Headlines
Loading...
Oleh. Nirwana Sadili

كُنتُمۡ خَيۡرَ أُمَّةٍ أُخۡرِجَتۡ لِلنَّاسِ تَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَتَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَتُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِۗ وَلَوۡ ءَامَنَ أَهۡلُ ٱلۡكِتَٰبِ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۚ مِّنۡهُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَأَكۡثَرُهُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ 

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS.Ali-Imran : 110)

Mengenai ayat tersebut Ibnu Katsir menafsirkan, Allah memberitahukan kepada umat Nabi Muhammad Saw, Bahwa mereka adalah sebaik-baik umat. Untuk itu Allah Swt berfirman,” Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.”

Abu Hurairah r.a mengatakan makna yang dimaksud ayat tersebut ialah sebaik-baik manusia untuk umat manusia, kalian datang membawa mereka dalam keadaan terbelenggu pada lehernya dengan rantai, selanjutnya mereka masuk Islam. Dengan kata lain, mereka adalah sebaik-baik umat dan manusia yang paling bermanfaat buat umat manusia.

Allah Swt menyatakan dalam ayat tersebut, bahwa umat Islam adalah umat yang terbaik. Pertanyaannya, benarkah kita sebagai umat Islam sudah menjadi umat terbaik sebagaimana Allah menyebunya dalan Al-Qur’an? Bila kita mau jujur dan melihat dengan teliti, kita akan menemukan bahwa faktanya sangat jauh dari kata umat terbaik. Umat Islam sekarang lagi terpuruk, umat Islam lagi sekarat, dan umat Islam sedang digerogoti penyakit yang sangat parah.

Umat Islam dirundung berbagai masalah yang tak kunjung selesai dan tidak menemukan solusi mengakibatkan umat Islam mengalami penderitaan yang sangat parah dari berbagai lini kehidupan. Deretan masalah yang dihadapi umat seperti tidak berujung, dari segi ekonomi, meski SDA melimpah rakyat tetap miskin,angka pengangguran tinggi, terlilit utang, riba meraja lela, dan lain sebagainya. Kehancuran kelurga, kriminal meningkat, seks bebas, perundungan, ketidak pastian hukum, kerusakan aqidah, generasi tergadaikan, pendidikan rusak, media sosial yang berpihak pada kapitalis sehingga opini yang muncul merusak dan menyudutkan Islam. Banyak sekali kemungkaran yang bertebaran di depan kita.


Melihat itu semua apakah kita akan  tinggal diam seperti setan yang bisu, diam melihat kemungkaran merajalela. Hanya istighfar dan berdoa agar berharap semua menjadi lebih baik. Tentu tidak! Sebagai orang yang beriman tidak akan membiarkan kemungkaran terjadi. Terus apa yang harus kita lakukan? Harus bangkit melakukan perubahan, tidak boleh hanya berdiam diri, karena Allah tidak akan merubah suatu kaum sebelum mereka sendiri melakukan perubahan, Allah Swt berfirman dal al-Qur’an surat ar-Ra’du:11 

ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ ١١ 

Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. 

Dari ayat tersebut bahwa perubahan harus di wujudkan, tidak boleh pasif harus ada yang dilakukan karena Allah tidak akan merubah keadaan mereka, selama mereka tidak merubah sebab-sebab kemunduran mereka. Dalam hadits, Dari Abu Sa’id Al-Khudri ra, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda,

Barang siapa dari kalian melihat kemungkaran ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa ubahlah dengan lisannya, jika tidak bisa ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman."

Satu-satunya cara melakukan perubahan adalah dengan cara mendakwahkan Islam di tengah-tengah umat agar mereka tercerahkan dengan Islam, Terus-menerus mengopinikan kebenaran dengan mendakwahkan Islam kaffah kepada umat. Dakwah adalah kewajiban bagi setiap muslim. Sebagaimana firman Allah Swt,

QS.an-Nahl:125

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ ١٢٥ 
 
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

 QS. at-Taubah:71 

وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥٓۚ أُوْلَٰٓئِكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٞ ٧١ 

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

QS. Fussilat:33 (41)
وَمَنۡ أَحۡسَنُ قَوۡلٗا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحٗا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ٣٣ 
 
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang menyerah diri?"

Pahala orang-orang yang berdakwah lebih baik dari pada mendapatkan onta merah, Rasulullah Saw bersabda:

- فَوَاللهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

Demi Allah, seandainya Allah beri petunjuk satu orang saja lewat dirimu, maka itu lebih baik bagimu daripada unta merah.”(HR. Bukhari-Muslim)

Semua manusia berharap dalam kehidupannya memiliki amal jariyah yang tidak terputus pahalanya, meskipun sudah meninggalkan dunia ini. Dalam Islam ada tiga pahala yang tidak akan terputus walaupun sudah meninggalkan dunia ini, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh

Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR Muslim)

Dari hadits tersebut salah satu amal jariyah yang akan mengalirkan pahala  pelakunya meski sudah tiada adalah ilmu yang bermanfaat, ilmu yang berguna bagi orang lain dalam hal kebaikan. Selama ilmu yang diajarkan tersebut masih digunakan dan dimanfaatkan oleh orang lain maka selama itu pula pahala yang tiada henti akan mengalir terus kepada orang yang memberikan ilmu yang bermanfaat tersebut. Sekalipun orang yang memberikan ilmu tersebut telah meninggal dunia.

Kita tidak butuh banyak ilmu baru bisa membagi pada orang lain, sampaikanlah apa yang kita ketahui dari ilmu Allah meski hanya satu ayat. Ingat hadits dari Rasulullah yang mulia ‘ Sampaikanlah walaupun hanya satu ayat“  

Menyampaikan dakwah Islam itu tidak hanya melalui lisan tetapi juga dengan melalui tulisan. Apalagi sekarang dunia digital sosmed mendominasi aktivitas manusia.  Maka bangkitlah menuliskan opini Islam untuk kebangkitan Islam. Menghadang opini-opini sesat yang banyak tersebar di media sosial.

“Apabila engkau mendengar sesuatu dari ilmu) maka tulislah walaupun di atas tembok.”( HR. Abu Khaitsamah dalam Al-Ilmu no 146)

قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَاِ

Ikatlah ilmu dengan tulisan.”(HR. at-Thabarani) 

Dari kedua hadits tersebut tersirat bahwa Rasulullah ﷺ menganjurkan untuk mengikat ilmu dengan menulisnya, agar ilmu tidak lupa. Dengan adanya tulisan kita dapat mengetahui jejak-jejak peradaban masa lalu, dan akan meninggalkan jejak pada masa yang akan datang.

Kalau orang yang merindukan ridha dan surganya Allah  akan menjawab pertanyaan tersebut dengan bersegera menulis untuk meninggalkan jejak karya. Tidak bermalas-malasan menulis, hanya saja tulisan yang dibuat bukan sembarang tulisan, tetapi menulis ilmu-ilmu Allah yang rujukannya berasal dari Al-qur’an dan As-Sunnah. Dari Abu Sa’id al-Khudri Nabi ﷺ  bersabda, 

Jangan kalian menulis (selain Al-Qur’an) dariku. Barang siapa yang menulis dariku  selain Al-Qur,an hendaknya ia menghapusnya.”(HR. Muslim)

Bila kita membaca hadits tersebut timbul pertanyaan, bagaimanakah kondisi sekarang? Berseliweran di media sosial tulisan yang memfitnah, membully, mengejek, berita hoaks, ghibah, dan tulisan lain yang merusak aqidah Islam. Bahkan ada penulis yang sengaja membuat tulisan yang berisi ujaran kebencian, melecehkan al-Qur’an dan menghina Nabi demi utuk mendapatkan materi. Melihat kondisi seperti ini sebagai seorang muslim yang beriman harusnya tidak tinggal diam dan berpangku tangan melihat keadaan ini, seperti setan yang bisu. Mereka akan merasa terpanggil untuk menolong agama Allah dan  menghadang opini-opini yang merusak dan menyimpang dengan menuliskan ilmu-ilmu Islam.

Bagaimana kalau tidak bisa menulis, apalagi  selama ini tidak pernah menulis. Era globalisasi dan digitalisasi seperti sekarang tidak ada orang yang tidak bisa menulis. Semua dengan mudah menulis status di WA, FB, IG dan di media sosial yang lain. Tinggal mengetahui apa yang harus dilakukan agar bisa menulis dan menghasilkan tulisan yang baik. Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :

Pertama, berani memulai. Seseorang tidak akan mahir menulis bila tidak memulainya. Semua butuh proses dan perjuangan. Perlu diketahui bahwa tidak ada penulis yang langsung pintar dan menghasilkan tulisan yang bagus. Mulailah menulis! Jangan takut jelek  dan jangan minder, karena sesungguhnya itu adalah tipu daya setan untuk menghalangi-halangi. 

Kedua, belajar dan terus belajar. Untuk menghasilkan tulisan yang baik dan berkualitas kuncinya adalah terus belajar. Di era digitalisasi mudah mengakses ilmu apa saja, bisa memanfaatkan media sosial untuk belajar misal menonton youtube atau googling. Selain itu banyak pelatihan-pelatihan online ataupun offline  yang bisa diikuti baik yang gratis maupun yang berbayar yang mentor-mentornya ahli dibidangnya. 

Ketiga, menambah dan memperdalam tsaqofah Islam. Perbanyak membaca dan mengikuti kajian-kajian Islam. Membaca  tulisan-tulisan orang lain sebagai rujukan atau untuk meningkatkan tsaqofah Islam. [Rn]

Baca juga:

2 komentar

  1. Allah tidak akan merubah apapun jika bukan hambanya sendiri yang ingin merubah keadaan. So, hidup adalah sebuah pilihan dan pilihan ada pada diri orang yang berkeinginan. MasyaAllah, Naskah yang sangat memotivasi. Barakallah Mbak 🥰

    BalasHapus
  2. Masyaallah tulisan yang sangat mudah difahami semoga sayapun bisa buat tulisan seperti ini.

    BalasHapus