Headlines
Loading...
Oleh. Mufidah Huda

Tawuran. Akhir-akhir ini kata tersebut berlalu lalang di media. Bagaimana jika ada di dalamnya ya? Membayangkan saja seolah tak mau, ngeri, norak dan benar-benar tak layak dilakukan. Sedihnya lagi, tawuran identik dengan remaja dan faktanya memang banyak dilakukan oleh para pelajar. Terkadang terpikirkan apakah mereka tidak sayang orang tua? Apa sebenarnya yang mereka cari? Dan masih banyak “mengapa” yang lainnya.

Sebenarnya tawuran itu apa sih? Yuk, kita intip di dalam kamus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tawuran adalah perkelahian massa atau perkelahian yang dilakukan secara beramai-ramai. Tertarik untuk melakukannya? Tidak lah ya.

Namun bagi sebagian remaja saat ini tawuran seolah menjadi trend. Mereka bangga dengan apa yang dilakukannya, bahkan masih dengan seragam melekat di badan. Di tanggal 4 Agustus 2023 saja rentetan berita tawuran bisa dengan mudah ditemukan. Diantaranya, puluhan remaja di Surabaya hendak melakukan tawuran pada Jumat (4/8/23) dini hari, dan mereka masih berstatus pelajar (detikJatim.com, 5/8/23). 

Di hari yang sama 31 pelajar di Bogor juga diamankan polisi, karena mereka hendak melakukan tawuran. Jakarta Selatan juga tak mau kalah, 7 pelajar salah satu SMK di Jaksel juga diamankan, pasalnya mereka nongkrong dengan membawa senjata tajam.

Di Palembang pun juga terjadi hal yang sama, 7 pelajar dan salah satu diantara mereka masih duduk di bangku SMP diamankan polisi karena melakukan persiapan tawuran. Di Gunung putri Bogor para remaja dengan seragam pramuka juga bersiap live Instagram akan melakukan aksi tawuran yang mereka rencanakan. Bahkan satu hari sebelumnya juga terjadi tawuran di Bogor dengan 1 korban luka-luka. 

Masih di awal-awal tahun ajaran baru saja tawuran sudah merebak. Jika tidak ditangani dengan tepat, apa jadinya di waktu selanjutnya?

Dalam masalah ini, para ahli turut angkat bicara. Mereka mengkritisi dan mengemukakan penyebab terjadinya tawuran. Apa saja? Diantaranya, masa-masa krisis identitas pada remaja, kontrol diri yang lemah dan tidak mampu menyesuaikan diri.

Penyebab lain yaitu adanya pengaruh media dan kurangnya pengawasan orang tua. Tekanan teman sebaya juga bisa mejadi penyebab seorang remaja turut serta dalam aktivitas tawuran. Jika diringkas lagi, ada dua penyebab utama yang menjadikan remaja gemar melakukan tawuran. 

Pertama, sebenarnya fenomena tersebut menunjukkan lemahnya kepribadian anak. Pola pikir yang amburadul sebagai pengaruh ide-ide kebebasan dan pola sikap yang tidak tepat mengekor perilaku Barat.

Adapun penyebab kedua, sistem pendidikan hari ini yang berbasis sistem sekuler kapitalisme. Sistem ini tidak mampu meletakkan pondasi kokoh pada anak baik saat mereka berpikir ataupun bertingkah laku. Hingga wajar jika terbentuk remaja dengan kepribadian loyo, temperamental, sumbu pendek dan visi misi terkerdilkan.

Berbeda dengan Islam yang memiliki sistem pendidikan terbaik dan mampu menghasilkan generasi berkualitas yang berkepribadian Islam. Sejak dini, akidah Islam dikokohkan dalam setiap individu, hingga terbentuk ketaatan yang tinggi kepada Sang Pencipta. Akan terbentuk pola pikir dan pola sikap Islami. Terbentuk pula rasa takut hanya kepada Allah, cinta dan benci karena-Nya. So, dalam naungan sistem Islam, pelajar terkondisikan untuk menjadi insan berkepribadian Islam, dan tentunya ogah aktif dalam tawuran. Wallahua’lam bish shawab. [ry]

Baca juga:

0 Comments: