Reportase
Saatnya Hijrah Kaffah, Bersama Khilafah
Oleh. Maya Rohmah
Dialog Muharram 1445 Hijriah telah sukses diadakan di wilayah kepulauan Madura pada hari Ahad, 23 Juli 2023, pukul 08.00-12.00 WIB.
Acara yang mengambil tema "Saatnya Hijrah Kaffah" ini dihadiri oleh alim ulama, asatiz/ah, dan tokoh umat secara luring di Balai Redjo Antique Resto dan Gallery, Pamekasan dan secara daring disaksikan melalu Zoom maupun YouTube. Peserta daring dan luring berasal dari Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, hingga pulau-pulau kecil di Sumenep seperti Pulau Sapeken, Pulau Sapudi dan lainnya.
Pemutaran film didahului oleh tausyiah dari Ustaz Rochmat S. Labib yang ada di Jakarta. Beliau memaparkan bahwa pada tahun 622 Masehi yang lampau ada satu peristiwa penting dalam sejarah Islam, yaitu peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah, yang kemudian peristiwa ini ditetapkan sebagai hari pertama penanggalan Hijriah atau kalender Islam, yakni 1 Muharram.
Ustaz Rochmat S. Labib menegaskan bahwa hijrah adalah sebuah konsekuensi yang harus dilakukan ketika memeluk Islam kaffah.
Mengapa kaum muslim saat itu harus hijrah ke Madinah? Karena di tempat asal mereka Islam tidak bisa diterapkan secara institusi, sedangkan di Madinah mereka berpeluang untuk menerapkannya. Ini adalah sebuah langkah strategis dakwah dalam menyikapi kondisi dan situasi yang sudah tidak kondusif lagi bagi dakwah. Jadi, hijrah bukan sekadar pindah. Pertimbangannya adalah bisa atau tidak, Islam diterapkan di daerah tersebut.
Hijrah sejatinya adalah demi menerapkan Islam secara kaffah. Hal ini membutuhkan adanya negara (daulah). Jika umat Islam ingin mengubah nasibnya, maka mereka harus mempunyai kekuasaan. Jika tidak, ibarat anak ayam kehilangan induknya. Kita lihat bagaimana penderitaan kaum muslim Rohingya di Myanmar, kaum muslim Patani di Thailand Selatan, kaum Moro di Filipina, kaum muslim di Palestina, dan belahan dunia lainnya. Di Indonesia sendiri pun betapa masyarakat masih harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan makan, pakaian, kesehatan, pendidikan, keamanan, dan lain-lain.
"Sungguh, hal-hal di atas membutuhkan solusi. Solusinya adalah khilafah. Butuh penyadaran ke umat bahwa mereka juga butuh khilafah. Ini tidak mudah, namun ingatlah, jika kita menolong dinullah, maka Allah akan menolong kita. Jangan berputus asa, bersabarlah dalam upaya memahamkan umat. Berjuanglah, pimpin umat menyongsong terbitnya fajar Islamiyah," demikianlah kalimat yang sungguh memotivasi dari Ustaz Rochmat S. Labib.
Penampil berikutnya adalah Ustaz Ismail Yusanto. Beliau memaparkan bahwa umat Islam harus mempunyai visi untuk berubah dengan meniti jalan perubahan menuju kemenangan. Ada dua macam perubahan, yaitu perubahan yang terarah dan perubahan yang tidak terarah. Perubahan tak terarah seperti bencana alam, pembatasan kegiatan sosial karena covid-19, dan semacamnya. Sedangkan perubahan terarah contohnya adalah pembangunan jalan tol, pembangunan perumahan, dan semacamnya.
Ustaz Ismail mengungkapkan, "Partai FIS di Aljazair adalah salah satu bukti bahwa perubahan melalui konstitusional formal takkan berhasil dalam meraih tujuan politik Islam."
Pada tahun 1991, FIS (Front Islamique du Salut – Front Keselamatan Islam), berhasil memenangkan pemilu secara mutlak di Aljazair. FIS berhasil menjawab kebutuhan umat terhadap perubahan dan menawarkan Islam sebagai solusi. Namun, pemerintahan baru di bawah FIS lalu dikudeta oleh pihak militer. Parlemen dibubarkan dan hasil pemilu dibatalkan. Ribuan anggota FIS tanpa kesalahan apapun ditangkap, dipenjara, bahkan dibunuh. FIS menjadi partai terlarang.
Suasana semakin hangat saat ketiga pembicara hadir di depan hadirin. Yang pertama, Kyai Bajuri dari Forum Komunikasi Ulama Aswaja Jawa Timur mengurai berbagai problematika yang ada di masyarakat yang ternyata sangat kompleks dan luar biasa. Untuk mengatasinya, harus dilakukan bersama-sama, berhijrah dan berjihad.
Kyai Bajuri menyitir satu ayat Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 218, yang artinya:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
"Ketika firman Allah itu berupa kalimat taukidi, berarti itu perintah yang serius. Contohnya perintah untuk berhijrah di atas. Demikian pula dengan sabda Rasulullah yang berisi larangan untuk hidup bersama orang-orang musyrik," beber Kyai Bajuri.
Beliau juga menjelaskan tentang hijrah maknawi dengan hijrah hissi. Hijrah maknawi itu seperti hijrahnya artis, berubah dari perbuatan maksiat menuju perbuatan yang sesuai syariat. Sedangkan hijrah hissi, sesuai definisi syar’inya adalah perpindahan Rasulullah saw. bersama sahabat-sahabatnya dari Makkah menuju Madinah, kira-kira tahun ke-13 dari masa kenabiannya. Hijrah hissi inilah yang bisa mewujudkan hijrah kaffah.
"Untuk bisa mewujudkan hijrah maknawi maupun hijrah hissi, perlu melakukan hijrah kaffah dulu untuk mewujudkan daulah al khilafah," pungkas Kyai Bajuri yang disambut pekik takbir dari para peserta.
Pembicara kedua adalah Achmad Fachruddin Syah, S.Pi, M.Si, Ph.D. Beliau membeberkan berbagai potensi sumber daya alam Indonesia yang sangat kaya dan melimpah. Itu baru yang ada di daratan, belum lagi yang ada di lautan dan perut bumi. Indonesia sangat mungkin sejahtera tanpa pajak, karena pemasukan dari SDA begitu melimpah. "Tapi mengapa kondisi rakyat Indonesia masih sangat sengsara? Karena Undang-Undang yang dihasilkan DPR bukan aspirasi dari rakyat, tapi aspirasi oligarki (sebuah bentuk struktur kekuasaan di mana kekuasaan berada di bawah cengkeraman segelintir orang)," ujar akademisi di bidang kelautan dan perikanan tersebut.
Pembicara terakhir yaitu Ustaz Asmawi, S.Pd. Dengan lugas beliau mengatakan, "Kita wajib memilih pemimpin yang adil, sebagaimana hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa "Sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Seburuk-buruk pemimpin adalah mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian. Kalian melaknat mereka dan mereka juga melaknat kalian.''
"Islam kaffah itu wajib disampaikan ke tengah-tengah umat. Ketika kita membangun opini umum di tengah-tengah umat, harus pula dibarengi dengan aktivitas thalabun nushrah. Dengan demikian, insyaAllah khilafah akan terwujud," pungkas praktisi pendidikan di Pamekasan ini. Wallahu a'lam bi ash-shawaab. [ry]
0 Comments: