Headlines
Loading...
Oleh. Ummu Shabbiya

Miris, kata yang pantas untuk menggambarkan bagaimana potret buram kehidupan remaja kita saat ini. Berbagai masalah muncul dari remaja yang seharusnya masih menikmati masa indah di usia mereka yang sangat muda. Namun, yang kita lihat saat ini sungguh membuat hati kita ikut sedih. Kenakalan remaja, kriminalitas, dan kehidupan bebas telah mencabik-cabik hidup mereka dari masa pertumbuhan menuju dewasa yang seharusnya diisi dengan hal-hal yang menyenangkan dan belajar dengan banyak hal untuk bekal mereka dimasa depannya. 

Bila kita perhatikan, pergaulan remaja saat ini sudah mengalami banyak pergeseran norma. Apabila dulu orang tabu melakukan hal-hal yang sifatnya mengandung syahwat, maka kini hal itu sudah dianggap lumrah. Pergi berdua, berpelukan dan melakukan aktifitas maksiat lainnya dilakukan ditempat umum. Tidak ada lagi rasa malu tersisa dalam diri mereka. 

Bahkan gaya pacaran yang kelewat batas, membuat mereka berani untuk melakukan seks bebas diusia mereka yang sangat muda. Dilansir dari Solopos.com (Jumat, 4 Agustus 2023), data Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) mayoritas anak remaja Indonesia sudah melakukan  hubungan seksual. Remaja berkisar diusia  14-15 tahun  jumlahnya 20 % anak dan usia 15-16 tahun jumlahnya mencapai 60% anak. Dimana usia semuda ini, mereka belum memahami konsekuensi dan resiko akibat seks bebas yang mereka lakukan.

Rangsangan seksual dan stimulus yang luar biasa yang bisa diakses dengan mudah dari internet, membuat mereka matang lebih awal dari yang seharusnya. Konsumsi tontonan yang merangsang syahwat juga akhirnya membuat mereka bisa melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama demi memuaskan hasrat yang sudah tak mampu dibendung. Ini adalah salah satu dampak kerusakan yang diakibatkan oleh tontonan haram, tentu saja selain akhirnya membuat mereka kecanduan, kerusakan otak pun terjadi, dan dampak rusaknya pun melebihi rusaknya otak karena narkoba, juga hilangnya keberkahan dalam hidup mereka.

Sungguh sangat memilukan, generasi penerus kita benar-benar dititik terendahnya saat ini. Tentu kita semua termasuk pemerintah harus membuka mata lebar-lebar dan tidak boleh menganggap remeh kerusakan remaja saat ini. Karena bila dibiarkan, maka ke depan kita akan kehilangan generasi penerus berkualitas yang mampu diandalkan. 

Kerusakan Remaja Tanggung Jawab Kita Semua
 
Kerusakan pada remaja menjadi tugas berat orangtua. Orangtua harus menjadikan rumah sebagai tempat ternyaman agar mereka bisa mencurahkan semua isi hati, dan masalah-masalah yang mereka hadapi diluar sana. Orangtua harus mampu menjadi pendegar terbaik, tanpa harus memberikan penghakiman saat anak sedang bercerita.  Anak yang merasakan cinta yang besar dari keluarganya, tidak akan mudah untuk jatuh ke dalam pergaulan yang sebenarnya dia hanya mencari 'tempat nyaman yang menerima dirinya, apa adanya' meskipun pada faktanya apa yang terjadi tidaklah seperti apa yang difikirkannya. Namun sayangnya saat ini,  sangat banyak orangtua yang tidak mampu menciptakan rumah sebagai tempat ternyaman bagi anak. 

Tidak cukup hanya dibentengi dari keluarga saja, masyarakat juga harus turut serta memperbaiki keadaan. Tentu, masyarakat yang ideal itu yang saling peduli. Namun saat ini di kota besar terjangkiti individualis, bahkan di desa-desa pun mulai tumbuh bibit-bibit individualisme sehingga masyarakat kita terkesan bodo amat dengan berbagai perilaku negatif disekitar mereka. Kadang mereka hanya berfikir, yang penting bukan saya atau keluarga saya. Secuek itu sekarang. 

Selain keluarga dan masyarakat, pendidikan begitu penting untuk menanamkan akidah. Anak didik butuh bimbingan dan arahan. Namun apalah daya, kurikulum pendidikan yang jauh dari akidah Islam sehingga pelajaran agama di sekolah sangatlah minim, dan selebihnya lebih fokus pada materi pelajaran umum dan sebaris nilai. 

Sedangkan pemerintah begitu gencar dalam penanggulangan seks bebas dengan cara pendidikan seks dan reproduksi. Namun sayangnya, alih-alih menjadi solusi malah justru akan membuat mereka tahu cara mengakali seks yang aman seperti apa, bukan pada pencegahan agar remaja tidak jatuh dalam seks bebas.

Inilah buah dari sekulerisme yang kita petik. Jauhnya umat dari ajaran agama membuat mereka hidup tanpa aturan yang jelas. Kehidupan bebas yang menjauhkan campur tangan Sang Pencipta atas makhluknya, akan menghasilkan individu-individu yang tidak lagi peduli norma dan aturan agama. Manusia berjalan sesuai kehendaknya masing-masing tanpa peduli resiko dan konsekuensi atas pilihannya. mereka berjalan tak tentu arah karena memiliki anggapan bahwa ini adalah hidupku, aku bebas hidup dengan caraku, meskipun pada akhirnya mereka akan merasakan pahit atas hidup bebas yang mereka jalani. Kehidupan yang carut marut seperti sekarang, tidak akan terjadi saat kita menjadikan Islam sebagai aturan dalam kehidupan. 

Islam Solusi Paripurna

Islam dengan aturan yang ada didalamnya sudah sempurna mengatur bagaimana manusia hidup, bermasyarakat dan bernegara dengan cara yang benar. Islam telah mengatur bahwa Ibu sebagai Ummu warobbatul bait, tugasnya adalah mengatur, mengarahkan, dan menjaga serta mendidik anggota keluarganya agar tetap berada dalam koridor syariat. Memastikan anak-anaknya dan seluruh keluarganya hidup sesuai tuntunan syara'. 

Tak cukup Ibu, peran Ayah sebagai kepala keluarga berkewajiban mendidik istri dan anak-anak dengan nilai-nilai Islam sehingga anak mereka tumbuh menjadi anak yang terbiasa dengan aturan-aturan yang bersumber dari Islam. Sementara anak berkewajiban mentaati semua perintah dan bimbingan orangtuanya. Dan bila sudah terbiasa dengan aturan, dengan kesadarannya sendiri anak akan menjalankan semuanya dengan mudah. Bila di dalam rumah terjadi kerjasama yang bagus, maka akan tercipta harmonisasi yang indah. 

Pun demikian dengan masyarakat, apabila seluruh masyarakat ini memahami Islam lalu menjadi Islam sebagai rujukan untuk menyelesaikan semua masalah yang muncul, satu rasa, satu perasaan, satu aturan, maka akan tercipta juga masyarakat Islami,  menjadikan Islam sebagai satu satunya acuan menjalani hidup sehari-hari. 

Dalam konteks aturan negara yang diterapkan syariat Islam secara kaffah, telah memiliki aturan tentang bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi. Boleh bertemunya laki-laki dan perempuan hanya pada beberapa hal, misal dalam berjual beli, akad tenaga kerja, belajar, kedokteran, pengobatan, industri, pertanian dan sebagainya. Namun interaksi yang terjalin bukanlah interaksi yang intim namun sebatas keperluan semata. 

Islam telah memiliki aturan yang jelas mengatur kehidupan manusia sejak kita lahir sampai kembali keharibaanNya. Dalam Islam jelas diatur bagaimana kita bergaul, dan berinteraksi dengan lawan jenis. Setiap individu akan memiliki rasa takut dan memiliki rasa bertanggung jawab atas perilaku diri sendiri dengan selalu mengingat bahwa menggenggam bara api jauh lebih baik daripada bersentuhan dengan yang bukan mahram.

Islam memberikan penjagaan atas setiap individu di dalamnya. Islam juga membatasi hubungan lawan jenis atau hubungan seksual hanya dengan perkawinan. Allah SWT juga melarang dengan jelas perbuatan zina seperti firman-Nya dalam surat Al Isra ayat 32:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰىٓ اِنَّهٗ كَانَ فَاحِشَةً ۗوَسَاۤءَ سَبِيْلًا

Artinya: "Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."

Dalam Islam, negara menjaga ketakwaan masyarakatnya, menjauhkan semua hal yg menghantarkan kepada kemaksiatan, seperti film, musik melenakan yang bisa membawa seseorang kepada kemaksiatan. Negara berperan penting memberikan batasan dan pengawasan dengan apa yang dikonsumsi oleh masyarakat sehingga masyarakat tidak akan merasakan dampak buruk dari hal-hal tersebut. Pendidikan di dalam islam, kurikulumnya sesuai syariat sehingga tertanam ketakwaan dan keterikatan terhadap hukum syara'. 

Islam juga mendorong umatnya untuk menjaga iffah atau kehormatan  yang harus dijaga sebagai sebuah kewajiban. Begitu Indahnya Islam dengan penjagaannya, semoga kita semua dijauhkan dengan berbagai keburukan. Aamiin yaa Robbal alamin.

Baca juga:

0 Comments: