lain sebagainya. Terkadang, orang tua menganggap remeh berbagai kenakalan yang mereka lakukan.

Kasus pemberitaan kenakalan anak muda setiap hari pasti selalu ada atau mungkin semakin banyak. Dan anehnya pemberitaan hanya memberitakan tanpa sebuah solusi.
Pemberitaan terbaru, ada seorang anak muda kelas 10 di Banjarmasin menusuk temannya dengan 2 kali tusukan hingga mengakibatkan luka di perut dan di tangan. Penusukan tersebut dilatarbelakangi oleh adanya perundungan. Karena sakit hati, maka tersangka menusuk korban. Mirisnya, kejadian tersebut justru terjadi di lingkungan sekolah. (kalsel.antaranews.com, 31/7/2023)

Sungguh miris memang melihat perilaku pemuda saat ini. Kebanyakan orang tua menginginkan anak yang berprestasi dan sukses terutama di dunia dan akhirat. Berprestasi dan sukses jadi dambaan para orang tua saat ini, walaupun harus mengorbankan urusan akhiratnya untuk urusan dunia. Bahkan banyak orang tua dan anak akhirnya terlena dalam perkara dunia. Maka tak heran jika saat ini banyak orang tua  hanya memberi petuah-petuah masalah keduniawian saja tanpa memahamkan pondasi agamanya. Kalau saja orang tua memahamkan ilmu agama mungkin anak akan paham bagaimana interaksi dengan sesama saudara muslim baik laki-laki atau perempuan. Akan ditaati semua batasan dalam bergaul dan bersikap pada sesama temannya. Setidaknya orang tua menanamkan pondasi yang baik pada anaknya agar terhindar dari kenakalan remaja.

Dalam pertemanan anak, kita pun harusnya mengetahui anak kita berteman dengan teman-teman seperti apa. Apakah itu pertemanan karena Allah Swt. atau bukan. 
Kita pahamkan bahwa ketika kita bergaul dengan pekerjaan tukang las maka akan terciprat apinya dan ketika bergaul dengan penjual parfum maka kita akan terciprat wanginya. Begitu juga dalam berteman, kita harus tetap memahamkan anak kita agar tetap berada dalam pertemanan yang baik. Di mana ketika kita bertemu atau berkumpul dengan mereka, hati kita selalu terpaut dengan Allah Swt. atau semakin yakin akan kebesaran Allah  Swt. Bukan teman yang hanya sekadar membahagiakan nafsu dunia  dan melalaikan akhirat kita.

Ada sebuah kisah yang semoga bisa menjadi pelajaran buat kita, salah satunya tentang pemuda al kahfi. Dalam QS. Al Kahfi (18) ayat 9-26, ayat tersebut mengisahkan tentang para pemuda yang saling menguatkan untuk selamat dari kejaran penguasa zalim. Yaitu seorang raja penyembah berhala sedangkan para pemuda al kahfi yakin bahwa mereka meyakini bahwa tuhan mereka itu satu yaitu hanya Allah Swt. Allah meneguhkan keimanan mereka sehingga mereka berjalan sejauh 8 kilo meter dari tempat sang raja. Para pemuda al kahfi tidak tergiur dengan imbalan dan tawaran kekuasaan sehingga Allah menyelamatkan dan menidurkan mereka selama ratusan tahun. Mereka terbangun kembali di saat kekuasaan itu berpindah kepada seorang pemimpin yang saleh. Pelajaran yang dapat kita ambil adalah bahwa kita harus selalu memotivasi anak kita agar selalu berkumpul dengan teman yang saleh yang akan menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat.

Tentunya jika hanya orang tua saja yang memahamkan pada anak, tidak akan cukup untuk menguatkan dan menjaga generasi muda. Tapi harus ada peran lingkungan, misalnya sekolah, untuk menjadikan anak sebagai penerus generasi Islam. Selain itu peran utama negara menjadi benteng terkuat untuk membentengi anak kita dari pemikiran yang tidak sesuai syariat menjadi memiliki pola pikir dan pola sikap yang sesuai syariat Islam. Dan negara pula yang mengatur pendidikan kepada para pemuda dengan menerapkan sistem pendidikan Islam. Negara harus mengontrol para pendidik dalam aspek kependidikannya baik itu pendidikan dunia ataupun akhirat. Namun kenyataannya saat ini dalam sistem kapitalis, pendidikan hanya mencetak generasi yang materialistis, hedonis dan liberalis, tapi samar akan akidahnya.

Maka sudah saatnya umat Islam bangkit dengan menerapkan agamanya dalam kehidupan. Dengan Islam para pemuda akan terselamatkan. Dan sebagai orang tua kita pun harus semangat mengkaji Islam kaffah agar kita pun memahami syariat Islam secara utuh. Dengan begitu kita punya bekal untuk mengajarkan kepada anak kita tentang syariat Islam.

Wallahu a'lam bish shawwab. [My]

Baca juga:

0 Comments: